Keesokan harinya, Tang Shu baru tersadar ternyata Fu Chen telah memiliki energi qi di dalam tubuhnya. Ia di buat lebih terkejut lagi saat mengetahui peraktik Fu Chen berada pada pendekar tingkat tiga tahap awal.
Tang Shu mempertanyakan dari mana Fu Chen mendapatkan ilmu untuk mempelajari cara menyerap qi. Seingatnya, dia tidak pernah mengajarkan apapun mengenai energi qi maupun cara menyerapnya.
"Chen'er, dari mana kau belajar menyerap energi alam dan mengelolanya menjadi energi qi?" Tang Shu memeriksa tubuh Fu Chen, ia khawatir qi itu di paksakan masuk oleh orang lain.
Menyerap energi qi pada dasarnya memerlukan bimbingan dan ilmu. Jika ada kesalahan dalam prosesnya, maka akan mempengaruhi perkembangan pendekar tersebut dan bisa saja menyebabkan kelumpuhan.
"Energi alam? Qi?" Fu Chen bertanya dengan polosnya.
"Apa? Kau bahkan tidak mengetahui apa yang kau serap?" Tang Shu hampir menjitak kepala Fu Chen karena sembarangan menyerap sesuatu yang tidak di ketahui olehnya sendiri.
"Ah … aku ingat, saat itu aku tidak sengaja merasakan sesuatu yang mengalir masuk ke dalam tubuhku, perasaan itu sama ketika aku membentuk dantian dulu. Jadi aku mencoba mengarahkan itu pada dantian kux kemudian dantian itu menyerap dengan sendirinya energi itu…" Fu Chen menjelaskan dengan santai.
Tang Shu tidak percaya dengan pendengarannya, jika anaknya memang melakukan penyerapan tanpa bimbingan apapun, bukankah itu sangat mengerikan?
Jika memang qi itu masuk dalam tubuhnya, seharusnya ada sumber daya yang sangat tinggi membantunya untuk menembus pendekar tingkat tiga tahap awal.
"Apa yang kau lakukan sebelum hal itu terjadi?" sungguh sulit bagi Tang Shu untuk mempercayai anaknya mampu menyerap qi begitu saja.
Fu Chen menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat melihat Tang Shu menatapnya dengan curiga. "Itu … saat ayah pulang aku memutuskan untuk masuk ke dalam hutan dan menelusurinya…" Fu Chen menceritakan seluruh kejadian yang ia alami, mulai dari bertemu dengan harimau sampai ia didalam goa.
"Kristal ungu? Jika benar itu adalah kristal ungu, maka ini akan sangat bagus untuk Fu Chen." Batin Tang Shu tersenyum lebar. "Apa kau masih mengingat jalan menuju tempat itu?" Tang Shu menepuk pelan pundak anaknya.
"Sebelum aku kembali, aku sempat membuat petunjuk menuju kesana. Seharusnya itu masih ada sampai sekarang." Fu Chen menatap ayahnya keheranan, dia juga berniat kembali kesana dalam waktu dekat untuk mengambil kristal dan memberikan pada ayahnya.
Tapi sepertinya itu tidak perlu lagi, karena Tang Shu sendiri yang minta di antar menuju goa.
"Baiklah kalau begitu, sekarang yang harus kau lakukan adalah menstabilkan qi dalam tubuhmu. Menyerap qi tidak bisa sembarangan, ayah akan memberikan kitab yang diberikan kepala klan pada ayah untuk kau gunakan nanti."
Tang Shu kemudian mengarahkan Fu Chen bagiamana cara menstabilkan qi dalam tubuhnya. Tang Shu tidak khawatir dengan pondasi yang dimiliki Fu Chen, dengan tulang Permata Dewa dan fisiknya yang telah terlatih, tubuh Fu Chen memang sudah bisa menahan beban energi qi.
"Qi di dalam tubuhmu masih terlalu kotor dan fungsi ilmu kitab adalah memurnikannya. Ingat apa yang ayah katakan ini, jangan mencoba untuk menyerap qi kembali sebelum ayah memberikan ilmu kitab." Ucap Tang Shu dengan serius.
"Baik ayah …." Jawab Fu Chen.
"Apa sekarang tubuhmu terasa lebih baik?" Tanya Tang Shu setelah membantu Fu Chen menstabilkan qi di dalam tubuhnya.
"Mn…" Fu Chen mengangguk menjawabnya, "Tubuhku terasa lebih segar sekarang." Fu Chen memperhatikan tanganya, merasa kekuatannya bertambah lagi.
Tang Shu menghela nafas pelan sebelum berdiri. "Sebenarnya ayah tidak ingin mengajarkanmu berpedang sekarang, tapi melihat kau yang sudah memiliki qi, kurasa tidak ada salahnya memberikan beberapa jurus untuk kau latih."
Tang Shu berjalan mengambil sebilah pedang kayu di belakang gubuk. Fu Chen yang melihat ayahnya yang nampak kecewa, sedikit merasa bersalah. Ia ingin membuat ayahnya bangga dengan pencapaian yang ia miliki. Namun, sepertinya semua tidak sesuai dengan yang ia harapkan.
"Klan Tang terkenal dengan permainan pedang dan qi yang mereka miliki. Karena itu, ayah tidak bisa mengajarkanmu ilmu bela diri tangan kosong. Kau bisa mempelajari itu di dalam sekte nantinya." Tang Shu melemparkan pedang kayu di tangannya pada Fu Chen.
Fu Chen memperhatikan pedang kayu itu sesaat, sebelum kembali mengamati Tang Shu. "Perhatikan setiap gerakan yang ayah tunjukkan! Ayah akan melakukannya secara perlahan agar kau bisa mengingatnya."
Tang Shu menggunakan tangan kirinya untuk meletakkan pedang kayu pada pinggangnya, tangan kanannya memegang gagang pedang seolah bersiap melepaskannya dari sarung.
Gerakan Tang Shu yang pelan terlihat begitu lembut di mata Fu Chen, setiap gerakannya menyatu satu sama lain bagaikan arus sungai yang terus mengalir. Fu Chen terpesona melihatnya, hingga ia lupa untuk mengingat setiap gerakan yang di tunjukkan Tang Shu.
Tang Shu beberapa kali mengulang gerakan dari awal agar Fu Chen dapat mengingatnya. "Apa kau berhasil mengingatnya?" Suara Tang Shu menyadarkan Fu Chen dari lamunannya. Imajinasinya terbang bebas membayangkan ia memainkan ilmu pedang yang sama dengan yang Tang Shu mainkan.
Fu Chen menggaruk pipinya sambil tersenyum kecut, "Eheh … bisakah ayah mengulanginya…?"
Tang Shu menggelengkan kepala pelan mengetahui isi pikiran Fu Chen. "Perhatikan dengan benar kali ini…"
Tang Shu mengulangi gerakannya sekali lagi, ia tahu Fu Chen pasti mampu jika hanya untuk mengingatnya. Fu Chen mengamati dengan serius kali ini, matanya tidak melewatkan satu gerakan sekalipun.
"Apa kau sudah mengingatnya kali ini?" tanya Tang Shu setelah mengulangi gerakannya.
"Mn, kurasa begitu." Fu Chen menganggukkan kepalanya.
"Ilmu pedang yang ayah perlihatkan disebut ilmu pedang Arus Jeram, ilmu ini hanya di ajarkan pada keturunan keluarga utama klan."
"Di dalamnya ada tiga jurus, jika kau berhasil memahami jurus pertama, maka kau dapat dengan mudah mempelajari kedua jurus lainnya. Sekarang, ulangi gerakan yang tadi kau lihat." Tang Shu menjelaskannya sambil melakukan beberapa gerakan sederhana.
Fu Chen menganggukkan kepalanya, kemudian memasang kuda-kuda yang sama dengan ayahnya. Fu Chen memperagakan setiap gerakan yang di tangkap oleh kepalanya. Meski masih berantakan, tapi setidaknya sudah memiliki pola yang benar.
"Caramu memegang pedang itu salah, tanganmu tidak akan kuat menahan benturan dengan senjata lain jika seperti itu…"
"Gerakkan tanganmu lurus kedepan saat kau menarik senjatamu dari sarungnya…"
"Tanganmu terhubung dengan otakmu, jadi jangan ragu setiap kau mengayunkan pedang." Tang Shu memberikan arahan pada setiap gerakan yang Fu Chen tunjukkan.
Fu Chen juga merasakan perubahan setelah ia mengikuti arahan Tang Shu. Lama kelamaan gerakan Fu Chen semakin cepat dan tegas, tidak ada lagi keraguan setiap langkah yang ia ambil.
Senyuman lebar terukir di wajah Fu Chen, merasakan sensasi bermain pedang yang sudah lama ia nantikan. Suara desisan angin yang terbelah membuat Fu Chen semakin bersemangat dan meningkatkan kecepatannya.
Tang Shu tertegun melihat putranya menari dengan pedang kayu di tangannya. Tang Shu masih dapat melihat celah dari permainan Fu Chen, namun celah itu semakin mengecil seiring Fu Chen mengulangi gerakannya.
Tang Shu tidak menyadari, jika Fu Chen beberapa kali mencoba mengubah pola gerakan kaki karena tidak nyaman baginya.
Tang Shu kemudian segera menghentikan Fu Chen saat melihat senyuman di wajah anaknya semakin lebar. Ia khawatir anaknya akan menjadi penggila pedang dan melakukan pembantaian nantinya.
Kasus seperti ini kerap kali terjadi di benua tengah, ketika seorang pendekar haus dengan ilmu pedang dan membantai suatu tempat untuk mengundang pendekar hebat menjadi lawannya.
Fu Chen menghentikan gerakannya dan berlari kecil ke arah Tang Shu dengan girang. "Ayah, apa kau melihatnya…? Tidak kusangaka jika bermain pedang akan sangat menyenangkan." Fu Chen mengayunkan pedang kayunya pelan dengan senyuman lebar.
"Chen'er…" Panggil Tang Shu.
Fu Chen menoleh ke arah ayahnya, senyumannya memudar setelah melihat ayahnya yang tidak terlihat senang sama sekali.
"Apa kau masih mengingat ucapan ayah? Jangan biarkan nafsu menguasai dirimu. Pedang harus selaras dengan hatimu… Pedang baru akan terasa manfaatnya jika di gunakan untuk melindungi orang lain." Tang Shu mengelus kepala Fu Chen, ia hanya tidak ingin anaknya salah memilih jalan kedepannya.
Fu Chen diam mendengarkan nasihat ayahnya. Ia ingat semua yang ayahnya katakan, namun ia berpikir apa salahnya menikmati sesuatu yang dia sukai.
"Ayah tidak membatasimu untuk bermain pedang, namun ingatlah apa yang ayah katakan." Tang Shu tersenyum lembut.
Ia sebenarnya sangat kagum dengan pemahaman Fu Chen yang sangat cepat dalam ilmu pedang, tapi ia ingin menyadarkan Fu Chen untuk tidak cepat puas dengan pencapaiannya.
"Seseorang pernah mengatakan, jika mempelajari ilmu pedang bukanlah menuju puncak tertinggi. Melainkan menyelam ke lautan tak berdasar…" Tang Shu selalu mengingat kalimat yang selalu di ajarkan pada setiap generasi di klannya.
"Apa maksudnya, ayah?" Fu Chen tidak bisa memikirkan apapun tentang hubungan mendaki dan menyelam dengan ilmu pedang.
"Kau harus mencari jawabannya sendiri demi perkembanganmu," Jawab Tang Shu tertawa kecil.
Fu Chen mendengus kesal, tapi ia tidak mempermasalahkan lebih lanjut. Ia sudah bertekad untuk melampaui ayahnya, maka ia harus mendapatkan jawaban dengan caranya sendiri.
"Lalu bagimana dengan gerakan jurus kedua, ayah?" Fu Chen merasa tidak mungkin jika ketiga jurus ilmu pedang Arus Jeram begitu mudah di pelajari.
Urat dahi Tang Shu sedikit berkedut, ia merasa anaknya ini terlalu meremehkan ilmu pedang yang ia ajarkan. "Pelajari dulu gerakan jurus pertama itu dengan benar, ayah masih dapat melihat banyak celah yang kau tunjukkan. Lanjutkan latihanmu seperti biasa setelah hari beranjak petang."
"Ah, ayah lupa. Jurus pertama itu bernama Erosi, jurus kedua di sebut Pasang Surut dan yang ketiga di sebut Rawa kematian…"
"Huh? bagaimana bisa jurusnya bernama seperti itu?" Fu Chen memiringkan kepalanya mendengar nama aneh dari jurus yang ia pelajari.
"Jangan tanyakan pada ayah, tanyakan saja pada leluhurmu di atas sana." Tang Shu menjawab kesal, ia juga mempertanyakan nama jurus itu kenapa demikian.
"Aku merasa malu untuk mengatakannya saat menggunakan jurus yang hebat ini." Fu Chen tersenyum kecut membayangkan ia harus meneriaki nama jurus aneh itu saat akan di gunakan.
"Kau tidak perlu mengatakannya, hanya ilmu tingkat tinggi yang perlu di ucapkan saat ingin menggunakannya."
"Tapi tetap saja, nama itu sangat aneh…. Hm, bagaimana jika ku ubah menjadi… Hiroshi pertama, Hiroshi Hujan Petir dan Hiroshi Ketenangan…" Fu Chen mengelus dagunya memikirkan nama yang tepat. "Kurasa itu cukup bagus, maknanya juga sama dengan sebelumnya." Fu Chen tersenyum lebar memikirkan nama jurus yang baru saja ia ubah.
Tang Shu hanya bisa tersenyum kecut melihat anaknya yang mengubah nama jurus leluhurnya begitu saja.
"Berhentilah memikirkan nama aneh itu dan segeralah berlatih. Apa kau akan memikirkannya seharian, hah?" Tang Shu menjitak kening Fu Chen setelah mengetahui tujuan anaknya.
"Aw… iya baiklah," Fu Chen tersenyum kecut mengetahui dirinya tidak berhasil mengelabui Tang Shu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Arwin Atune
mengubah jurus
2024-08-19
0
Dzikir Ari
Seenaknya saja mengubah nama jurus
2023-07-08
0
Harman LokeST
semangat terus dalam latihanmu
2022-06-09
0