Legenda Pendekar Surgawi
Di sebuah tempat pegunungan yang tertutupi oleh awan tipis, tepatnya di sebuah tanah yang menjorok keluar layaknya sebuah jurang yang amat curam.
Terdapat seorang wanita paruh baya sedang berteduh bersama segerombolan anak kecil di bawah pohon persik tua.
"Guru, maukah anda melanjutkan cerita tentang kisah pendekar Tang kemarin? Aku sangat penasaran dengan kisah selanjutnya," ujar salah satu anak perempuan pada gurunya.
"Pendekar Tang? Setahuku Guru belum pernah bercerita tentang pendekar itu," sahut anak lainnya.
Murid yang berkumpul di sana adalah anak-anak berusia lima sampai tujuh tahun. Jumlah mereka ada lima orang dengan tiga anak laki-laki di antaranya.
"Itu karena kau tidak hadir kemarin, Guru bahkan meceritakannya sambil tertawa dan sesekali mengeluarkan juga air mata."
"Sudah-sudah… Guru akan menceritakan kisah itu kembali hari ini, jadi tidak perlu bertengkar, ya." Wanita paruh baya itu melerai anak-anak di depannya. Ia merasa malu jika anak yang kemarin mendengarkan kisah darinya akan memebocorkan hal-hal memalukan yang lain.
"Guru sungguh sangat baik…" Kemudian anak-anak disana segera duduk bersila dengan rapi di hadapan sang Guru.
"Baiklah kalau begitu, simak baik-baik apa yang akan Guru sampaikan, ambil pelajaran yang bermakna darinya." Wanita paruh baya itu menarik napas sejenak sebelum mulai bercerita, "Kisah ini bermula sejak 3000 tahun lalu, menceritakan seorang pemuda bernama Tang Fu Chen…"
Anak-anak khusyuk mendengarkan sang Guru yang mulai bercerita. Suasana begitu hening, hanya ada suara hembusan angin dan kicauan burung yang menyertai wanita paruh baya itu bercerita.
Selendangnya berkibar mengikuti alunan angin di bawah sebatang pohon persik yang rindang.
***
Sebuah takdir membuat seorang pendekar muda harus berkelana di dunia yang penuh tipu muslihat. Di mana kekuatan dan kekuasaan akan menjadi tolak ukur martabat manusia, pertumpahan darah selalu terjadi setiap kali ia menginjakkan kaki.
Nyawa manusia seolah tak berharaga, setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Kemudian, pendekar muda dengan setumpuk beban di pundaknya akan menyusun kembali tatanan dunia itu. Namun, semua itu belum di mulai hingga kehancuran sisi kemausiaan sang pendekar muda selesai.
***
Matahari mulai menampakkan dirinya untuk menerangi sebuah Desa yang indah dan sejuk pada pagi hari.
Desa itu bernama Desa Bintang Jatuh. Nama yang di dapatkan karena sebuah cekungan raksasa yang di percaya sebagai lokasi jatuhnya bintang dari langit.
Di dalam cekungan itu di bangun sebuah gedung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta berharga milik warga Desa. Setiap Kepala keluarga akan di berikan sebuah kunci untuk membuka gedung serta pagar besar yang mengelilingi cekungan.
Namun, bukan berarti mereka dapat masuk ke sana sesuka hati. Di dalam gedung itu terdapat banyak kotak kayu dengan ukuran yang sama, serta sebuah patung tepat di tengah-tengah ruangan tersebut. Patung itu tampak seperti sedang mengawasi seisi ruangan.
Menunjukkan bahwa setiap pergerakan warga Desa yang masuk ke gedung itu akan selalu di pantau oleh para Dewa yang mereka percayai.
Saat matahari telah naik ke atas kepala, terlihat pria paruh baya yang berumur sekitar empat puluh tahun sedang beristirahat bersama istrinya di sebuah gubuk sederhana.
Di sekeliling gubuk terlihat hamparan sawah yang cukup luas, tepat di belakang gubuk itu juga ada sebuah aliran air yang mengairi sawah.
Pasangan suami istri itu nampak sedang mempersiapkan bekal makanan yang mereka bawa. Lalu di sawah tak jauh dari tempat mereka, terlihat dua orang anak kecil. Salah satu di antara mereka nampak seperti sedang mencari sesuatu sedangkan satu orang lainnya hanya menyaksikan.
"Chen'er… Mei'er, kemarilah! Makanan sudah siap," panggil Xin Xue kepada dua anaknya.
Kedua anak kecil itu pun langsung menghentikan kegiatan mereka.
"Apa kakak sudah mendapatkannya? Ibu sudah memanggil… aku pergi dulu ya…" ucap seorang gadis bernama Tang Fu Mei seraya meninggalkan kakaknya dan berlari menghampiri gubuk tempat ayah dan ibunya beristirahat.
"Hei, tunggu aku! Aku hampir mendapatkannya," sahut Tang Fu Chen yang masih sibuk mengais-ngais lumpur di depannya. Seketika, Tang Fu Chen langsung melompat ke lumpur karena menyadari ada pergerakan di sana.
"Hup, ah… dapat, Mei'er tunggu aku!" ucap Tang Fu Chen kegirangan lalu menyusul adiknya yang lebih dulu sampai di gubuk.
"Ibu… lihatlah, aku mendapatkan seekor keong, hehe…" Tang Fu Mei berkata pada ibunya sembari menjulurkan kedua tangan kecilnya dan memperlihatkan dua buah keong.
"Wah… itu bagus Mei'er. Segera basuh tangan mu, makanannya sudah siap," kata Xin Xue dengan senyum lembut kepada Tang Fu Mei.
"Baik-" Belum sempat Tang Fu Mei menyudahi kalimatnya, ia melihat sekujur tubuh kakaknya di penuhi lumpur dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Pfft… kak, kau terlihat seperti kerbau yang tadi membantu ayah membajak sawah…" Tang Fu Mei berusaha menahan tawa melihat kakaknya yang begitu konyol.
Tang Fu Chen tidak memperdulikan ejekan adiknya, ia hanya mendengus pelan dan berusaha mengatur napasnya kembali.
"Hmph... Ayah lihatlah, aku menangkap seekor belut!" ucapnya sambil tersenyum banga.
Belut di tangan Tang Fu Chen meronta ketika ia mengangkatnya. karena licin akhirnya belut itu berhasil melepaskan diri, Tang Fu Chen masih berusaha untuk menangkapnya namun sia-sia.
Belut itu sudah melarikan diri dan masuk ke aliran air di sana. Tang Fu Chen mematung melihat belut itu melarikan diri, semua usahanya terbuang begitu saja.
"Sudahlah, besok kau masih bisa menagkapnya…sekarang lebih baik kau bersihkan diri dulu, kita akan segera pulang setelah selesai makan," ucap Tang Shu menyemangati anaknya.
"Baik ayah…" Tang Fu Chen menjawab lemas.
Tang Fu Mei yang menyaksikan semuanya dari tadi hanya terkikik geli melihat kakaknya yang begitu memperihatinkan.
"Pencuri! Jangan biarkan pencuri itu kabur! Tangkap dia!"
Tiba-tiba terdengar teriakan beberapa warga dari arah sawah. Pandangan Tang Fu Chen dan keluarganya segera tertuju pada sumber suara itu, mata mereka kemudian melihat para warga sedang mengejar seseorang yang membawa sesuatu di pelukannya.
"Chen'er…" panggil Tang Shu dengan wajah serius.
Seolah mengetahui maksud ayahnya, Tang Fu Chen lekas menganggukkan kepala dan bergegas meningalkan gubuk.
"Kakak?" Tang Fu Mei terkejut melihat kakaknya berlari dengan cepat dan menyusul para warga.
Tang Fu Chen berlari kencang hingga dengan mudah menyusul rombongan warga dan mendahuluinya. Tidak jauh di depannya terlihat seseorang dengan pakaian lusuh, mungkinkah orang ini pencurinya?
Mengandalkan tubuhnya yang kecil, Tang Fu Chen dapat bergerak lincah di atas jalan yang licin dan hanya perlu beberapa saat hingga tangannya berhasil menggapai pakaian pencuri itu.
Pencuri itu kehilangan keseimbangan karena bajunya tertarik hingga membuatnya terpeleset dan jatuh ke parit. Tang Fu Chen masih tidak melepaskan tangannya agar pencuri itu tidak dapat kabur kembali.
"Hajar pencuri tidak tahu diri ini!"
Sekelompok warga yang tadi mengejar berniat untuk mengeroyok si pencuri namun segera di hadang oleh Tang Fu Chen.
"Tunggu!" seru Tang Fu Chan sambil berusaha menghalangi warga.
"Menyingkirlah anak muda! Kami akan mengurus pencuri ini."
"Aku bilang tunggu!" Tang Fu Chen menatap tajam pria yang baru saja berbicara.
Tanpa sadar mereka menelan ludah masing-masing lantaran takut sekaligus terkejut. Para warga itu hanya bisa diam sambil mengamati tindakan yang di ambil Tang Fu Chen setelahnya.
"Kau baik-baik saja?" Tang Fu Chen menjulurkan tangannya sambil tersenyum lembut.
Namun tidak ada jawaban dari sang pencuri, pemuda itu hanya meringkuk ketakutan sambil mendekap hasil curiannya.
"Apa kalian sudah menangkapnya?" Suara Tang Shu mengagetkan para warga karena tiba-tiba muncul. Mereka kemudian membukakan jalan untuknya.
"Saudara Shu, bocah itu telah mencuri roti di kedaiku. Mohon jangan menghalangi ku untuk menghukumnya," ucap seorang pria terbata-bata.
"Hmm…" Tang Shu mengamati wajah pencuri itu lebih dalam, dia tidak pernah melihat wajah sepertinya Di Desa.
"Bagaimana jika kita membawanya saja? Lagipula rotimu sudah di penuhi lumpur, memukulinya sekarang tidak menghasilkan apapun, kan?" Tang Shu bicara dengan senyum mengembang.
Pria yang bernama Hu Lingxi itu menggertakan giginya namun ia juga membenarkan ucaoan Tang Shu. "Kalau begitu, ke mana kita harus membawanya?"
"Sebelum menbawanya ke Kepala desa, lebih baik kita menanyakan alasannya dahulu, aku cukup yakin bocah ini juga terpaksa menjadi pencuri." Pandangan Tang Shu kemudian mengarah ke Fu Chen. "Bersihkan tubuh anak ini dan bawa ke gubuk, bersihkan juga tubuhmu itu."
"Baik." Fu Chen nenganggukkan kepala.
Karena gubuk Tang Shu terlalu kecil, beberapa warga memilih kembali dan hanya yang bersangkutan yang masih tinggal.
Xin Xue membawa Tang Fu Mei untuk pulang, sedangkan Tang Fu Chen masih menemani ayahnya.
Setelah beberapa saat berbincang dengan pencuri itu, mereka mengetahui jika pemuda ini sebenarnya adalah korban perampokan dan sedang bersembunyi di hutan. Namun karena persediaan makanan mereka tidak ada, ia terpaksa mencuri untuk mengisi perut.
Di akhir perbincangan Tang Shu memutuskan untuk melaporkan pemuda ini pada Kepala Desa. Tang Shu cukup yakin jika Kepala Desa akan memberikan bantuan pada keluarga pemuda ini, sedangkan Hu Lingxi menjadi merasa bersalah setelah mendengar cerita pemuda ini.
"Harusnya kau bilang saja sejak awal, aku akan memberikan rotiku berapapun yang kau mau jika ceritamu itu benar." Hu Lingxi menghela napas pelan.
"Chen'er, pulanglah lebih dulu… ayah akan mengurus masalah anak ini."
"Baik ayah…"Fu Chen sedikit enggan, namun jika ia tetap di sini sekalipun tidak akan membantu apa-apa.
~ Pesan Penulis
Hi readers, agar pembaca tidak bingung nantinya, saya akan memberitahukan bahwa kedepannya Tang Fu Chen atau pun Tang Fu Mei akan di panggil Fu Chen dan Fu Mei, hal ini juga akan di jelaskan pada chapter-chapter berikutnya.
Dan juga mohon berikan kritik dan sarannya ya, agar penulis dapat memperbaiki setiap kesalahan yang ada
selamat menikmati(っ´▽`)っ
**Note!
Sedang dalam tahap revisi, jadi kalau tidak nyambung mohon di maklumi**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Arwin Atune
ok thor
2024-08-16
0
Dzikir Ari
mampir Tor 🙏
usahakan tamat jangan ditinggal ditengah jalan
2023-07-08
1
Raysonic™
ok
2023-03-13
0