Sejak hari dimana Alisha jujur tentang diri Alula yang berubah, Raya mendiaminya. Bukan perkara susah bagi Raya mendiami seseorang mengingat sifat cueknya dari lahir. Tapi dibalik itu tidak dipungkiri jika ia merasa tidak nyaman dalam situasi ini.
Sedangkan Alisha. Gadis modis itu memiliki ego setinggi menara, masih tetap bersikap cuek. Namun mereka tidak tahu Bele lah yang harus memutar otak menjadi penghubung antara mereka. Saat ini Bele seakan menjadi ibu yang anak-anaknya sedang tidak akur.
Sebagai contoh simple.
“ Bel, bilangin sama dia, ingetin kalau pulang nanti ada jadwal ekskul Sastra” ucap Alisha dengan nada keras. Bukannya tanpa Bele menjadi perantara, suara keras Alisha pasti terdengar oleh Raya. Bele hanya dibuat memutar bola matanya dengan bosan.
Alisha yang egois di sepanjang hari, berubah pada malamnya. Ia akan menangis menelpon Bele mencurahkan perasaannya tentang Raya. Jadilah saat ini Alisha si mata bengkak.
Hari ini ia berangkat dengan kacamata hitam ditambah masker menutup hidung dan mulutnya. Merutuki dirinya. Bisa-bisanya sepanjang malam ia hanya menangis tidak jelas, membuat boneka pandanya sampai basah dan harus ia jemur pagi tadi.
“ Lo kenapa Sha, sakit ya?” tanya Rizki sang ketua kelas saat ia dan Alisha berpapasan di pintu kelas. Alisha yang kesal dari pagi tentu saja hanya melewatinya. “ Berisik lo !”.
Siapa yang tahu mood wanita di pagi hari.
Berlanjut pada siangnya , saat bel istirahat menghentikan jam pelajaran guru IPA, ibu Leli.
“ Baiklah cukup sekian pelajaran dari ibu, untuk Raya, kamu tolong antarkan jurnal kelas Ke staf tata usaha ya “ mandat ibu Leli kepada Raya. Jika ingin jujur, sebenarnya Raya ogah-ogahan menerima mandat dari bu Leli, ia ingat kantor staf tata usaha di sekolahnya terletak lumayan jauh. Berputar di balik lapangan basket.
Apa daya ia yang mau menolak tapi hanya berstatus sebagai pelajar. “ baik bu “ kata Raya pasrah.
Berjalan demi langkah, mengomel dalam hatinya. Dengan menjalankan pesan Ibu Leli ia harus menahan lapar yang terus meradang, sejak pagi ia memang tidak sarapan, alhasil kini dirinya harus bersabar terlebih dahulu.
“ AWAS Ray !! "
Baru ingin berbalik, Raya yang tidak siap terpekik kaget saat bola basket entah dari mana arahnya mengenai kepalanya. Tidak sampai seperti dalam Sinetron ketika seseorang harus jatuh pingsan akibat bola basket. Hanya saja rasa sakit memang Raya rasakan.
“ Sorry Ray, gue ngga senga—“
“ Minggirin tangan Lo” sarkas Alisha menepis tangan Tama.
Mungkin hanya Alisha lah orang satu-satunya yang tidak ada rasa hormatnya kepada senior, apalagi itu Tama.
Mundur perlahan diri Tama dibuatnya, mengangkat kedua tangnnya seperti dihadapkan dengan pistol polisi.
“ Lo ngga kenapa-kenapa kan Ray, mending sekarang kita ke UKS “ diajaknya Raya untuk beranjak dari tempat itu tanpa memperdulikan Tama yang melongo heran.
Di UKS
Rasa canggung seakan meluap hampir di seluruh ruangan. Kini Raya dan Alisha hanya berdua tidak ada Bele yang menjadi penengah.
“ Mmm, btw Makasih ya Sha, udah bantuin gue” kata Raya memulai pembicaraan sambil menyenderkan dirinya di atas kasur uks. Mata yang tadinya sayu dibuat kaget melihat reaksi Alisha setelahnya.
“ Gimana enak lo kayak gini, sok-sok an kuat sendiri, kalau bukan gue yang bantuin elo siapa lagi ?” jelas Alisha panjang lebar, satu tarikan napasnya mewakili isi hatinya selama ini.
Perasaan tadi juga kak Tama mau bantuin gue dan ngga jadi gara-gara elo Sha. Bantin Raya.
“ Gue kayak gini karena elo yang –“
“ oke ! gue minta maaf, puas lo! “ potong Alisha cepat.
Menghembuskan napasnya, Raya maklum jika Alisha masih terbawa egonya. Intinya, untuk kalimat permintaan maaf Alisha kini, mereka berdua telah akur.
“ Wah.... anak-anak gue akhirnya akur. Kalau kayak gitu pulang sekolah kita harus rayain makan waffel kesukaan gue di dalam MOL. Oke ?” teriak bahagia dari Bele yang sedari tadi ternyata bersembunyi di depan UKS.
***
“ Gimana enak kan rekomendasi waffel dari gue ” oceh Bele sambil melahap potongan Waffel di piringnya. Sedangkan Raya dan Alisha hanya fokus ke masing-masing piring mereka tanpa meladeni nada sombong Bele.
Mereka saat ini tengah berada di salah satu kedai di dalam MOL. Hening mereka menikmati makanan.
“ Lah pake jatoh..! Ray bagi tisu basah dong” suara tiba-tiba Alisha memecah keheningan, dengan memasang bibir manyunnya, ia meratapi potongan Waffel jatuh di bagian kaos berwarna pinknya. Saat ini memang mereka bertiga sudah terlebih dahulu mengganti seragam dengan pakaian yang lebih kasual.
Dengan masih mengunyah makanannya, Raya mengambil tas, lalu mencari tisu basah untuk Alisha. Namun tisu yang di cari seakan tidak mau menampakkan dirinya, semakin di cari malah semakin menyelimpit. Tidak menyerah seorang Raya, di geledah tas birunya, sampai-sampai barang-barangnya harus ia keluarkan terlebih dahulu.
Ngerepotin banget sih nih tisu. Gerutu dalam hati Raya. “ Nih “ ucapnya selanjutnya memberikannya kepada yang butuh.
Sesekali selanjutnya mereka hening, kemudian saling bercerita walau sang pendongeng utama adalah Bele. Dirasa cukup lama, mereka akhirnya pulang.
Tanpa ada rasa kecurigaan mereka semua pulang dengan tenang.
Bertepatan dengan sampainya Raya di rumah, Genta sang ayah malah harus pergi lagi, dan mengatakan jika dirinya akan pulang terlambat malam ini. Raya bisa maklum, sebagai anak ia hanya bisa mengingatkan ayahnya untuk tidak lupa akan kondisi kesehatannya.
Sibuk menggulung rambutnya dengan handuk setelah aktivitas mandinya selama 15 menit. Denting notifikasi berbunyi begitu saja dari Hp Raya. Pesan dari nomor yang tidak dikenal membuat Raya melotot dengan apa isi pesannya. Secepat kilat Raya mengambil tas birunya menggeledah, mencari benda penting miliknya. Merasa sadar dengan ketiadaan benda kesayangannya, ia kembali melihat isi pesan tanpa nama itu.
“ Maaf, ini benar nomor pemilik buku agenda pink di foto ini? “ pesan sang anonim. Raya begitu fokus ketika sang pengirim, mengirimkan gambar agendanya yang hilang. Tapi sebenarnya Raya sedikit bingung, dirinya tidak mengingat dimana ia kelupaan meninggalkan bukunya.
Ternyata benda kesayangannya yang hilang adalah buku agenda penting yang di berikan oleh Mami Alula saat ia lulus dari SMP.
Buku yang berisikan hal-hal mengenai obsesinya tentang Antariksa.
Setelah yakin jika memang buku itu miliknya, Raya segerah membalas pesan dan bertanya jika apakah dirinya bisa bertemu untuk mengambil agenda kesayangannya.
Untung saja sang anonim menyutujuinya. Sesuai dengan kesepakatan, mereka akan bertemu besok sepulang sekolah. Dalam waktu yang singkat jantungnya hampir dibuat copot, dan bisa tenang ketika ia berpikir, ternyata masih ada orang yang care diluar sana.
.
.
.
😁🖐*jangan lupa like.like.like ya gaes..... tinggalkan pesa**n*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
★Merepotkan~
Semangat terus thor, dah mampir nih ane tuk dukung ente 🌲✌️
2021-05-03
0
Nyai iia
like like
2021-01-05
1
Deska wu
up
2020-12-31
1