Sebuah kota besar dengan bangunan khas benua Tengah menjulang tinggi di setiap sudut kota. Kota itu bernama Gaozu, merupakan tempat bagi kediaman klan salah satu terbesar di Benua tengah. Klan Tang telah berhasil membangun sebuah Kota mereka sendiri pada masa jayanya.
Tembok menjulang tinggi seolah sebagai perbatasan Kota itu dengan dunia luar. Klan Tang dengan anggotanya yang telah mencapai angka ratusan ribu jiwa, berhasil mengukir namanya untuk sejajar dengan sebuah kerajaan.
Dengan segunung kekayaannya tentu akan membuat siapapun meneteskan air liur membayangkan tumpukan emas yang didapatkan klan itu.
Di balik kekuasaan yang besar akan ada kekuatan yang menopang klan itu agar tetap berdiri. Banyak sekumpulan pendekar dimasa lalu yang mecoba mengacaukan Klan itu, namun semua berakhir sekejap mata.
Setelah mengetahui ternyata Klan itu menyimpan ratusan tetua yang setara Pendekar Suci serta ribuan Pendekar Raja dan Jendral Petarung. Banyak Klan lain yang segan untuk berurusan dengan mereka. Rumor yang beredar juga mengatakan Klan itu memiliki seorang Patriark yang telah menembus batas Pendekar Suci.
Dengan semua aset yang mereka miliki membuat klan lain merasa tersingkirkan dan diam-diam mulai membuat kelompok baru untuk menggulingkan kejayaan klan Tang. Namun beberapa klan masih dapat berpikir jernih dengan membangun relasi agar klan mereka ikut berkembang.
Dari beberapa klan yang mengajukan kerja sama bisnis hanya satu klan yang berhasil menarik perhatian klan Tang. Mereka adalah klan Ye, klan yang bergerak dalam bidang Alkemis serta bisnis sumber daya.
Dengan bantuan yang diberikan klan Tang, akhirnya klan Ye dapat melebarkan bisnis mereka sampai Benua Utara dan masih terus berlanjut hingga mereka menjadi salah satu klan yang disegani di benua Tengah.
Namun semua kejayaan itu tidak dapat bertahan lama ketika Patriark klan Tang mendengar Putranya terbunuh saat pertemuan dengan petinggi klan Ye. Amarah membanjiri Patriark klan yang bernama Tang Hao saat itu.
Dengan tegas dirinya memutuskan segala kerja sama dengan klan Ye karena beranggapan klan itu telah berkhianat dengannya. Dirinya memberikan titah akan membalaskan dendam ini pada klan Ye jika mereka tidak memiliki bukti untuk membela diri.
Klan Ye tidak bisa berbuat banyak selain mengumpati Tetua yang mengkhianati mereka. Tetua itu ternyata telah bekerja sama dengan kelompok klan dan pendekar yang ingin menggulingkan klan Tang.
Tidak tanggung-tanggung, mereka mengirimkan setidaknya lima orang Pendekar Suci tahap awal untuk dapat membunuh putra Tang Hao.
Penantian selama puluhan tahun serta perencanaan yang sangat matang akhirnya membuahkan hasil. Kelompok itu berhasil mengadu domba klan yang sangat berpengaruh di benua Tengah saat itu.
Mereka tidak memikirkan dampak dari kekacauan yang mereka buat, yang terpenting bagi mereka hanyalah memusnahkan klan Tang dan merebut kembali posisi mereka di benua Tengah.
Latar yang membelakangi terbentuknya kelompok itu bukan hanya sekedar kebencian dan rasa iri dalam diri mereka. Namun karena adanya sebuah informasi rahasia yang diketahui sesepuh-sesepuh dunia persilatan benua Tengah yang seharusnya tidak lagi muncul.
Dengan kekuatan yang dapat meratakan sebuah kerajaan dalam sekejap, kelompok itu membantai seluruh anggota klan Tang tanpa menyisakan satupun, meski seorang bocah sekalipun. Api berkobar disetiap bangunan kota yang megah itu, jeritan serta tangisan seolah mengiringi pertarungan selama hampir dua minggu tersebut.
Namun dugaan kelompok itu masih sedikit meleset, klan Tang nyatanya mampu mengimbangi kekuatan mereka dan mampu memberikan perlawanan balik. Akan tetapi, takdir seolah berpihak pada kelompok pendekar itu.
Di penghujung pertarungan, seorang pendekar sepuh dengan membawa sebuah tongkat dan guci arak ditangannya memberikan angin segar kepada kelompok pendekar yang menyerang klan Tang. Pendekar sepuh itu juga membawa beberapa Pendekar Suci tahap akhir bersamanya.
"Inikah klan yang kau banggakan itu Tang Hao?" Pendekar sepuh itu tertawa keras melihat klan yang dikatakan terkuat itu saat ini sudah porak poranda.
"Cih…!" Tang Hao meludahkan darah yang ada di mulutnya setelah terkena serangan tapak dari pendekar sepuh itu.
"Bajingan kau Yuan Meng! Inikah balasan dari seorang teman yang telah menolongmu dulu?" Tang Hao ikut melayang diudara, disekitarnya masih banyak pendekar yang sedang bertarung.
"Hahaha! Teman?! Jika kau memang menganggapku seorang teman, lantas kenapa kau menolak perjodohan anak ku Xing Fu dengan putrimu Tang Wei?" Kata pendekar sepuh itu seraya tertawa lebar, namun di balik tawanya mengandung sebuah kemarahan yang tidak bisa di ungkapkan.
Kehidupan Yuan Meng awalnya memang biasa saja karena dirinya merupakan seorang pendekar pengelana. Pertemuannya dengan Tang Hao juga hanya sekedar kebetulan saat ia sedang bertarung melawan beberapa pendekar yang mengacau di Kota.
Pada saat itu usia mereka baru menginjak 30 tahun. Tang Hao dan Yuan Meng bekerja sama untuk mengambil alih Kota Awan Salju yang telah dikuasai pendekar aliran Hitam di kala itu.
Berawal dari sebuah kerja sama hingga membuat hubungan keduanya terus berlanjut menjadi sebuah rekan dan sahabat. Pada suatu kejadian yang hampir membuat Yuan Meng kehilangan nyawanya, Tang Hao datang menolongnya dengan membawa pasukan khusus yang dimiliki klan Tang.
Yuan Meng sangat terkejut menyadari temannya ternyata berasal dari sebuah klan ternama di benua Tengah. Setelah kejadian itu hubungan mereka semakin renggang karena Yuan Meng memilih pergi dan menjauhi Tang Hao.
Hingga akhirnya Tang Hao menjadi seorang Patriark klan dan Yuan Meng tidak pernah lagi muncul dihadapannya. Tang Hao sempat mencari keberadaan temannya itu, namun karena kesibukannya sebagai Patriark klan membuatnya tidak memiliki banyak waktu.
Puluhan tahun kemudian berlalu, sampai suatu ketika Yuan Meng kembali bersama putranya untuk mengajukan perjodohan. Yuan Meng mendapatkan informasi bahwa Tang Hao meiliki seorang putri dan dirinya berniat menjodohkan anaknya untuk memperbaiki hubungan yang telah renggang di masa lalu.
Namun tawaran Yuan Meng di tolak begitu saja oleh Tang Hao. Meski Tang Hao telah menjelaskan bahwa Tang Wei sudah di jodohkan oleh Putra Kaisar Yin, Yuan Meng merasakan patah hati dari hal ini.
Yuan Meng bisa menebak apa tujuan perjodohan dengan dengan seorang Putra Mahkota itu. Terlebih lagi Tang Hao seolah tidak mengharapkan kedatangannya kembali saat itu.
"Yuan Meng! Kau sendiri mengetahui anakku sudah di jodohkan oleh Pangeran Mahkota. Kau seharusnya tau akibat dari pembatalan perjodohan dengan seorang Kaisar di masa depan!" seru Tang Hao dengan perasaan geram karena temannya ini masih mengungkit kejadian yang sudah sangat lama itu.
Tidak bisa dipungkiri jika sebuah klan membatalkan perjodohan dari keluarga Kekaisaran, maka kondisi terburuk dari klan itu akan bangkrut dan musnah secara perlahan.
"Aku tidak peduli akan hal itu!" Yuan Meng berkata sinis. Sorot matanya tidak lagi menunjukkan kepedulian terhadap teman lamanya. "Serahkan pusaka klanmu, maka aku akan pergi dengan damai dari sini!"
Tang Hao tertawa keras mendengar permintaan Yuan Meng, "Ternyata kau sama saja dengan orang-orang serakah di benua ini."
"Siapapun akan tergoda mendengar sebuah pusaka yang dapat membuat penggunanya menuju puncak kekuatan." Yuan Meng tersenyum lebar, meski kekuatannya berada di tingkatan Pendekar Suci tahap puncak. Namun dengan bantuan pusaka serta sumber daya yang ia rampas dari klan Tang, bukan menutup kemungkinan ia dapat menembus batas pendekar Suci.
"Kau pikir dengan kekuatanmu itu bisa mengalahkanku?!" Tang Hao terbang dengan cepat ke arah Yuan Meng, pedangnya siap digunakan kapapun. Kecepatan Tang Hao bahkan sulit diikuti oleh mata Yuan Meng.
Meski kekuatan Tang Hao saat ini telah mencapai pendekar Nirwana tahap awal, namun pertarungannya dengan puluhan pendekar suci tahap akhir beberapa hari terkahir membuat tubuhnya dalam kondisi yang tidak maksimal.
Yuan Meng terdorong mundur cukup jauh ketika menahan tebasan pedang milik Tang Hao dengan tongkatnya. "Hahaha… kekuatanmu memang sangat menakjubkan! Tapi lawanmu bukan hanya aku!"
Saat Yuan Meng mengangkat tangannya, sepuluh pendekar yang setidaknya setingkat pendekar Suci segera menghampirinya.
Tang Hao tersenyum sinis melihatnya. "Jadi benar, kau sudah merencanakan ini jauh-jauh hari." Tang Hao memandang setiap pendekar Suci dihadapannya sebelum menarik napas panjang dan menutup matanya.
"Jangan salahkan aku saudara Hao, jika kau bersedia memberikan pusaka itu padaku maka kau masih bisa selamat dengan beberapa keturunanmu." Yuan Meng masih ingin bernegosiasi dengan Tang Hao, dia tidak yakin dapat mengalahkan teman lamanya itu meski di bantu oleh sepuluh pendekar Suci sekalipun.
Tang Hao tersenyum tipis dengan mata yang masih tertutup. "Tidak ada yang perlu kau bicarakan lagi Yuan Meng! Akan ku akhiri ini dengan cepat!"
Terlihat sedikit kilatan cahaya kuning dari matanya ketika Tang Hao membuka mata, ia lekas memasang kuda-kuda. Dari mulutnya keluar sedikit asap dan darah secara bersamaan.
"Kau akan segera menjemput ajalmu!" Teriak Yuan Meng kemudian terbang secepat kilat ke arah Tang Hao bersama sepuluh pendekar lainnya.
Kilatan cahaya dari benturan Pedang Tang Hao dan lawannya membuat ledakan energi yang sangat besar. Bahkan para pendekar dibawahnya harus menjauh agar tidak terkena serangan nyasar dan gelombang energi yang dihasilkan.
Meski menghadapi sebelas orang sekaligus nyatanya tidak membuat Tang Hao terdesak. Gerakannya yang cepat membuat sebelas orang yang menyerangnya sedikit kewalahan, beberapa dari mereka bahkan telah mendapat luka goresan yang cukup dalam.
Setelah beberapa menit serta ratusan jurus yang dikeluarkan Yuan Meng dan pendekar lainnya, Tang Hao masih bisa mengimbangi kekuatan mereka. Kekuatan seseorang yang telah menembus batas pendekar Suci sangat mengerikan bagi kesebelas pendekar itu.
Yuan Meng berdecak kesal karena tongkatnya belum mampu menyentuh tubuh Tang Hao sama sekali. Begitu juga dengan kesepuluh pendekar lainnya, mereka benar-benar tidak menyangka jika Tang Hao masih dapat unggul setelah bertarung dengan puluhan pendekar Suci, selama beberapa hari sebelumnya.
Tang Hao sendiri tidak lebih baik, dirinya terpaksa menggunakan jurus terlarang dari klannya untuk mempertahankan kekuatannya saat ini. Secara perlahan organ dalam tubuh Tang Hao akan hancur karena tidak kuat lagi menahan beban energi yang ia serap.
Tang Shu yang sedang bertarung dengan beberapa pendekar tingkat Jendral Petarung sesekali melirik ke atas untuk memperhatikan pertarungan kakeknya. Kekhawatiran jelas terukir diwajahnya melihat Tang Hao menggunakan jurus Energi Dewa.
Dengan kekuatannya yang sudah mencapai pendekar Raja, sebenarnya bukan hal sulit untuk mengalahkan kedua Jendral Petarung yang dia lawan. Namun karena perhatiannya terpecah membuat dirinya sedikit terpojok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Arwin Atune
penghianatan
2024-08-19
0
Dzikir Ari
kereeeeen
2023-07-08
0
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt
2022-06-09
0