“ Lo kenal sama orang tadi “ tanya Raya.
Hening sebentar. Alisha yang sudah memasang wajah jijiknya menatap kosong ke arah depan.
“ Lo ngga tahu aja gimana sebenarnya tuh orang. Dia Tama, Dia—“
“ Ya intinya dia Tama, senior munafik dimata gue “ jelas Alisha, tidak ingin lagi membahas sosok Tama lebih dalam.
Tama, atau tepatnya Antama Jagraaksa. Wakil ketua OSIS yang terpilih hanya karena tuntutan para siswi agar Tama bisa menjadi contoh untuk semua murid di SMA Dalta. Sikapnya boleh dibilang lembut, ramah kepada semua orang tapi ia juga sangat sulit ditebak, terlalu banyak kecurigaan di benak Alisha menyangkut laki-laki tampan itu.
Tentu bukan itu saja alasan Alisha membencinya. Puncaknya ketika hari kedua MOS. Dengan PD didepan Alisha, Tama menunjukkan gambaran sikapnya. Tersenyum ramah kepada adik tingkat yang memberi banyak perhatian. Mungkin semua pasti menganggap sikapnya sangat keren, senyumnya sangat manis. Tapi Alisha ragu apa kah semua orang tahu jika siswa bernama Tama ini hanya memasang topeng. Dimata Alisha, Tama hanyalah seorang Playboy yang pintar berganti Topeng.
“Hmmm. Btw sebenarnya kalian lagi ngomongin siapa sih “ Nada polos itu keluar dari mulut Bele. Dengan gerakan membenarkan kacamata dan tersenyum manis, menambah kesan lemot dalam dirinya. Bele yang menjadi fokus hanya diam, dan bingung. Pasalnya Kedua temannya terkesan hanya menatap malas padanya.
Apa masih ada ya, orang lemot di dunia ini?. Batin Raya prihatin melihat Bele.
***
Baru saja menginjakkan kakinya di dalam rumah. Notifikasi berbunyi dari arah saku baju Raya. Tersenyum simpul, ternyata itu Line dari Alula. Raya teringat jika dirinya memang sudah beberapa hari tidak main ke rumah Alula.
Begitu Alula mengajaknya main ke rumah, Raya langsung mengetikkan balasan setuju dan bersiap untuk berganti pakaian.
Sesampainya di depan gerbang rumah Alula dengan motor metiknya. Raya langsung masuk begitu saja ke dalam rumah, rumah itu sudah ia anggap sebagai rumah keduanya.
“ Raya disini !” teriaknya begitu semangat saat masuk ke dalam rumah Alula. Sifat Raya sering berubah-ubah. Ia sangat terbuka ketika berada bersama orang-orang terdekatnya saja.
“ Aaaaaa.. Raya anak mami “ Luna yang sama-sama bersemangat, tidak sadar meloncat-loncat kecil sambil berputar memegang tangan Raya. Lupa akan umurnya yang sudah berkepala empat.
Luna adalah Mami Alula, sekaligus sahabat dari bundanya Raya, Ariana. Mereka berdua dulunya adalah sahabat se-kegiatan penelitian alam di SMA Dalta. Luna tidak ada bedanya dengan Raya yang sama-sama teropsesi ke semua hal yang berbau antariksa.
“ Kamu kok baru main lagi kesini sih Ray?” tanya Luna sambil menggiring Raya untuk duduk di sofa ruang keluarga. “ Maaf ya mi, soalnya Raya masih sibuk ngurusin pendaftaran beasiswa “
“Oh iya ya, mami sampai lupa kalau kamu daftar beasiswa. Ya udah gih naik, Lula pasti udah nungguin kamu loh “ kata Luna dengan begitu sayangnya.
Mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Raya kemudian berjalan ke arah kamar Lula sambil menyusun rencana untuk mengagetkannya.
Tersenyum jahil.
DORR !!!
Teriak Raya yang tiba-tiba masuk ke sebuah kamar bernuansa pink, mengagetkan sang pemilik kamar.
“Ih.... Raya ! . Ketuk dulu pintunya, kaget tahu “ Alula yang kaget, berkata dengan nada manyunnya.
“Ci ileh.. manyun banget tu bibir. Hahaha “
Semakin dongkol rasanya, Alula yang di tertawakan melempar bantal pinknya ke arah Raya.
“Oh iya Ray. Kamu kesini udah kabarin om Genta?” tanya Lula.
Terhenti tawa Raya setelah merasa kelelahan diperutnya. “Udah kok, gue udah nelpon ayah kalau mau pulang telat”
Setelah mengatakan itu. Raya yang melihat Lula sibuk dengan Hpnya ikut-ikutan diam dan memilih untuk berbaring saja di kasur. Sibuk dengan kebiasan masing-masing Raya berinisiatif membuka pembicaraan. Rasanya agak canggung, tidak biasa mereka hanya berdiam diri dalam waktu yang lama.
“ Lo ngapain sih La. Ngajak gue kerumah eh tapi di diemin “ kata Raya yang pura-pura meraju. Ditopangnya dagu dengan sebuah bantal, posisinya masih setia berbaring di atas tempat tidur.
Lula yang di tanya, segera berbalik dengan tampang polosnya menyengir ria di depan Raya.
“ Ups sorry.. hehe, ini nih teman sekelas aku pada ribut mau nyusun rencana jalan-jalan hari weekend nanti “ ucap Lula. Dia berikan Hpnya kepada Raya, memastikan Raya melihat obrolan mereka. Raya yang melihatnya malah berpikir lain.
Mereka yang awalnya diam saja, dilanjutkan dengan celoteh Lula penuh semangat. Menceritakan keseruannya bersama teman barunya, Lessa, Xela, dan Renata. Sesekali Lula yang bercerita menatap Raya yang entah apa yang mengusik pikirkannya. Raya hanya bisa tersenyum canggung dengan tipis.
Gadis pemakai bando merah itu tidak tahu, jika sikapnya saat ini hanya membuat Raya seperti terabaikan. “ Ray! Kamu dengerin aku ngga sih?” tanya Lula yang selesai bercerita.
Yang di tanya malah gelagapan mencari kata-kata yang cocok menjadi jawabannya. “ Hmm.. de..dengerin kok. Gue Cuma berharap mereka bisa baik sama lo”. Lula begitu senang mendengarkan kata-kata Raya, sampai-sampai ia gemas sendiri. Memeluk Raya dari sampingnya.
Semoga apa yang gue takutkan ngga terjadi sama persahabatan kita La. Batin Raya disela-sela acara pelukannya dengan Lula. Ia patistikan tidak akan menyamakan kisahnya dengan cerita Debu dan Bintang itu.
-
Setelah menghabiskan waktunya cukup lama di rumah Lula. Raya memutuskan untuk pulang, mengingat Ayahnya pasti sudah lama pulang dari kantor. Tidak lupa dirinya berpamitan dengan Lula dan maminya.
Di tengah perjalanannya, perut Raya seakan tidak bisa berkompromi, rasa lapar dan ingin cemilan selalu terbanyang disepanjang jalan. Tidak masalah mampir sebentar menuntaskan keinginannya membeli cemilan kan, pikirnya.
Baru saja memarkirkan motor metiknya di parkiran supermarket. Raya dibuat penasaran dengan motor sport merah tidak jauh dari motornya. Berpikir keras, Raya sampai harus memiringkan kepalanya berharap ingatan memory kecilnya itu muncul.
Siapapun yang melihat Raya saat ini, pasti berpikiran aneh. Gelagat Raya saat memperhatikan motor itu malah terlihat seperti seorang rentenir yang ingin menarik motor seseorang. Bergerak kesana-kemari, rasanya ia pernah melihat motor itu.
Kok gue kayak pernah lihat nih motor. batinya
Raya yang semakin maju, seketika nyalinya menciut, saat seseorang dengan jaket kulit berwarna hitam di lengkapi helm fullfacenya datang menghampiri motor merahnya. Entah apa yang membuatnya sedikit takut. Raya perlahan dibuat mundur, samar-samar melirik kearah orang itu. Dengan postur yang tinggi, begitu tegap nya, orang itu malah meniru gaya Raya, memiringkan kepalanya.
Raya yang sadar atas kode yang di berikan sang pemilik motor, mengambil langkah besarnya pergi begitu saja masuk ke dalam supermarket.
Gue kok merinding ya, serem banget. Batin Raya.
.
.
.
.
😲jangan lupa like dan coment ya gaes...
vote jika kalian suka sama cerita aku🖐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
sukaaaaaaa
2021-04-21
0
Cahaya mata
Mampir Kak
Salam sayang
♥️ Istri Simpanan Sang CEO ❣️ Istriku Dosen Cantik ❤️
2021-01-23
0
BELVA
mampir dikarya novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-01-23
0