Ch.18 - Kabar Duka

Cukup lama Fu Chen terbaring tidak sadarkan diri di dalam goa. Ia baru terbangun ketika hari mulai beranjak petang. Kepalanya terasa pusing, secara perlahan Fu Chen mengumpulkan kesadarannya dan membuka mata.

Tubuhnya sedikit nyeri, tapi terasa lebih baik dari sebelumnya. Fu Chen mengrenyitkan dahi saat menyadari luka pada tangannya hanya berupa goresan kecil.

Fu Chen kemudian mengamati luka itu yang menutup secara perlahan. Ia lalu membuka kain yang mengikat lengan kirinya. Matanya membulat melihat lukanya telah menutup.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Fu Chen memperhatikan sekitarnya, ia baru menyadari goa itu di penuhi kristal berwarna ungu yang seukuran ibu jari. Kristal itu juga memancarkan cahaya redup. Namun anehnya, pernafasan Fu Chen masih lancar meski goa itu di penuhi asap tipis.

Fu Chen tidak merasakan sakit saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Tidak ingin ambil pusing, Fu Chen mencoba untuk melihat kedalam goa. Ia berniat beristirahat disini karena diluar sudah cukup gelap.

Goa itu ternyata cukup dalam, Fu Chen tidak berani melanjutkan langkahnya setelah menemukan aliran air yang mengarah pada sebuah kolam. Kolam itu mengeluarkan asap tipis dan dan sedikit cahaya. Fu Chen mengira cahaya itu berasal dari pantulan kristal yang memang cukup banyak.

"Kurasa aku harus membersihkan diri dulu." Fu Chen melepaskan pakaiannya dan memasuki kolam secara perlahan. Benar dugaannya, kolam itu tidak dalam karena dasarnya sudah terlihat.

Tubuhnya terasa lebih bertenaga, kolam yang di pikirnya dingin itu ternyata cukup hangat. Fu Chen meminum air kolam itu sedikit karena merasa air itu bersih. Cukup lama ia berendam dan menbersihkan diri, sesekali ia memandangi luka yang ia dapatkan yang terus menutup hingga tak berbekas.

Tubuh Fu Chen terasa panas saat setelah beranjak dari kolam, ia mencoba masuk kembali ke dalam kolam, namun rasa panas itu tetap ada.

Fu Chen tidak sengaja teringat proses pembentukan beberapa bulan yang lalu, peroses itu memiliki sensasi yang sama seperti saat ini. Fu Chen mencoba menenangkan diri dan mulai memfokuskan pikirannya.

Energi panas yang di rasakan Fu Chen masuk melalui pori-pori kulitnya. Ia melakukan hal sama seperti pembentukan dantian yang ia ingat. Fu Chen mengarahkan energi panas itu pada dantiannya dan seketika langsung terserap begitu saja.

Proses itu terus berlanjut sepanjang malam. Tanpa Fu Chen sadari, dirinya saat ini telah memasuki tahap awal untuk menjadi seorang pendekar kelas tiga.

Fu Chen membuka matanya merasa tidak ada lagi energi yang memasuki tubuhnya. Air kolam itu sedikit keruh, bau keringatnya juga lebih menyengat dari biasanya. Namun di antara ke anehan yang ia lihat, Fu Chen merasa tubuhnya lebih segar bahkan sebelum dirinya bertarung dengan harimau kemarin.

Ia memperhatikan kristal berwarna ungu yang bertebaran di dalam goa untuk sekali lagi. Ia berniat membawa sebagian besar kristal itu, namun kantong kecilnya tidak memiliki banyak ruang.

Fu Chen menghela nafasnya, ia berpikir harus menandai jalan untuk menuju ke tempat ini, agar nanti dapat mengunjunginya bersama Tang Shu dan menjelajah ke bagian yang lebih dalam di goa itu.

Waktu berlalu begitu saja, empat hari Fu Chen habiskan untuk mencari jalan keluar menuju tempat biasa ia berlatih. Saat sampai disana, ternyata Tang Shu masih belum juga datang.

"Tidak biasanya ayah seperti ini." Fu Chen menghela nafas kasar, beruntung dugaannya meleset saat awal keberangkatannya. "Kurasa akan lebih baik jika aku istirahat beberapa hari ini …."

Di tempat lain, saat ini Tang Shu sedang berkabung atas kematian Bibi Fei. Tang Shu tidak menduga, jika kepergian Bibi Fei menuju kota akan menjadi akhir riwayat hidupnya. Tidak hanya Bibi Fei yang meninggal, namun beberapa warga Desa yang ikut pergi juga demikian.

Mayat Bibi Fei beserta warga lainnya di temukan setelah satu hari dari kejadian perampokan. Anehnya, mayat putri Bibi Fei tidak ditemukan di lokasi itu. Tang Shu beranggapan, perampok sengaja menyisakan anak Bibi Fei untuk di jadikan budak.

Warga Desa jelas sedih kehilangan sosok Bibi Fei. Mereka mengenal Bibi Fei sebagai orang yang mandiri dan baik hati. Sering kali ia memberikan buah jualannya untuk anak-anak.

Dari semua warga yang hadir, Fu Mei memeluk makam Bibi Fei sambil terisak tangis. Xin Xue dan Sin Lou yang berada di sampingnya mencoba untuk menenangkan.

Satu minggu berlalu begitu saja, Fu Chen sebelumnya berniat meninggalkan hutan dan menyusul ayahnya, mengira ada hal buruk yang terjadi. Namun ia mengurungkan niatnya tersebut menyadari kekuatan Tang Shu yang setidaknya telah menyamai tetua Sekte Pedang Suci.

Tang Shu baru tiba saat malam hari. Ia meminta maaf pada Fu Chen karena terlalu lama meninggalkannya.

"Tidak apa ayah. Apa yang sebenarnya terjadi di desa? Kenapa ayah kembali begitu lama?" Fu Chen ingin memastikan jika keadasn di Desa baik-baik saja.

Fu Chen mengerutkan kening melihat raut wajah Tang Shu berubah gusar. Jantungnya berdetak kencang saat Tang Shu membuka mulut.

"Itu…" Tang Shu menarik nafas sejenak. "Kau tahu, Bibi Fei telah tiada…" Ucap Tang Shu lemah.

"Apa maksudmu ayah? Katakan dengan jelas!" mata Fu Chen melotot, menolak kenyataan yang ada dalam pikirannya.

"Bibi Fei… dia telah meninggal…" Tang Shu menghela nafas setelahnya.

"Tidak, tidak mungkin… ini tidak mungkin… ayah, katakan padaku jika itu tidak benar kan…?" Mata Fu Chen mulai berair, namun ia masih berusaha menahannya.

Tang Shu tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya. Emosinya bergejolak melihat tatapan anaknya yang begitu sedih. "Tenanglah Chen'er, Bibi Fei sudah tenang disana…" Kata Tang Shu sambil mengelus kepala Fu Chen, senyumnya sedikit di paksakan kala itu.

Fu Chen tidak mampu lagi membendung air matanya. Suara lirih isakan tangis terdengar oleh Tang Shu. Ia Berniat menenangkan anaknya namun ia sendiri merasakan kesedihan yang sama.

Sudah kesekian kalinya bagi Tang Shu kehilangan orang-orang terdekat. Air matanya tidak mampu keluar mewakili kesedihan yang ia rasakan. Hanya senyuman lembut yang dapat ia tunjukkan pada Fu Chen saat ini.

"Apa kau ingin pulang melayat makam Bibi Fei?" tanya Tang Shu berusaha menenangkan anaknya.

Fu Chen menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak ayah, aku ingin menjadi kuat secepat mungkin, agar dapat melindungi Desa." Fu Chen mengangkat kepalanya setelah mengatakan itu. "Lalu bagaimana keadaan Xuan Rong, ayah?" Fu Chen baru teringat akan anak Bibi Fei itu.

Tang Shu menggelengkan kepalanya lagi, "Entahlah Chen'er, Xuan Rong tidak ditemukan di sekitar kejadian saat itu."

"Bukankah itu berarti dia masih hidup?" Tanya Fu Chen sedikit bersemangat.

"Ayah juga berharap dia masih hidup… namun ada dua kemungkinan yang membuatnya tidak ada dilokasi kejadian…"

"Apa itu ayah? Katakan padaku?" sergap Fu Chen kembali.

"… kemungkinan pertama adalah Xuan Rong berhasil melarikan diri dari perampok yang menyerang mereka, dan kemungkinan kedua, Xuan Rong di tangkap oleh perampok itu."

Tang Shu tidak ingin mengatakan jika Xuan Rong saat ini mungkin sudah menjadi budak si perampok, karena itu bisa saja menambah depresi dalam diri Fu Chen.

Fu Chen menggigit bibirnya geram, tidak ada hal baik dari dua kemungkinan itu. Jika memang Xuan Rong melarikan diri, maka ia akan kesulitan bertahan hidup diluar sana. Dan jika Xuan Rong di tangkap, maka itu akan lebih buruk lagi.

"Tidak perlu kau ambil pusing, kita tidak bisa berbuat apa-apa saat ini selain berharap Xuan Rong baik-baik saja."

Fu Chen berdiri dari posisi duduknya, lalu memandangi rembulan dan bintang malam itu sambil berkata. "Seluas apa sebenarnya dunia persilatan ini ayah?"

Tang Shu terheran mendengar pertanyaan anaknya, namun rasa herannya berubah senyuman lembut mengetahui maksud pertanyaan itu. "Siapa pun tidak akan mengetahui batasan dunia persilatan ini Chen'er, setiap kau melangkahkan kakimu di suatu tempat, maka hal baru akan mendatangimu. Begitu juga dengan hati, setiap ia mendapatkan duka maka perasaan sadar akan ia dapatkan…."

Fu Chen diam memandangi langit, ia membenarkan perkataan Tang Shu dalam benaknya. Jika manusia saja saling membunuh demi kehidupan yang mereka inginkan, maka orang baik pun dapat berubah jika menginginkan sesuatu.

"Apakah tidak ada, puncak dimana setiap orang dapat saling mengerti?" Fu Chen berkata lirih.

Tang Shu menggelengkan kepalanya mendengar itu. "Tidak ada yang benar-benar damai di dunia ini, kejahatan adalah pendamping setia kedamaian. Jika memang kejahatan sudah lenyap… maka kedamaian akan melahirkannya kembali."

Tang Shu tersenyum kecut mengatakannya, hal-hal seperti ini telah di ajarkan oleh klannya sejak kecil, keyakinan Tang Shu untuk mempercayainya kemudian semakin tinggi, setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, orang yang menyerang klannya adalah teman baik kakeknya.

Fu Chen mengerutkan dahinya tidak mengerti, namun ia tidak ingin menanyakan lebih lanjut pada Tang Shu. Ia ingin mendapatkan jawaban dari pernyataan itu dengan anggapannya sendiri.

Fu Chen berjalan menuju salah satu batu besar yang membendung aliran air terjun. Ia duduk disana memandangi air terjun dari atas sampai bawah. Mencoba untuk mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Tang Shu tidak menyalahkan tingkah anaknya, ia merasa kagum dengan ketenangan Fu Chen yang terus berkembang. "Entah apa yang di pikirkan anak itu sampai menanyakan hal demikian," Batin Tang Shu sambil tersenyum lembut, melihat anaknya duduk bersila merenungi ucapannya.

Terpopuler

Comments

Arwin Atune

Arwin Atune

duduk bersila

2024-08-19

0

Dzikir Ari

Dzikir Ari

walau byk tugas... tetap semangat Tor 🙏👍

2023-07-08

0

Harman LokeST

Harman LokeST

crazy up crazy up crazy up crazy up crazy up

2022-06-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch.1 - Hal Baru
3 Ch.2 - Pedang
4 Ch.3 - Dunia Persilatan
5 Ch.4 - Tingkat Kultivator
6 Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7 Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8 Ch.7 - Lampion
9 Ch.8 - Sebuah Harapan
10 Ch.9 - Pesta
11 Ch.10 - Keberangkatan
12 Ch.11 - Kebenaran
13 Ch.12 - Latihan
14 Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15 Ch.14 - Feng Youxin
16 Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17 Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18 Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19 Ch.18 - Kabar Duka
20 Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21 Ch.20 - Aura Binatang Magis
22 Ch.21 - Perbatasan
23 Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24 Ch.23 - Merah Merona
25 Ch.24 - Batu Penguji
26 Ch.25 - Duel
27 Ch.26 - Perpisahan
28 Ch.27 - Permohonan
29 Ch.28 - Xiao Jung
30 Ch.29 - Pemandangan Buruk
31 Ch.30 - Tiba Di Kota
32 Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33 Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34 Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35 Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36 Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37 Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38 Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39 Ch.38 - Perpustakaan
40 Ch.39 - Li Han
41 Ch.40 - Li Han II
42 Ch.41 - Li Han III
43 Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44 Ch.43 - Perebutan Tahta
45 Ch.44 - Satu Tahun
46 Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47 Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48 Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49 Ch.48 - Boneka Kayu
50 Ch.49 - Ujian Ketiga
51 Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52 Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53 Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54 Ch.53 - Siasat Perampok
55 Ch.54 - Jebakan
56 Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57 Ch.56 - Salah Paham
58 Ch.57 - Memeriksa Markas
59 Ch.58 - Memeriksa Markas II
60 Ch.59 - Pembebasan
61 Ch.60 - Kota Tiemao
62 Ch.61 - Perbincangan Singkat
63 Ch.62 - Gadis Merepotkan
64 Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65 Ch.64 - Hukuman Sepadan
66 Ch.65 - Pusaka
67 Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68 Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69 Ch.68 - Ibu Kota
70 Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71 Ch.70 - Persiapan
72 Ch.71 - Persiapan II
73 Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74 Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75 Ch.74 - 3 Item Utama
76 Ch.75 - Persaingan Singkat
77 Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78 Ch.77 - Percobaan Pertama
79 Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80 Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81 Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82 Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83 Ch.82 - Rencana
84 Ch.83 - Gunung Fugui
85 Ch.84 - Gunung Fugui II
86 Ch.85 - Gunung Fugui III
87 Ch.86 - Keanehan
88 Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89 Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90 Ch.89 - Kembali
91 Ch.90 - Pertemuan
92 Ch.91 - Qiao Wu
93 Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94 Ch.93 - Guru
95 Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96 Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97 Ch.95 - Latihan
98 Ch.96 - Latihan II
99 Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100 Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101 Ch.99 - Nasehat
102 Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103 Ch.101 - Rapat Tetua
104 Ch.102 - Rapat Tetua II
105 Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106 pengumuman
107 Ch.104 - Pergi
108 Ch.105 - Kembali
109 Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110 Ch.107 - Amarah
111 Ch.108 - Musuh Lama
112 Ch.109 - Selamat Tinggal
113 Ch.110 - Penginapan
114 Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115 Ch.112 - Fu Mei
116 Ch.113 - Fu Mei II
117 Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118 Pengumuman!
119 Nt Error
120 Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121 Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122 Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123 Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124 Ch.119 - Dunia Baru
125 Ch.120 - Semua Akan Berubah
126 Ch.121 - Jenderal Petarung
127 Ch.122 - Prajurit Batu
128 Ch.123 - Langkah Awal
129 Ch.124 - Wanita Bangsawan
130 Ch.125 - Su Anna
131 Ch.126 - Rencana
132 Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133 Ch.128 - Hutan
134 Ch.129 - Informasi
135 Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136 Ch.131 - Merelakan
137 Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138 Ch.133 - Ulang Tahun
139 Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140 Ch.135 - Diskusi
141 Ch.136 - Persetujuan
142 Ch.137 - Identitas
143 Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144 Ch.139 -Ye Singsui
145 Ch.140 - Keuntungan
146 Ch.141 - Bagi Hasil
147 Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148 Ch. 143 - Perbatasan
149 Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150 Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151 Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152 Ch.147 - Perkenalan
153 Ch.148 - Diskusi
154 Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155 Ch.150 - Penelusuran
156 Ch.151 - Dou Huang
157 Ch.152 - Matahari Menyambut
158 Ch.153 - Dan Suyu
159 Ch.154 - Di Sambut Hangat
160 pesan
161 Ch.155 - Ulang Tahun
162 Ch. 156 - Kota Lianing
163 Ch.157 - Turnamen
164 Ch.158 - Turnamen II
165 Ch. 159 - Berburu
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Prolog
2
Ch.1 - Hal Baru
3
Ch.2 - Pedang
4
Ch.3 - Dunia Persilatan
5
Ch.4 - Tingkat Kultivator
6
Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7
Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8
Ch.7 - Lampion
9
Ch.8 - Sebuah Harapan
10
Ch.9 - Pesta
11
Ch.10 - Keberangkatan
12
Ch.11 - Kebenaran
13
Ch.12 - Latihan
14
Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15
Ch.14 - Feng Youxin
16
Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17
Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18
Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19
Ch.18 - Kabar Duka
20
Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21
Ch.20 - Aura Binatang Magis
22
Ch.21 - Perbatasan
23
Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24
Ch.23 - Merah Merona
25
Ch.24 - Batu Penguji
26
Ch.25 - Duel
27
Ch.26 - Perpisahan
28
Ch.27 - Permohonan
29
Ch.28 - Xiao Jung
30
Ch.29 - Pemandangan Buruk
31
Ch.30 - Tiba Di Kota
32
Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33
Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34
Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35
Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36
Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37
Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38
Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39
Ch.38 - Perpustakaan
40
Ch.39 - Li Han
41
Ch.40 - Li Han II
42
Ch.41 - Li Han III
43
Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44
Ch.43 - Perebutan Tahta
45
Ch.44 - Satu Tahun
46
Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47
Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48
Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49
Ch.48 - Boneka Kayu
50
Ch.49 - Ujian Ketiga
51
Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52
Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53
Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54
Ch.53 - Siasat Perampok
55
Ch.54 - Jebakan
56
Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57
Ch.56 - Salah Paham
58
Ch.57 - Memeriksa Markas
59
Ch.58 - Memeriksa Markas II
60
Ch.59 - Pembebasan
61
Ch.60 - Kota Tiemao
62
Ch.61 - Perbincangan Singkat
63
Ch.62 - Gadis Merepotkan
64
Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65
Ch.64 - Hukuman Sepadan
66
Ch.65 - Pusaka
67
Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68
Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69
Ch.68 - Ibu Kota
70
Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71
Ch.70 - Persiapan
72
Ch.71 - Persiapan II
73
Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74
Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75
Ch.74 - 3 Item Utama
76
Ch.75 - Persaingan Singkat
77
Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78
Ch.77 - Percobaan Pertama
79
Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80
Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81
Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82
Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83
Ch.82 - Rencana
84
Ch.83 - Gunung Fugui
85
Ch.84 - Gunung Fugui II
86
Ch.85 - Gunung Fugui III
87
Ch.86 - Keanehan
88
Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89
Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90
Ch.89 - Kembali
91
Ch.90 - Pertemuan
92
Ch.91 - Qiao Wu
93
Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94
Ch.93 - Guru
95
Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96
Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97
Ch.95 - Latihan
98
Ch.96 - Latihan II
99
Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100
Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101
Ch.99 - Nasehat
102
Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103
Ch.101 - Rapat Tetua
104
Ch.102 - Rapat Tetua II
105
Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106
pengumuman
107
Ch.104 - Pergi
108
Ch.105 - Kembali
109
Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110
Ch.107 - Amarah
111
Ch.108 - Musuh Lama
112
Ch.109 - Selamat Tinggal
113
Ch.110 - Penginapan
114
Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115
Ch.112 - Fu Mei
116
Ch.113 - Fu Mei II
117
Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118
Pengumuman!
119
Nt Error
120
Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121
Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122
Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123
Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124
Ch.119 - Dunia Baru
125
Ch.120 - Semua Akan Berubah
126
Ch.121 - Jenderal Petarung
127
Ch.122 - Prajurit Batu
128
Ch.123 - Langkah Awal
129
Ch.124 - Wanita Bangsawan
130
Ch.125 - Su Anna
131
Ch.126 - Rencana
132
Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133
Ch.128 - Hutan
134
Ch.129 - Informasi
135
Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136
Ch.131 - Merelakan
137
Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138
Ch.133 - Ulang Tahun
139
Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140
Ch.135 - Diskusi
141
Ch.136 - Persetujuan
142
Ch.137 - Identitas
143
Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144
Ch.139 -Ye Singsui
145
Ch.140 - Keuntungan
146
Ch.141 - Bagi Hasil
147
Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148
Ch. 143 - Perbatasan
149
Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150
Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151
Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152
Ch.147 - Perkenalan
153
Ch.148 - Diskusi
154
Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155
Ch.150 - Penelusuran
156
Ch.151 - Dou Huang
157
Ch.152 - Matahari Menyambut
158
Ch.153 - Dan Suyu
159
Ch.154 - Di Sambut Hangat
160
pesan
161
Ch.155 - Ulang Tahun
162
Ch. 156 - Kota Lianing
163
Ch.157 - Turnamen
164
Ch.158 - Turnamen II
165
Ch. 159 - Berburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!