Legenda Pendekar Surgawi

Legenda Pendekar Surgawi

Prolog

Di sebuah tempat pegunungan yang tertutupi oleh awan tipis, tepatnya di sebuah tanah yang menjorok keluar layaknya sebuah jurang yang amat curam.

Terdapat seorang wanita paruh baya sedang berteduh bersama segerombolan anak kecil di bawah pohon persik tua.

"Guru, maukah anda melanjutkan cerita tentang kisah pendekar Tang kemarin? Aku sangat penasaran dengan kisah selanjutnya," ujar salah satu anak perempuan pada gurunya.

"Pendekar Tang? Setahuku Guru belum pernah bercerita tentang pendekar itu," sahut anak lainnya.

Murid yang berkumpul di sana adalah anak-anak berusia lima sampai tujuh tahun. Jumlah mereka ada lima orang dengan tiga anak laki-laki di antaranya.

"Itu karena kau tidak hadir kemarin, Guru bahkan meceritakannya sambil tertawa dan sesekali mengeluarkan juga air mata."

"Sudah-sudah… Guru akan menceritakan kisah itu kembali hari ini, jadi tidak perlu bertengkar, ya." Wanita paruh baya itu melerai anak-anak di depannya. Ia merasa malu jika anak yang kemarin mendengarkan kisah darinya akan memebocorkan hal-hal memalukan yang lain.

"Guru sungguh sangat baik…" Kemudian anak-anak disana segera duduk bersila dengan rapi di hadapan sang Guru.

"Baiklah kalau begitu, simak baik-baik apa yang akan Guru sampaikan, ambil pelajaran yang bermakna darinya." Wanita paruh baya itu menarik napas sejenak sebelum mulai bercerita, "Kisah ini bermula sejak 3000 tahun lalu, menceritakan seorang pemuda bernama Tang Fu Chen…"

Anak-anak khusyuk mendengarkan sang Guru yang mulai bercerita. Suasana begitu hening, hanya ada suara hembusan angin dan kicauan burung yang menyertai wanita paruh baya itu bercerita.

Selendangnya berkibar mengikuti alunan angin di bawah sebatang pohon persik yang rindang.

***

Sebuah takdir membuat seorang pendekar muda harus berkelana di dunia yang penuh tipu muslihat. Di mana kekuatan dan kekuasaan akan menjadi tolak ukur martabat manusia, pertumpahan darah selalu terjadi setiap kali ia menginjakkan kaki.

Nyawa manusia seolah tak berharaga, setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Kemudian, pendekar muda dengan setumpuk beban di pundaknya akan menyusun kembali tatanan dunia itu. Namun, semua itu belum di mulai hingga kehancuran sisi kemausiaan sang pendekar muda selesai.

***

Matahari mulai menampakkan dirinya untuk menerangi sebuah Desa yang indah dan sejuk pada pagi hari.

Desa itu bernama Desa Bintang Jatuh. Nama yang di dapatkan karena sebuah cekungan raksasa yang di percaya sebagai lokasi jatuhnya bintang dari langit.

Di dalam cekungan itu di bangun sebuah gedung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta berharga milik warga Desa. Setiap Kepala keluarga akan di berikan sebuah kunci untuk membuka gedung serta pagar besar yang mengelilingi cekungan.

Namun, bukan berarti mereka dapat masuk ke sana sesuka hati. Di dalam gedung itu terdapat banyak kotak kayu dengan ukuran yang sama, serta sebuah patung tepat di tengah-tengah ruangan tersebut. Patung itu tampak seperti sedang mengawasi seisi ruangan.

Menunjukkan bahwa setiap pergerakan warga Desa yang masuk ke gedung itu akan selalu di pantau oleh para Dewa yang mereka percayai.

Saat matahari telah naik ke atas kepala, terlihat pria paruh baya yang berumur sekitar empat puluh tahun sedang beristirahat bersama istrinya di sebuah gubuk sederhana.

Di sekeliling gubuk terlihat hamparan sawah yang cukup luas, tepat di belakang gubuk itu juga ada sebuah aliran air yang mengairi sawah.

Pasangan suami istri itu nampak sedang mempersiapkan bekal makanan yang mereka bawa. Lalu di sawah tak jauh dari tempat mereka, terlihat dua orang anak kecil. Salah satu di antara mereka nampak seperti sedang mencari sesuatu sedangkan satu orang lainnya hanya menyaksikan.

"Chen'er… Mei'er, kemarilah! Makanan sudah siap," panggil Xin Xue kepada dua anaknya.

Kedua anak kecil itu pun langsung menghentikan kegiatan mereka.

"Apa kakak sudah mendapatkannya? Ibu sudah memanggil… aku pergi dulu ya…" ucap seorang gadis bernama Tang Fu Mei seraya meninggalkan kakaknya dan berlari menghampiri gubuk tempat ayah dan ibunya beristirahat.

"Hei, tunggu aku! Aku hampir mendapatkannya," sahut Tang Fu Chen yang masih sibuk mengais-ngais lumpur di depannya. Seketika, Tang Fu Chen langsung melompat ke lumpur karena menyadari ada pergerakan di sana.

"Hup, ah… dapat, Mei'er tunggu aku!" ucap Tang Fu Chen kegirangan lalu menyusul adiknya yang lebih dulu sampai di gubuk.

"Ibu… lihatlah, aku mendapatkan seekor keong, hehe…" Tang Fu Mei berkata pada ibunya sembari menjulurkan kedua tangan kecilnya dan memperlihatkan dua buah keong.

"Wah… itu bagus Mei'er. Segera basuh tangan mu, makanannya sudah siap," kata Xin Xue dengan senyum lembut kepada Tang Fu Mei.

"Baik-" Belum sempat Tang Fu Mei menyudahi kalimatnya, ia melihat sekujur tubuh kakaknya di penuhi lumpur dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Pfft… kak, kau terlihat seperti kerbau yang tadi membantu ayah membajak sawah…" Tang Fu Mei berusaha menahan tawa melihat kakaknya yang begitu konyol.

Tang Fu Chen tidak memperdulikan ejekan adiknya, ia hanya mendengus pelan dan berusaha mengatur napasnya kembali.

"Hmph... Ayah lihatlah, aku menangkap seekor belut!" ucapnya sambil tersenyum banga.

Belut di tangan Tang Fu Chen meronta ketika ia mengangkatnya. karena licin akhirnya belut itu berhasil melepaskan diri, Tang Fu Chen masih berusaha untuk menangkapnya namun sia-sia.

Belut itu sudah melarikan diri dan masuk ke aliran air di sana. Tang Fu Chen mematung melihat belut itu melarikan diri, semua usahanya terbuang begitu saja.

"Sudahlah, besok kau masih bisa menagkapnya…sekarang lebih baik kau bersihkan diri dulu, kita akan segera pulang setelah selesai makan," ucap Tang Shu menyemangati anaknya.

"Baik ayah…" Tang Fu Chen menjawab lemas.

Tang Fu Mei yang menyaksikan semuanya dari tadi hanya terkikik geli melihat kakaknya yang begitu memperihatinkan.

"Pencuri! Jangan biarkan pencuri itu kabur! Tangkap dia!"

Tiba-tiba terdengar teriakan beberapa warga dari arah sawah. Pandangan Tang Fu Chen dan keluarganya segera tertuju pada sumber suara itu, mata mereka kemudian melihat para warga sedang mengejar seseorang yang membawa sesuatu di pelukannya.

"Chen'er…" panggil Tang Shu dengan wajah serius.

Seolah mengetahui maksud ayahnya, Tang Fu Chen lekas menganggukkan kepala dan bergegas meningalkan gubuk.

"Kakak?" Tang Fu Mei terkejut melihat kakaknya berlari dengan cepat dan menyusul para warga.

Tang Fu Chen berlari kencang hingga dengan mudah menyusul rombongan warga dan mendahuluinya. Tidak jauh di depannya terlihat seseorang dengan pakaian lusuh, mungkinkah orang ini pencurinya?

Mengandalkan tubuhnya yang kecil, Tang Fu Chen dapat bergerak lincah di atas jalan yang licin dan hanya perlu beberapa saat hingga tangannya berhasil menggapai pakaian pencuri itu.

Pencuri itu kehilangan keseimbangan karena bajunya tertarik hingga membuatnya terpeleset dan jatuh ke parit. Tang Fu Chen masih tidak melepaskan tangannya agar pencuri itu tidak dapat kabur kembali.

"Hajar pencuri tidak tahu diri ini!"

Sekelompok warga yang tadi mengejar berniat untuk mengeroyok si pencuri namun segera di hadang oleh Tang Fu Chen.

"Tunggu!" seru Tang Fu Chan sambil berusaha menghalangi warga.

"Menyingkirlah anak muda! Kami akan mengurus pencuri ini."

"Aku bilang tunggu!" Tang Fu Chen menatap tajam pria yang baru saja berbicara.

Tanpa sadar mereka menelan ludah masing-masing lantaran takut sekaligus terkejut. Para warga itu hanya bisa diam sambil mengamati tindakan yang di ambil Tang Fu Chen setelahnya.

"Kau baik-baik saja?" Tang Fu Chen menjulurkan tangannya sambil tersenyum lembut.

Namun tidak ada jawaban dari sang pencuri, pemuda itu hanya meringkuk ketakutan sambil mendekap hasil curiannya.

"Apa kalian sudah menangkapnya?" Suara Tang Shu mengagetkan para warga karena tiba-tiba muncul. Mereka kemudian membukakan jalan untuknya.

"Saudara Shu, bocah itu telah mencuri roti di kedaiku. Mohon jangan menghalangi ku untuk menghukumnya," ucap seorang pria terbata-bata.

"Hmm…" Tang Shu mengamati wajah pencuri itu lebih dalam, dia tidak pernah melihat wajah sepertinya Di Desa.

"Bagaimana jika kita membawanya saja? Lagipula rotimu sudah di penuhi lumpur, memukulinya sekarang tidak menghasilkan apapun, kan?" Tang Shu bicara dengan senyum mengembang.

Pria yang bernama Hu Lingxi itu menggertakan giginya namun ia juga membenarkan ucaoan Tang Shu. "Kalau begitu, ke mana kita harus membawanya?"

"Sebelum menbawanya ke Kepala desa, lebih baik kita menanyakan alasannya dahulu, aku cukup yakin bocah ini juga terpaksa menjadi pencuri." Pandangan Tang Shu kemudian mengarah ke Fu Chen. "Bersihkan tubuh anak ini dan bawa ke gubuk, bersihkan juga tubuhmu itu."

"Baik." Fu Chen nenganggukkan kepala.

Karena gubuk Tang Shu terlalu kecil, beberapa warga memilih kembali dan hanya yang bersangkutan yang masih tinggal.

Xin Xue membawa Tang Fu Mei untuk pulang, sedangkan Tang Fu Chen masih menemani ayahnya.

Setelah beberapa saat berbincang dengan pencuri itu, mereka mengetahui jika pemuda ini sebenarnya adalah korban perampokan dan sedang bersembunyi di hutan. Namun karena persediaan makanan mereka tidak ada, ia terpaksa mencuri untuk mengisi perut.

Di akhir perbincangan Tang Shu memutuskan untuk melaporkan pemuda ini pada Kepala Desa. Tang Shu cukup yakin jika Kepala Desa akan memberikan bantuan pada keluarga pemuda ini, sedangkan Hu Lingxi menjadi merasa bersalah setelah mendengar cerita pemuda ini.

"Harusnya kau bilang saja sejak awal, aku akan memberikan rotiku berapapun yang kau mau jika ceritamu itu benar." Hu Lingxi menghela napas pelan.

"Chen'er, pulanglah lebih dulu… ayah akan mengurus masalah anak ini."

"Baik ayah…"Fu Chen sedikit enggan, namun jika ia tetap di sini sekalipun tidak akan membantu apa-apa.

~ Pesan Penulis

Hi readers, agar pembaca tidak bingung nantinya, saya akan memberitahukan bahwa kedepannya Tang Fu Chen atau pun Tang Fu Mei akan di panggil Fu Chen dan Fu Mei, hal ini juga akan di jelaskan pada chapter-chapter berikutnya.

Dan juga mohon berikan kritik dan sarannya ya, agar penulis dapat memperbaiki setiap kesalahan yang ada

selamat menikmati(っ´▽`)っ

**Note!

Sedang dalam tahap revisi, jadi kalau tidak nyambung mohon di maklumi**.

Terpopuler

Comments

Arwin Atune

Arwin Atune

ok thor

2024-08-16

0

Dzikir Ari

Dzikir Ari

mampir Tor 🙏
usahakan tamat jangan ditinggal ditengah jalan

2023-07-08

1

Raysonic™

Raysonic™

ok

2023-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch.1 - Hal Baru
3 Ch.2 - Pedang
4 Ch.3 - Dunia Persilatan
5 Ch.4 - Tingkat Kultivator
6 Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7 Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8 Ch.7 - Lampion
9 Ch.8 - Sebuah Harapan
10 Ch.9 - Pesta
11 Ch.10 - Keberangkatan
12 Ch.11 - Kebenaran
13 Ch.12 - Latihan
14 Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15 Ch.14 - Feng Youxin
16 Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17 Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18 Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19 Ch.18 - Kabar Duka
20 Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21 Ch.20 - Aura Binatang Magis
22 Ch.21 - Perbatasan
23 Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24 Ch.23 - Merah Merona
25 Ch.24 - Batu Penguji
26 Ch.25 - Duel
27 Ch.26 - Perpisahan
28 Ch.27 - Permohonan
29 Ch.28 - Xiao Jung
30 Ch.29 - Pemandangan Buruk
31 Ch.30 - Tiba Di Kota
32 Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33 Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34 Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35 Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36 Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37 Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38 Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39 Ch.38 - Perpustakaan
40 Ch.39 - Li Han
41 Ch.40 - Li Han II
42 Ch.41 - Li Han III
43 Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44 Ch.43 - Perebutan Tahta
45 Ch.44 - Satu Tahun
46 Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47 Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48 Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49 Ch.48 - Boneka Kayu
50 Ch.49 - Ujian Ketiga
51 Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52 Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53 Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54 Ch.53 - Siasat Perampok
55 Ch.54 - Jebakan
56 Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57 Ch.56 - Salah Paham
58 Ch.57 - Memeriksa Markas
59 Ch.58 - Memeriksa Markas II
60 Ch.59 - Pembebasan
61 Ch.60 - Kota Tiemao
62 Ch.61 - Perbincangan Singkat
63 Ch.62 - Gadis Merepotkan
64 Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65 Ch.64 - Hukuman Sepadan
66 Ch.65 - Pusaka
67 Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68 Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69 Ch.68 - Ibu Kota
70 Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71 Ch.70 - Persiapan
72 Ch.71 - Persiapan II
73 Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74 Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75 Ch.74 - 3 Item Utama
76 Ch.75 - Persaingan Singkat
77 Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78 Ch.77 - Percobaan Pertama
79 Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80 Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81 Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82 Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83 Ch.82 - Rencana
84 Ch.83 - Gunung Fugui
85 Ch.84 - Gunung Fugui II
86 Ch.85 - Gunung Fugui III
87 Ch.86 - Keanehan
88 Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89 Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90 Ch.89 - Kembali
91 Ch.90 - Pertemuan
92 Ch.91 - Qiao Wu
93 Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94 Ch.93 - Guru
95 Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96 Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97 Ch.95 - Latihan
98 Ch.96 - Latihan II
99 Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100 Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101 Ch.99 - Nasehat
102 Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103 Ch.101 - Rapat Tetua
104 Ch.102 - Rapat Tetua II
105 Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106 pengumuman
107 Ch.104 - Pergi
108 Ch.105 - Kembali
109 Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110 Ch.107 - Amarah
111 Ch.108 - Musuh Lama
112 Ch.109 - Selamat Tinggal
113 Ch.110 - Penginapan
114 Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115 Ch.112 - Fu Mei
116 Ch.113 - Fu Mei II
117 Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118 Pengumuman!
119 Nt Error
120 Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121 Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122 Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123 Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124 Ch.119 - Dunia Baru
125 Ch.120 - Semua Akan Berubah
126 Ch.121 - Jenderal Petarung
127 Ch.122 - Prajurit Batu
128 Ch.123 - Langkah Awal
129 Ch.124 - Wanita Bangsawan
130 Ch.125 - Su Anna
131 Ch.126 - Rencana
132 Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133 Ch.128 - Hutan
134 Ch.129 - Informasi
135 Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136 Ch.131 - Merelakan
137 Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138 Ch.133 - Ulang Tahun
139 Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140 Ch.135 - Diskusi
141 Ch.136 - Persetujuan
142 Ch.137 - Identitas
143 Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144 Ch.139 -Ye Singsui
145 Ch.140 - Keuntungan
146 Ch.141 - Bagi Hasil
147 Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148 Ch. 143 - Perbatasan
149 Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150 Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151 Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152 Ch.147 - Perkenalan
153 Ch.148 - Diskusi
154 Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155 Ch.150 - Penelusuran
156 Ch.151 - Dou Huang
157 Ch.152 - Matahari Menyambut
158 Ch.153 - Dan Suyu
159 Ch.154 - Di Sambut Hangat
160 pesan
161 Ch.155 - Ulang Tahun
162 Ch. 156 - Kota Lianing
163 Ch.157 - Turnamen
164 Ch.158 - Turnamen II
165 Ch. 159 - Berburu
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Prolog
2
Ch.1 - Hal Baru
3
Ch.2 - Pedang
4
Ch.3 - Dunia Persilatan
5
Ch.4 - Tingkat Kultivator
6
Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7
Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8
Ch.7 - Lampion
9
Ch.8 - Sebuah Harapan
10
Ch.9 - Pesta
11
Ch.10 - Keberangkatan
12
Ch.11 - Kebenaran
13
Ch.12 - Latihan
14
Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15
Ch.14 - Feng Youxin
16
Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17
Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18
Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19
Ch.18 - Kabar Duka
20
Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21
Ch.20 - Aura Binatang Magis
22
Ch.21 - Perbatasan
23
Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24
Ch.23 - Merah Merona
25
Ch.24 - Batu Penguji
26
Ch.25 - Duel
27
Ch.26 - Perpisahan
28
Ch.27 - Permohonan
29
Ch.28 - Xiao Jung
30
Ch.29 - Pemandangan Buruk
31
Ch.30 - Tiba Di Kota
32
Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33
Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34
Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35
Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36
Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37
Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38
Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39
Ch.38 - Perpustakaan
40
Ch.39 - Li Han
41
Ch.40 - Li Han II
42
Ch.41 - Li Han III
43
Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44
Ch.43 - Perebutan Tahta
45
Ch.44 - Satu Tahun
46
Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47
Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48
Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49
Ch.48 - Boneka Kayu
50
Ch.49 - Ujian Ketiga
51
Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52
Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53
Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54
Ch.53 - Siasat Perampok
55
Ch.54 - Jebakan
56
Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57
Ch.56 - Salah Paham
58
Ch.57 - Memeriksa Markas
59
Ch.58 - Memeriksa Markas II
60
Ch.59 - Pembebasan
61
Ch.60 - Kota Tiemao
62
Ch.61 - Perbincangan Singkat
63
Ch.62 - Gadis Merepotkan
64
Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65
Ch.64 - Hukuman Sepadan
66
Ch.65 - Pusaka
67
Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68
Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69
Ch.68 - Ibu Kota
70
Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71
Ch.70 - Persiapan
72
Ch.71 - Persiapan II
73
Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74
Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75
Ch.74 - 3 Item Utama
76
Ch.75 - Persaingan Singkat
77
Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78
Ch.77 - Percobaan Pertama
79
Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80
Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81
Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82
Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83
Ch.82 - Rencana
84
Ch.83 - Gunung Fugui
85
Ch.84 - Gunung Fugui II
86
Ch.85 - Gunung Fugui III
87
Ch.86 - Keanehan
88
Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89
Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90
Ch.89 - Kembali
91
Ch.90 - Pertemuan
92
Ch.91 - Qiao Wu
93
Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94
Ch.93 - Guru
95
Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96
Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97
Ch.95 - Latihan
98
Ch.96 - Latihan II
99
Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100
Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101
Ch.99 - Nasehat
102
Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103
Ch.101 - Rapat Tetua
104
Ch.102 - Rapat Tetua II
105
Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106
pengumuman
107
Ch.104 - Pergi
108
Ch.105 - Kembali
109
Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110
Ch.107 - Amarah
111
Ch.108 - Musuh Lama
112
Ch.109 - Selamat Tinggal
113
Ch.110 - Penginapan
114
Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115
Ch.112 - Fu Mei
116
Ch.113 - Fu Mei II
117
Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118
Pengumuman!
119
Nt Error
120
Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121
Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122
Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123
Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124
Ch.119 - Dunia Baru
125
Ch.120 - Semua Akan Berubah
126
Ch.121 - Jenderal Petarung
127
Ch.122 - Prajurit Batu
128
Ch.123 - Langkah Awal
129
Ch.124 - Wanita Bangsawan
130
Ch.125 - Su Anna
131
Ch.126 - Rencana
132
Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133
Ch.128 - Hutan
134
Ch.129 - Informasi
135
Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136
Ch.131 - Merelakan
137
Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138
Ch.133 - Ulang Tahun
139
Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140
Ch.135 - Diskusi
141
Ch.136 - Persetujuan
142
Ch.137 - Identitas
143
Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144
Ch.139 -Ye Singsui
145
Ch.140 - Keuntungan
146
Ch.141 - Bagi Hasil
147
Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148
Ch. 143 - Perbatasan
149
Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150
Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151
Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152
Ch.147 - Perkenalan
153
Ch.148 - Diskusi
154
Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155
Ch.150 - Penelusuran
156
Ch.151 - Dou Huang
157
Ch.152 - Matahari Menyambut
158
Ch.153 - Dan Suyu
159
Ch.154 - Di Sambut Hangat
160
pesan
161
Ch.155 - Ulang Tahun
162
Ch. 156 - Kota Lianing
163
Ch.157 - Turnamen
164
Ch.158 - Turnamen II
165
Ch. 159 - Berburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!