Ch.3 - Dunia Persilatan

Pendekar itu kemudian menyodorkan pedangnya kepada Sin Lou. Sin Lou seketika terjatuh ke lantai saat pendekar itu melepas pegangannya.

"huop... ugh! Apa-apaan pedang ini? Golok ayahku yang ukurannya lebih besar saja masih bisa ku angkat!" gerutu Sin Lou yang masih berusaha mengangkat pedang itu.

Mata Fu Chen terbuka lebar melihatnya tak menyangka Sin Lou akan kesulitan mengangkat pedang itu, padahal terlihat jelas oleh matanya bagaimana pendekar itu dengan leluasa memainkan pedangnya.

"Bagaimana, apa pedang itu terlihat rapuh?" Pendekar itu tertawa kecil melihat Sin Lou yang mulai menyerah.

"Cih… aku suka pedang yang lebih besar agar terlihat gagah di mata para gadis dari pada pedang seperti ini." Sin Lou melepaskan pedang itu begitu saja, beruntung Fu Chen dengan sigap menahannya sebelum jatuh ke lantai.

Matanya melebar saat sendinya terasa sedikit bergeser ketika ia menangkap pedang itu.

"Hei! Jaga sikapmu!" Fu Chen merasa perlu memperingatkan Sin Lou, ia khawatir pendekar itu akan tersinggung dengan sikap anak ini.

"Hahaha… tak apa, itu biasa terjadi." Pendekar itu lalu mengambil pedang yang masih di tangan oleh Fu Chen. Tak lama kemudian Bibi Fei datang untuk memberikan uang kembalian milik sang pendekar.

Pemdekar itu menolak kembalian tersebut dan meminta Bibi Fei untuk membaginya pada Fu Chen dan Sin Lou. Dia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berniat pergi namun Fu Chen segera menahannya.

"em… maaf tuan, bisakah anda menyebutkan namamu?" Tanya Fu Chen malu-malu.

"Hahaha… benar juga, aku terlalu menikmati obrolan tadi sehingga lupa memperkenalkan diri," Pendekar itu tertawa canggung sebelum mengenalkan dirinya. "Panggil saja aku Xing Fu, aku pendekar pengelana tanpa sekte."

"Xing Fu?" Fu Chen bergumam pelan.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa." pendekar bernama Xing Fu itu melambaikan tangannya dan berjalan keluar kedai. Sin Lou membalasnya, Sedangkan Fu Chen berusaha untuk mencatat nama pedekar itu dalam ingatannya.

Setelah pendekar itu tidak lagi terlihat, Sin Lou mengarahkan pandanganya pada sekantung kain yang berisi tumpukan perak di dalamnya, ia kemudian menyikut pelan perut Fu Chen untuk membuatnya tersadar.

"Hei, kita beruntung sekali hari ini! Hahaha…"Sin Lou menimang-nimang uang yang baru saja mereka dapatkan, belum selesai ia menikmati kebahagiaannya kantong itu segera direnggut oleh Bibi Fei.

"Apa kau tidak dengar? Uang ini akan di bagi rata, termasuk juga Fu Mei jadi kau jangan berpikir yang tidak-tidak," ucap Bibi Fei sambil tersenyum penuh makna.

Sin Lou tidak bereaksi namun wajahnya telah mewakili ungkapan frustasi dan kecewa secara bersamaan.

"Kalian berdua cepat bantu Mei'er mencuci piring di belakang! Ia sangat kelelahan karena menunggu kalian sejak tadi." Bibi Fei mengubah senyumnya menjadi tatapan dingin yang mengintimidasi mereka berdua, aura seorang iby-ibu rumah tangga pun keluar dari sekujur tubuhnya.

Fu Chen dan Sin Lou bergidik ngeri melihatnya, bulu kuduk mereka pun bereaksi demikian. Dengan cepat mereka berdua berlari menuju kearah belakang kedai Bibi Fei sambil mendorong satu sama lain.

"Dasar anak-anak itu." Bibi Fei menghela napas pelan dan kembali melayani pelanggan yang lain.

Di kejauhan, nampak pendekar yang tadi berbincang dengan Fu Chen sedang tersenyum tipis, ia menyadari pedangnya sedikit bereaksi ketika di sentuh oleh Fu Chen.

"Pemuda yang menarik …" Tidak berselang lama setelahnya, pendekar itu langsung melompat tinggi ke atap-atap rumah warga dan menghilang dalam lebatnya hutan.

***

Malam harinya ketika kelurga Fu Chen sedang makan malam, Fu Chen menanyakan tentang Dunia persilatan dan beberapa hal yang ia ketahui dari Xing Fu, pendekar yang tadi siang ia temui.

"Chen'er, dari mana kau bisa tahu pedang Katana?" Tang Shu sedikit terkejut saat Fu Chen menanyakan tentang pedang Katana.

Katana sendiri sangat jarang di temukan di benua Timur, pedang seperti Katana hanya dapat di temui di sekitaran benua Tengah dan benua Utara.

Wajah Tang Shu kemudian sedikit memucat saat Fu Chen menjelaskan pertemuannya dengan seorang pendekar bernama Xing Fu, tidak hanya Tang Shu saja, Xin Xue pun memperlihatkan raut wajah yang sama.

Alasan kenapa mereka meyembunyikan marga Tang dari orang asing bukan tanpa alasan. Semua itu karena Tang Shu merupakan cucu dari salah satu Kepala Klan ternama di Benua Tengah, yaitu Klan Tang.

Namun karena keserakahan orang-orang di benua Tengah, klan Tang terpaksa harus menguburkan namanya usai mendapat serangan dari berbagai klan yang membentuk aliansi.

Kekuatan klan Tang sendiri sebenarnya sudah menyamai sebuah sekte besar dan bahkan sebuah kerajaan sekalipun. Namun karena yang mereka lawan adalah gabungan antar beberapa Klan dan pendekar-pendekar hebat, membuat Klan Tang mendapati kekalahan telak.

Tang Shu dan beberapa orang lainnya yang masih selamat memutuskan untuk meninggalkan benua Tengah dan berpencar ke beberapa benua yang berbeda.

Setelah menjelajah beberapa tahun tanpa tujuan, akhirnya Tang Shu bertemu dengan Xin Xue yang merupakan seorang gadis cantik di Desa Bintang Jatuh saat itu, usia mereka juga tidak terpaut jauh.

Tang Shu yang saat itu masih berusia 20 tahun kemudian memutuskan untuk menetap di Desa Bintang Jatuh hingga akhirnya menikahi Xin Xue saat umurnya menginjak 30 tahun. Hingga sekarang telag mereka memiliki dua orang anak dan tetap mempertahankan rumah tangganya sampai detik ini.

Tang Shu sengaja memberi nama *Fu* di belakang marga kedua anaknya. Tang Shu ingin agar klannya tidak punah, serta ia juga tak ingin kedua anaknya mendapat masalah karena memiliki marga Tang.

Xin Xue juga telah mengetahui latar belakang suaminya dan ia sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut. Xin Xue mengatakan kepada Tang Shu bahwa mereka hidup untuk hari ini dan hari esok, jadi tidak perlu memikirkan masa lalu yang di deritanya.

Namun Tang Shu masih menyembunyikan satu fakta dari istrinya, fakta bahwa dirinya lah yang membawa pusaka peninggalan klan Tang yang ia simpan di suatu tempat sampai saat ini.

***

Tang Shu mecoba untuk menenangkan diri. Tang Shu sebenarnya tidak ingin Fu Chen memasuki dunia persilatan karena ia sendiri telah merasakan bagaimana pahitnya hidup sebagai pendekar. Namun Tang Shu sadar, ia tidak dapat memaksa pilihan anaknya atau itu akan membuatnya menyesal suatu hari.

Tang Shu sedikit menghela napas sebelum kembali melanjutkan penjelasan.

Tang Shu menerangkan bahwa Dunia Persilatan tidaklah sedamai yang Fu Chen kira, dunia persilatan di penuhi dengan pertempuran dan darah. Dunia persilatan adalah dunia yang penuh dengan tipu muslihat dan tempat bagi orang-orang serakah serta licik berkumpul.

"Dunia persilatan memiliki aturannya sendiri, siapa yang kuat maka mereka akan di sanjung. Namun kau harus tau satu hal, kekuatan bukanlah segalanya. Di Dunia persilatan juga memerlukan relasi agar posisimu tetap bertahan atau mungkin dapat naik menjadi lebih tinggi lagi."

Fu Chen mengangguk pelan atas penjelasan ayahnya. "Tapi ayah… apa maksudnya dengan Aliran Putih? Aku mendengar jika Sekte Pedang Suci berasal dari aliran Putih, apa maksudnya itu?"

"Aku hampir lupa akan hal itu, haha…" Tang Shu tertawa canggung, hampir saja dirinya lupa menjelaskan hal yang paling penting dalam dunia persilatan.

Aliran Putih adalah aliran yang menjunjung tinggi kemanusiaan, aliran putih juga sering terlibat perkelahian dengan aliran lain karena sebuah konflik kecil atau pun karena melindungi para warga.

Aliran Hitam biasanya berisi orang-orang serakah yang meninggikan kekuasaan serta kekuatan, aliran inilah yang sering kali membuat masalah di berbagai tampat.

Aliran Sesat sedikit berbeda dari aliran Hitam, orang-orang di aliran sesat biasanya tidak mengakui jika mereka berasal dari sana, aliran ini juga merupakan aliran terkecil dari ke-empat aliran yang ada.

Sedangkan Aliran Netral merupakan aliran yang realistis, mereka tidak akan ikut campur dalam setiap urusan orang lain jika memang tidak bersangkutan dengan mereka.

"Apa kau mengerti Chen'er?" Tang Shu tersenyum lembut melihat anaknya yang begitu serius mendengarkan penjelasannya. sedangkan Fu Mei sudah tertidur pulas bersama ibunya di kamar.

Tang Shu memeberikan nasihat kepada Fu Chen szekali lagi dan meminta anaknya untuk menjadi irang yang netral. Hati manusia tidak di ukur dari aliran mana dia berasal, jika hati manusia telah kotor maka aliran bukanlah suatu hal yang dapat mempengaruhinya.

Fu Chen mengangguk paham, ia begitu kagum melihat ayahnya yang dapat menjelaskan tentang dunia persilatan dengan begitu rinci, padahal pekerjaannya sendiri adalah seorang petani.

"Dari mana ayah mengetahui semua itu? Setahuku ayah selalu berkebun dan hampir tidak pernah meninggalkan Desa," tanya Fu Chen sedikit heran.

"Eh, haha… ayah mengetahuinya dari para pedagang Chen'er, mereka selalu berpindah-pindah tempat dalam berjualan, tentu mereka memiliki banyak informasi," kata Tang Shu sambil tersenyum canggung.

"Nah Chen'er, apa kau tertarik untuk ikut seleksi sekte Pedang Suci tahun depan?" tanya Tang Shu untuk mencairkan suasana.

Fu Chen bersemangat ketika ayahnya menanyakan hal itu, dengan cepat dirinya menganggukkan kepalanya.

"iya ayah!"

Tang Shu tersenyum lembut lalu mengusap kepala Fu Chen. "Kalau begitu persiapkan dirimu, satu bulan lagi akan di adakan pembangkitan dantian yang ada di tubuhmu."

"Dantian?" Fu Chen begitu bingung, bahkan dirinya belum memasuki dunia persilatan namun banyak hal baru telah mengisi kepalanya.

Dantian adalah tempat menampung energi qi, kualitas dantian seseorang juga menentukan bakat orang tersebut. semakin tinggi kualitasnya maka semakin tinggi pula kesempatan orang itu menjadi pendekar ternama.

Sedangkan energi qi adalah energi alam yang berhasil di serap oleh tubuh manusia, qi itu akan di simpan dalam dantian dan membentuk titik-titik kecil sebagai perwujudannya.

"Untuk kualitas Dantian, kau dapat mengetahuinya dua minggu lagi, saat itu akan ada perwakilan sekte Pedang Suci yang akan menjelaskan dan membagikan selembaran tentang kualitas Dantian." Tang Shu hendak berdiri dari kursinya namun Fu Chen kembali bertanya.

"Apa yang harus aku persiapkan untuk pembangkitan dantian nanti, ayah?"

"Lakukan hal seperti yang biasa kau lakukan Chen'er, itu cukup untuk melatih fisikmu." Tang Shu tersenyum lembut.

Selagi Fu Chen memikirkan hal itu, Tang Shu sudah lebih dulu meninggalkan Fu Chen dan menyusul istrinya yang telah tertidur pulas.

"Jika aku masih melakukan hal seperti biasa… bukankah itu sama saja tidak ada persiapan? Bagaimana jika nanti akan kalah dari Sin Lou si penggila otot itu." Fu Chen membatin, dia masih tidak bisa memikirkan persiapan macam apa yang harus ia lakukan.

"Huft, mungkin besok aku akan memikirkannya kembali, hari ini sudah cukup banyak informasi yang aku dapatkan, kuarasa otakku juga perlu istirahat."

Terpopuler

Comments

Arwin Atune

Arwin Atune

pelajaran dari ayah

2024-08-16

0

Dzikir Ari

Dzikir Ari

Alurnya bagus dan mudah dipahami

2023-07-08

0

wak-Kat

wak-Kat

👍

2023-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch.1 - Hal Baru
3 Ch.2 - Pedang
4 Ch.3 - Dunia Persilatan
5 Ch.4 - Tingkat Kultivator
6 Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7 Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8 Ch.7 - Lampion
9 Ch.8 - Sebuah Harapan
10 Ch.9 - Pesta
11 Ch.10 - Keberangkatan
12 Ch.11 - Kebenaran
13 Ch.12 - Latihan
14 Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15 Ch.14 - Feng Youxin
16 Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17 Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18 Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19 Ch.18 - Kabar Duka
20 Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21 Ch.20 - Aura Binatang Magis
22 Ch.21 - Perbatasan
23 Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24 Ch.23 - Merah Merona
25 Ch.24 - Batu Penguji
26 Ch.25 - Duel
27 Ch.26 - Perpisahan
28 Ch.27 - Permohonan
29 Ch.28 - Xiao Jung
30 Ch.29 - Pemandangan Buruk
31 Ch.30 - Tiba Di Kota
32 Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33 Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34 Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35 Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36 Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37 Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38 Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39 Ch.38 - Perpustakaan
40 Ch.39 - Li Han
41 Ch.40 - Li Han II
42 Ch.41 - Li Han III
43 Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44 Ch.43 - Perebutan Tahta
45 Ch.44 - Satu Tahun
46 Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47 Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48 Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49 Ch.48 - Boneka Kayu
50 Ch.49 - Ujian Ketiga
51 Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52 Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53 Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54 Ch.53 - Siasat Perampok
55 Ch.54 - Jebakan
56 Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57 Ch.56 - Salah Paham
58 Ch.57 - Memeriksa Markas
59 Ch.58 - Memeriksa Markas II
60 Ch.59 - Pembebasan
61 Ch.60 - Kota Tiemao
62 Ch.61 - Perbincangan Singkat
63 Ch.62 - Gadis Merepotkan
64 Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65 Ch.64 - Hukuman Sepadan
66 Ch.65 - Pusaka
67 Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68 Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69 Ch.68 - Ibu Kota
70 Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71 Ch.70 - Persiapan
72 Ch.71 - Persiapan II
73 Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74 Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75 Ch.74 - 3 Item Utama
76 Ch.75 - Persaingan Singkat
77 Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78 Ch.77 - Percobaan Pertama
79 Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80 Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81 Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82 Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83 Ch.82 - Rencana
84 Ch.83 - Gunung Fugui
85 Ch.84 - Gunung Fugui II
86 Ch.85 - Gunung Fugui III
87 Ch.86 - Keanehan
88 Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89 Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90 Ch.89 - Kembali
91 Ch.90 - Pertemuan
92 Ch.91 - Qiao Wu
93 Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94 Ch.93 - Guru
95 Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96 Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97 Ch.95 - Latihan
98 Ch.96 - Latihan II
99 Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100 Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101 Ch.99 - Nasehat
102 Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103 Ch.101 - Rapat Tetua
104 Ch.102 - Rapat Tetua II
105 Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106 pengumuman
107 Ch.104 - Pergi
108 Ch.105 - Kembali
109 Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110 Ch.107 - Amarah
111 Ch.108 - Musuh Lama
112 Ch.109 - Selamat Tinggal
113 Ch.110 - Penginapan
114 Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115 Ch.112 - Fu Mei
116 Ch.113 - Fu Mei II
117 Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118 Pengumuman!
119 Nt Error
120 Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121 Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122 Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123 Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124 Ch.119 - Dunia Baru
125 Ch.120 - Semua Akan Berubah
126 Ch.121 - Jenderal Petarung
127 Ch.122 - Prajurit Batu
128 Ch.123 - Langkah Awal
129 Ch.124 - Wanita Bangsawan
130 Ch.125 - Su Anna
131 Ch.126 - Rencana
132 Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133 Ch.128 - Hutan
134 Ch.129 - Informasi
135 Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136 Ch.131 - Merelakan
137 Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138 Ch.133 - Ulang Tahun
139 Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140 Ch.135 - Diskusi
141 Ch.136 - Persetujuan
142 Ch.137 - Identitas
143 Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144 Ch.139 -Ye Singsui
145 Ch.140 - Keuntungan
146 Ch.141 - Bagi Hasil
147 Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148 Ch. 143 - Perbatasan
149 Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150 Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151 Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152 Ch.147 - Perkenalan
153 Ch.148 - Diskusi
154 Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155 Ch.150 - Penelusuran
156 Ch.151 - Dou Huang
157 Ch.152 - Matahari Menyambut
158 Ch.153 - Dan Suyu
159 Ch.154 - Di Sambut Hangat
160 pesan
161 Ch.155 - Ulang Tahun
162 Ch. 156 - Kota Lianing
163 Ch.157 - Turnamen
164 Ch.158 - Turnamen II
165 Ch. 159 - Berburu
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Prolog
2
Ch.1 - Hal Baru
3
Ch.2 - Pedang
4
Ch.3 - Dunia Persilatan
5
Ch.4 - Tingkat Kultivator
6
Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7
Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8
Ch.7 - Lampion
9
Ch.8 - Sebuah Harapan
10
Ch.9 - Pesta
11
Ch.10 - Keberangkatan
12
Ch.11 - Kebenaran
13
Ch.12 - Latihan
14
Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15
Ch.14 - Feng Youxin
16
Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17
Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18
Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19
Ch.18 - Kabar Duka
20
Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21
Ch.20 - Aura Binatang Magis
22
Ch.21 - Perbatasan
23
Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24
Ch.23 - Merah Merona
25
Ch.24 - Batu Penguji
26
Ch.25 - Duel
27
Ch.26 - Perpisahan
28
Ch.27 - Permohonan
29
Ch.28 - Xiao Jung
30
Ch.29 - Pemandangan Buruk
31
Ch.30 - Tiba Di Kota
32
Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33
Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34
Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35
Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36
Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37
Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38
Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39
Ch.38 - Perpustakaan
40
Ch.39 - Li Han
41
Ch.40 - Li Han II
42
Ch.41 - Li Han III
43
Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44
Ch.43 - Perebutan Tahta
45
Ch.44 - Satu Tahun
46
Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47
Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48
Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49
Ch.48 - Boneka Kayu
50
Ch.49 - Ujian Ketiga
51
Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52
Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53
Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54
Ch.53 - Siasat Perampok
55
Ch.54 - Jebakan
56
Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57
Ch.56 - Salah Paham
58
Ch.57 - Memeriksa Markas
59
Ch.58 - Memeriksa Markas II
60
Ch.59 - Pembebasan
61
Ch.60 - Kota Tiemao
62
Ch.61 - Perbincangan Singkat
63
Ch.62 - Gadis Merepotkan
64
Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65
Ch.64 - Hukuman Sepadan
66
Ch.65 - Pusaka
67
Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68
Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69
Ch.68 - Ibu Kota
70
Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71
Ch.70 - Persiapan
72
Ch.71 - Persiapan II
73
Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74
Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75
Ch.74 - 3 Item Utama
76
Ch.75 - Persaingan Singkat
77
Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78
Ch.77 - Percobaan Pertama
79
Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80
Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81
Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82
Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83
Ch.82 - Rencana
84
Ch.83 - Gunung Fugui
85
Ch.84 - Gunung Fugui II
86
Ch.85 - Gunung Fugui III
87
Ch.86 - Keanehan
88
Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89
Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90
Ch.89 - Kembali
91
Ch.90 - Pertemuan
92
Ch.91 - Qiao Wu
93
Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94
Ch.93 - Guru
95
Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96
Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97
Ch.95 - Latihan
98
Ch.96 - Latihan II
99
Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100
Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101
Ch.99 - Nasehat
102
Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103
Ch.101 - Rapat Tetua
104
Ch.102 - Rapat Tetua II
105
Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106
pengumuman
107
Ch.104 - Pergi
108
Ch.105 - Kembali
109
Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110
Ch.107 - Amarah
111
Ch.108 - Musuh Lama
112
Ch.109 - Selamat Tinggal
113
Ch.110 - Penginapan
114
Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115
Ch.112 - Fu Mei
116
Ch.113 - Fu Mei II
117
Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118
Pengumuman!
119
Nt Error
120
Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121
Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122
Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123
Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124
Ch.119 - Dunia Baru
125
Ch.120 - Semua Akan Berubah
126
Ch.121 - Jenderal Petarung
127
Ch.122 - Prajurit Batu
128
Ch.123 - Langkah Awal
129
Ch.124 - Wanita Bangsawan
130
Ch.125 - Su Anna
131
Ch.126 - Rencana
132
Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133
Ch.128 - Hutan
134
Ch.129 - Informasi
135
Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136
Ch.131 - Merelakan
137
Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138
Ch.133 - Ulang Tahun
139
Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140
Ch.135 - Diskusi
141
Ch.136 - Persetujuan
142
Ch.137 - Identitas
143
Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144
Ch.139 -Ye Singsui
145
Ch.140 - Keuntungan
146
Ch.141 - Bagi Hasil
147
Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148
Ch. 143 - Perbatasan
149
Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150
Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151
Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152
Ch.147 - Perkenalan
153
Ch.148 - Diskusi
154
Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155
Ch.150 - Penelusuran
156
Ch.151 - Dou Huang
157
Ch.152 - Matahari Menyambut
158
Ch.153 - Dan Suyu
159
Ch.154 - Di Sambut Hangat
160
pesan
161
Ch.155 - Ulang Tahun
162
Ch. 156 - Kota Lianing
163
Ch.157 - Turnamen
164
Ch.158 - Turnamen II
165
Ch. 159 - Berburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!