...Hay.... up lagi readers.....
...semoga selalu enjoy... jika lihat ada typo boleh kasih tahu ya..🥰🥰...
...jangan lupa juga tinggalkan jejak...
.
.
...Kau membuatku tersenyum penuh arti, namun senyumanmu membuatku tak bisa menebak apa arti darinya....
^^^Rayana gadis debu_-^^^
Setelah keter-shokkan akibat kabar jadian Bele dan Bimo kemarin. Semuanya pasra. Cukup untuk mendoakan saja mereka berdua bisa baik-baik saja. Satu hal yang ditekankan oleh Alisha kepada temannya itu adalah jangan main pake hati.
Tahu sendiri kan dari alasan yang ada tentu semua akan berfikir Bele mungkin belum benar-benar suka dengan Bimo, hanya Bimolah yang suka.
Bagi Raya, ia lebih menyerahkan semuanya dan tidak ikut campur urusan Bele. Kan yang menjalanin semuanya adalah Bele, itung-itung itu adalah pengalaman buatnya, menurut Raya.
“ Ray! Yuk langsung ke perpus aja, ” ajak Alisha.
Saat ini mereka tengah ada di jam kosong. Bedanya jam kosong kali ini di bebani tugas dari Pak Jojo. Tugasnnya pun lumayan menguras tenaga, mereka harus mencari buku yang telah ditentukan dan meringkasnya. Otomatis mereka harus mencarinya di perpustakaan.
Sesampainya mereka disana.
“ Kita mencar aja ya biar cepat dapet. ”
Diangguki oleh Raya. Dan menuju ke rak buku di bagian tengah. Perpustakannya cukup besar hingga susah sekali menemukan buku yang ia cari. Mata Raya sudah menjelajahi kesemua deretan buku-buku itu, tangan nya pun ikut mengikuti, sampai akhirnya ia menemukan buku itu.
Ketika baru saja mengambil bukunya. Dari sela-sela lobang bekas buku tadi yang ia tarik, Raya mendapati siluet dua orang yang ia kenal.
Lula? Kak Tama?.
Dari yang Raya lihat Tama seperti sedang membantu Lula yang kesusahan mengambil buku di rak yang lebih tinggi darinya. Setelahnya Lula hanya berterima kasih kepada Tama dan pergi begitu saja.
Memang hanya itu interaksi mereka namun hal aneh dimata Raya muncul setelahnya. Tama tampak tersenyum, misterius? Aneh? Penuh arti? Tidak-tidak. Raya tidak bisa menebak arti dari senyuman itu, yang ia tahu adalah senyuman itu tidaklah sama dengan senyuman yang pernah ia dapatkan dari Tama.
Tama berbalik begitu saja membuat Raya hampir saja ketahuan. Tapi mengapa juga ia harus bersembunyi seperti saat ini. Pikirnya. Setelah di pikir-pikir lagi tidak lucu juga jika dirinya harus dituduh sebagai penguping kan. Raya memutuskan untuk pergi diam-diam dari tempat itu.
.
.
***
“ Aduh Ray. Kok gue tiba-tiba kebelet pipis ya. Ke toilet dulu ya Ray,” Ucap Alisha. Buru-buru dirinya pergi menuju toilet, membuat Raya harus menunggunya di depan.
Tanpa sadar Raya berdiri dengan tatapan kosong, alias tengah melamun. Tepukan tangan di pundaknya menyadarkannya seketika.
“ Hayo loh..... mikirin apa di depan toilet Ray?”
Ternyata dia Tama.
“ Mikirin Kak Tama” jawab Raya tiba-tiba. Dirinya kaget, alhasil menjawab dengan apa yang memang tengah ia pikirkan. Matilah..
“ Hahaha Lo mikirin gue?”
“ Hah? Ngga kok,, eh iya,, eh ngga, ” kenapa Raya bisa jadi plin plan begini. Berusaha keras ia mencari alasan lain. Tiba-tiba dalam pikirannya nama Angkasa muncul. Oh iya mungkin saja ia bisa basa basi bertanya tentang hubugannya dengan Angkasa.
Bukannya memang Tama pernah satu motor kan dengan Angkasa.
“ Eh iya sedikit mikirin sih kak.”
“ Hahaha mikirin tentang apa coba?” ucap Tama seditik terkekeh.
“ Itu... mm kak Tama kenal sama yang namanya Angkasa?”
Pertanyaan Raya membuat raut wajah ceria Tama menjadi berubah datar. Perasaan tidak ada yang salah dengan pertanyaannya.
“ Kenapa lo tiba-tiba nanya dia?”
“ Mmm.. ngga kenapa-kenapa sih Cuma penasaran aja, ” cukup canggung suasananya kini.
“ Oh iya Ray, ngomong-ngomong soal penasaran, gue juga sedikit penasaran, kalau boleh tahu Lo sama...— aduh siapa ya namanya La..la a. Oh Alula. Lo sama Alula itu sedeket apa sih?” tanya Tama.
Tunggu sekarang Raya malah menjadi bingung sendiri.
Kenapa tama seakan-akan mengalihkan pembicaraan mereka, dan malam bertanya soal dirinya dengan Lula.
“ Gue saha—“ ucapan Raya terpotong.
“ Yuk Ray gue ud— ah selesai.” Alisha yang sudah menyelesaikan kegiatannya di dalam toilet keluar dengan sedikit terkejut, karena Tama.
“ Sorry kak kita duluan ya, ” pamit Raya tiba-tiba. Semua pertanyaannya dan pertanyaan Tama pun sama-sama tidak terselesaikan. Ia lebih memilih memisahkan Alisha yang tampak benci pada Tama.
.
.
***
Raya menggerutu kecil, jam sudah menunjukan pukul 15.50. hampir jam 4 sore, ia belum mendapat bis untuk pulang.
Apakah ia harus berjalan kaki lagi?, hari ini cukup melelahkan baginya. Jalan satu-satunya adalah mencoba menghubungi ayahnya.
Ayah angkat dong...
“ Halo kenapa kak??”
“ Halo, yah. Ayah sibuk ngga?lagi dimana?”
“ Kenapa emang?”
“ Raya ngga dapet bis yah, ” ucap memelas Raya.
“ Astaga Raya, kenapa ngga telpon ayah dari tadi sih?"
“ Ya kan Ra—“
".... Kenapa Mas? Kok marah-marah gitu?”
Terdengar samar-samar suara lain dari balik sana. Mas? Siapa yang manggil Ayah dengan sebutan Mas ya?.batin Raya.
“ Ya udah ayah sekarang langsung jemput kamu, ” ucap terakhir Genta kemudian mematikan sambungannya.
Patut dicurigai. Pikiran Raya mulai bercabang. Hari ini sebelum berganti hari, intinya ia harus bisa mengorek penjelasan yang tertunda.
Raya menunggu dengan tidak sabaran. Tidak sengaja menggigit-gigit kuku jarinya. Beberapa menit kemudian barulah mobil Genta terlihat. Dengan gerakan gesit Raya masuk kedalam mobil. Mata elangnya tajam menatap sang ayah.
Baru saja Ayahnya ingin menghidupkan mobil. Raya sudah menjalankan interogasi pertamanya.
“ Yah.... ada ngga yang ayah mau obrolin sama Raya?” ucap lembut tetapi dengan mata yang tajam.
“ Hah? Obrolin? Ngga ada tuh.”
“ Ah..masa?” masih berusaha sabar Raya menunggu.
“ Iya... emang kenapa sih kamu nanya gitu, aneh-aneh aja?”
Mulai malas mengirim kode halus, mulailah Raya to the point.
“ Ayah beli buku apa pas sama Raya di toko buku lalu?”
Kena dia... jika di ingat-ingat lagi Genta akhirnya sadar. Tidak langsung menjawabnya, Genta malah terlihat mengedumel tidak jelas karena lampu merah yang menyala. Jika situasinya seperti ini dirinya seakan di dukung untuk segerah menjawabnya, bukan.
Hahah dia pikir Raya tidak melihat gelagat kakunya seperti itu. Raya hafal, meski ayahnya masih mempertahankan postur santai, tapi tangan Gentalah yang membuatnya yakin bahwa ayahnya tengah mati kutu.
“ Mmm.. ke..kenapa tiba-tiba nanya soal buku ?” tanya Genta gerogi.
“ Ah...Ngga kenapa-kenapa sih yah... tapi siapa tahu kan Raya bisa pinjem, makanya Raya nanya, bukunya genrenya apa sih, ilmiah? Pengetahuan? Teori? Bisnis ?” tanya Raya lagi.
Kali ini ia menyindir ayahnya, berpura-pura terlihat tidak mengetahui buku itu.
Tapi karena sudah tidak tahan lagi Raya menyindir kedua kalinya dengan telak.
“ Ayah tahu kan Raya ngga suka di bohongin!!”
.
.
.
.
.
...sampai sini dulu ya.......
...like...
...coment...
...vote...
...jangan lupa ya🤩🥰🔥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nyai iia
like like
2021-01-16
1
Elis
Boom like Thorrr...
Salam dari CINTA TERHALANG DINDING PESANTREN DAN SENJA TAPI TAK JINGGA🤗🤗
2021-01-15
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejak..jejak..jejak..
2021-01-15
1