...jangan lupa like dan vote ya...
Berlanjut pada pemikirnnya. Entah apa yang terjadi di depan sana untuk persahabatannya yang mirip dengan kisah Debu dan Bintang. Apakah Raya akan bernasib sama dengan Debu yang terlupakan oleh Bintang. Menggelengkan kepalanya. Berusaha Raya menghilangkan semua pikiran negatifnya.
Mustahil kan Alula yang gadis polos melakukan hal sejahat itu pada sahabatnya.
Kembali fokus. Rayana akhirnya bisa resmi menjadi salah satu siswi di SMA Dalta. Ia memang sudah mengincarnya sejak lama. Dalta adalah sekolah yang menjadi saksi pertemuan dan kisah romantis kedua orang tuanya.
Hari pertama yang cerah. Matahari siap mendukung aktivitas semua murid di sekolah ini. Ingin sekali Raya bersantai di hari setelah MOS nya berakhir. Tapi sayangnya itu tidak berlaku untuk agenda anak OSIS. Ada satu agenda lagi yaitu mengisi formulir Ekskul wajib untuk siswa kelas X. Otomatis Raya dipaksa untuk memilih beberapa Ekskul kegiatan.
Berdiri di depan mading. Raut bosannya sangat jelas menunjukkan jika dirinya tidak tertarik dengan apa yang terpampang di mading itu. Raya sedikit kecewa, dirinya baru tahu SMA Dalta sudah menghapus Ekskul kegiatan penelitian alam sejak 3 tahun yang lalu. Padahal Ekskul itu lah yang menjadi alasan kesekian kalinya mengapa ia ingin masuk SMA favorit ini.
Dengan malas, Raya melirik satu kalimat yang menjadi info penting di depannya.
“WAJIB MENGIKUTI SETIDAKNYA 1 EKSKUL KEGIATAN."
Memutar bola matanya dengan malas. “ Apa sih alasan mereka hilangin kegiatan penelitian?” tanya Raya dengan gumaman tanpa sadar. Bertanya pada mading di depannya.
“ Lo juga tahu kalau di sini, dulunya ada penelitian alam?” tanya gadis berkacamata yang tiba-tiba berada di samping Raya. Dengan nada excited, gadis itu seperti menemukan tambatan hati yang sejalan dengannya. Raya dibuat meringis, sedikit takut. Semakin mendekat saja wajah gadis itu dengannya.
Bukannya menjawab, mata Raya malah melirik ke bagian name tag gadis itu. “ Bele—“
“ Bel bisa ngga sih kalau nanya orang jangan deket-deketin tuh wajah,” ucap gadis di belakangnya. Ditariknya kerah belakang gadis berkacamata. Setidaknya itu sedikit memberikan rasa lega untuk Raya.
“Oh iya. Kenalin gue Alisha Bony Camelia. Dan ini teman gue Belenia Lancariza. Dan yang terakhir jangan bilang dengan tampang bingung lo, lo ngga tahu kalau kita sekelas.” Terdiam.
Okey kalau mau jujur Raya memang tidak mengenal mereka. Raya adalah manusia aneh, jangan harap teman satu kelas bisa ia hafal, bersyukur saja jika Raya masih bisa mengenali teman sebangkunya.
Menggaruk tengkuknya tanpa sadar. Mencari jalan aman “ Kenalin nama gue Ra—“
“ Rayana Kira Argenta. Bener kan? Gue udah tahu. Kita satu kelompok pas MOS kemarin,” Ucap Alisha begitu lancar. “So... lo udah tahu, mau masuk Ekskul apa?” lanjutnya bertanya.
Gelengan kecil Raya mewakili jawabannya.
“ Gimana kalau Sastra?” Bele yang tadinya diam sejenak angkat bicara, menunggu jawaban Raya. Berpikir sebentar tentang memilih ekstra kegiatan. Raya teringat, bagaimana dengan sahabatnya. Alula akan memilih apa. Tumben sekali dirinya tidak mengabari Raya. Biasanya Alula selalu meminta pendapat Raya mengenai semua hal.
Baru ingin mengecek Hpnya, memastikan apakah Alula mengiriminya pesan. “Jangan bilang elo mau mastiin gadis kecil lo itu udah ngabarin lo?”
Dengan raut yang sedikit tidak nyaman mendengar kata-kata Alisha, Raya ingin memastikan apa maksudnya. “ Maksud lo apa?” dengan alis yang terangkat satu.
“Wait.. jangan tersinggung dulu. Jujur gue tertarik sama lo sejak hari pertama MOS. Gue selalu merhatiin. Tapi ada yang buat gue ngga nyaman sama tingkah lo, atau mungkin tingkah sahabat lo itu. Dia terlalu tergantung dengan lo, dan lo terlalu lembek jadi teman. Dan gue hanya menebak,” Jelasnya panjang lebar.
“ semua orang bisa berubah, asal jangan berubah jadi saling memanfaatkan," Lanjutnya lagi dengan nada pelan, samar-samar terdengar oleh Raya.
“Okey fix kita bertiga masuk Ekskul Sastra,” putus Bele sepihak. Dengan tersenyum mengembang, Bele menarik Raya dan Alisha untuk pergi ke ruangan OSIS. Mengantarkan formulir.
Mengangkat bahunya. Raya menerima keputusannya. Toh juga ia sedikit menyukai Sastra. Hubungannya dengan Alisha masih belum jelas. Entahlah apakah mereka bisa berteman baik. Meski Alisha terang-terangan tidak menyukai sahabatnya.
***
Sampai di depan ruangan OSIS. Alisha tiba-tiba menarik tangan Bele dan Raya, pertanda untuk berhenti sejenak. Ia palingkan wajahnya ke arah Raya. “ Ray lo aja yang kumpul kedalam,” perintah Alisha.
Menghimpitkan alisnya, Raya bingung. Enak saja dirinya yang disuruh mengumpulkan formulir. “ Ngga, gue ngga mau. Tuh Bele aja.”
“Udah bener kata Raya biar gue aja. Kalian tenang aja disini okey.” Dengan nada percaya diri, Bele yakin bisa menyelesaikan misi ini. Tapi ada yang aneh. Alisha terus memberikan kode kepada Raya agar dirinya saja yang pergi.
Gerakan perlahan bibir Alisha mengatakan “*Lo biarin Bele pergi, Lo bakalan tahu efeknya*.” Walaupun kata-katanya jelas. Tetap saja Raya bingung.
Gerakan secepat kilat, Bele lolos dari jangkauan Alisha. Mati sudah dirinya, batin Alisha. Dengan cepat mereka berdua menyusul anak lincah itu.
Masuk ke ruangan OSIS. Hal yang pertama Raya dan Alisha lihat adalah sosok Bele yang terpaku melihat ke arah depannya. Perlahan tangan Alisha memegang pundak Bele berharap ia mengetahui sedang apa Bele yang hanya berdiam diri.
“ Bel. Bele! lo kenapa?” tanya Alisha
“ A..Ada Oppa Sha,” gumam Bele pelan. Raya yang berdiri di belakang hanya menatap bosan. Melirik keseluruh ruangan. “Hah? Oppa?” Alisha yang bingung mengikuti arah pandang Bele. Tepat di ujung ruangan. Di atas kursi yang disusun memanjang. Seorang siswa laki-laki tengah tidur dengan nyamannya.
Merasa terganggu. Siswa yang tadinya tertidur terbangun dengan wajah kusutnya. Menatap ketiga siswi di ruangan itu. “Kalian ngapain di sini?” suranya terdengar serak, khas orang yang baru bangun. “ Mau ngumpulin formulir, Oppa,“ ucap Bele. Hening seketika seakan kebetulan Raya, Alisha dan siswa laki-laki itu bergumam bingung “ Oppa?”.
“ Astaga ganteng banget Sha,” tambah Bele sambil memukul-mukul lengan Alisha. Raya yang melihat itu seketika sadar ternyata efek yang Alisha maksud adalah efek malu. Bele terlalu agresif ternyata.
“Kalau udah selesai, kalian bisa keluar," Dengan nada coolnya Tama menatap satu per satu siswi di depannya. Sudah biasa ia menerima pujian tidak langsung seperti itu. Tapi cukup aneh awalnya di panggil Oppa.
Dengan cepat Alisha menarik Bele untuk keluar. Diikuti Raya di belakangnya.
“ Lo apa-apaan sih Bel. Manggil Si Tama-tama itu dengan sebutan Oppa najis tahu,” emosi Alisha dengan nada marah.
“ Lo kenal sama orang tadi?” Raya akhirnya angkat bicara karena sedari tadinya ia hanya diam.
.
.
.
.
jangan lupa juga ya, buat jadiin cerita ini ke favorite kalian, biar ngga kentinggalan lanjutannya setiap hari...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
likeeeee mendarat kakkk
2021-04-21
0
BELVA
mangatzzzz
2021-01-23
0
Cahaya mata
Salam kenal Thor. Jangan lupa follback ya kak❣️
Salam sayang
❣️ Istri Simpanan Sang CEO
2021-01-20
0