Ternyata efek sejak pulang dari acara jalan-jalannya, masih terasa.
Raya yang biasanya pendiam semakin menjadi pendiam, begitu menurut Alisha. Alisha dan Bele sebenarnya sudah ingin bertanya sejak upacara bendera, tapi mereka urungkan.
Karena tidak tahannya seorang Alisha. Ia mengambil sobekan kertas dan menulis sesuatu di atasnya. Tidak memperdulikan di kelas masih ada guru yang tengah mengajar.
“ Ray ! Lo kenapa sih ?” begitu kalimat yang tertulis. Dengan gerakan cepat saat ibu Sarah sedang berbalik, Alisha melemparkan kertasnya ke arah Raya.
Raya yang tahu kertas itu dan sudah membacanya hanya meletakkan ke dalam laci. Ia sama sekali Tidak berniat membalasnya. Kini Raya berhasil membuat rasa dongkol Alisha semakin menjadi.
“Oke anak-anak sekian dari pelajaran ibu, dan untuk jam kedua akan ada rapat jadi ibu harap kalian tidak terlalu membuat keributan “ ucap Ibu sarah menutup kelasnya.
Berhubung setelah ini mereka tidak ada kelas, Alisha langsung mengajak Bele dan Raya untuk duduk di tepi lapangan, niatnya juga agar mengorek alasan Raya yang terus saja diam.
Walaupun sudah di ingatkan agar tidak membuat keributan, tetap saja namanya juga anak remaja. Bisa di lihat kini para siswa kelas sebelas sudah bersiap dengan bola di salah satu tangan, menendangnya yang kemudian di ikuti beberapa siswa lainnya.
“ Jadi.... gue tanya sekali lagi, lo kenapa sih Ray? Gedek gue lihat lo, mana ngga balas kertas yang gue kasih lagi” memutar bola matanya dengan bosan, Raya heran kok dirinya bisa berteman dengan spesies seperti Alisha.
“ Lo itu kalau mau gali kuburan ya sendiri aja, Lo ngga nyadar itu masih jam ibu sarah ngajar” jelas Raya dengan nada malas. Yang dituju hanya manyun khas orang meraju.
“Stop deh, kalian berdua tuh kenapa sih, kerjaannya berantem..mulu. Mending kita nonton, nih ada drama bagus mana oppa-oppanya ganteng lagi” Mendengar kalimat terakhir Bele, entah apa Alisha rasakan, ekpresinya begitu prihatin kepada teman-temannya.
Kapan...ya teman gue ada yang bener. Batinnya miris. Mungkin ia tidak sadar jika sebenarnya dirinya sama saja dengan Raya dan Bele.
Perhatian mereka seketika tertarik saat mendengar suara centil dari arah samping mereka. Speechless pada apa yang mereka lihat. Semuanya tidak luput dari mata Raya, Alisha dan Bele. Bagaimana tidak, Siswi yang notabene kelas sepulus berani sekali mendekati seniornya.
Alih-alih mendekati diam-diam, rombongan geng Lessa malah sangat jelas memperlihatkan niat yang terselubung. Dan tentu saja objek sasarannya adalah sang Wakil ketua OSIS. Si Tama yang populer. Mulai dari menawarkan air mineral, tissu bahkan menyoraki kalimat-kalimat lebay.
Tunggu, jika disana ada geng Lessa, berarti...
Yaps benar saja, ekpresi datar Raya menemukan Lula di tengah-tengah Lessa dan kawan-kawannya.
“ Wah.. ada kak Tama. Pengen deh ikutan mereka biar sama kak Tama” Bele tidak sadar akibat ucapannya barusan, dirinya malah mendapat semprotan kedua dari Alisha.
“ Bel.. lo apa-apaan sih, lemot boleh oon jangan, dasar !”
Raya benar-benar tidak terusik dengan percakapan Bele dan Alisha, ia sibuk menebak apa yang sebenarnya Lula lakukan di sana. Apa ia tidak sadar, dirinya hanya akan terlihat sebagai gadis nakal dengan tetap berasa disana.
Raya kehilangan sosok polos Lula dimatanya. Lula berubah, sangat berubah. Mengepalkan tangannya ia beranjak pergi menuju kelas. Moodnya telah hancur.
***
Bel pulang akhirnya berpunyi.
Tepatnya di kelas Raya. Beberapa siswa yang tadinya serius pada pelajaran pak Jojo, dibuat bernapas lega. Pasalnya guru berkumis tebal itu lebih banyak bercerita dari pada fokus kepada materi pelajaran. Alhasil para siswa seperti mendengar dongeng 1001 cerita.
Tidak terkecuali untuk si bawel Alisha, dirinya sudah tidak tahan melanjutkan ocehannya. Setelah kejadian tadi, bibir manisnya tidak bisa menahan sumpah serapahnya kepada geng Lessa. Hingga belum saja pak Jojo menghilang sepenuhnya dari arah pintu, Alisha langsung mengambil tempatnya, duduk di atas meja Raya tidak lupa tangannya ia lipat menyilang.
“ Mereka apa ngga punya urat malu ya? Segala pake cari mu—“
“ Emang urat bisa malu ya Sha “ kata bela memotong perkataan emosi Alisha.
Raya hanya bisa menggelengkan kepala mendengarkan kedua makhluk di depannya, masih sibuk merapikan buku-buku di lacinya.
“ Lo ngerusak suasana aja sih Bel, belum juga gue selesai ngomongnya ih....” pipi tembemnya di cubit gemas, Alisha tidak tahan lagi dengan apa yang ada pada isi kepala sahabatnya itu. Ia bingung Bele kok bisa pintar di bidang pelajaran tapi berubah lemot saat diajak serius.
Kembali serius dengan perkataannya. “ Gue semakin yakin sahabat sejati lo itu udah berubah dari polos-polos menjadi serigala pen-cari mu-ka. apa lagi didukung sama antek-antek si ratu ular“
Tergantung tangannya di udara, dengan satu buku lagi yang ingin ia masukkan kedalam tas. Raya mendengarnya merasa tidak terima jika Lula di katakan seperti itu.
“ Sha gue ngga tahu maksud lo sebenarnya apa, tapi gue harap lo bisa jaga ucapan lo. Lo ngga tau apa pun soal Alula” setelah mengatakan hal itu, mood Raya awalnya mulai stabil kembali berubah down.
Pergi begitu saja dirinya, meninggalkan Alisha dan Bele.
“ Oh.. god..really? really dia ninggalin kita gitu aja?” heran Alisha di tinggalkan begitu saja. Sedangkan Bele masih bingung dengan apa yang terjadi.
Satu hal fatal buat diri Raya adalah semua menyangkut Alula, sama seperti dulu.
Menuju ke halte bis, Raya terpaku melihat Lula di ujung parkiran Tertawa. Melihat keakraban mereka sebenarnya Raya juga berperang dalam pikirannya. Di satu sisi ia tidak ingin membenarkan perkataan Alisha tentang Lula yang berubah. Tapi..., menghembutkan napas gusarnya.
Raya memutuskan melanjutkan langkahnya, memilih untuk tidak berlama-lama apalagi Raya seperti tertangkap basah oleh Xela, salah satu antek Lessa dengan tatapan sinisnya tentu saja.
Baru beberapa menis duduk di halte bis, Raya dibuat harus menjeda gerakan tangannya memasang Headset. Yang ada di depan matanya, Tama si populer Dalta sedang di hampiri oleh seseorang dengan motor sport merah.
Sudah dua kali gue dibuat penasaran sama motor itu. Batin Raya bingung.
Matanya masih setia melihat Tama perlahan menaiki motor itu tepat di depan gerbang SMA Dalta.
Lima detik setelahnya Seperti ketimpahan sesuatu, Raya teringat motor itu adalah motor yang sama dengan yang ia sumpahi ketika hari terakhir Mos waktu itu.
Astaga itu kan pembunuh headset kesayangan gue !. kini ia hanya menganga meratapi nasip memori pikunnya, terkadang begitulah yang namanya manusia hahaha.
Tidak lagi penasaran akan motor tadi, Raya lebih penasaran dengan hubungan Tama dengan pemilik motor merah.
.
.
.
.
...jangan lupa like.like .like ya hahahah😁...
...tinggalkan pesan ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
im_ha
5 like untukmu ya Thor. mampir juga di karyaku DOAKU BERBEDA DENGAN DOAMU 💪
2021-05-14
0
Nyai iia
like
2021-01-05
0
Deska wu
jejak
2020-12-31
0