Ch.2 - Pedang

Fu Chen saat ini sedang membawa buah-buahan yang di angkut oleh seekor kuda dari kebun ayahnya, ia berniat untuk menjualnya pada sebuah kedai.

Ia di temani oleh adiknya serta Sin Lou, mereka bertiga berniat untuk menjual buah-buahan itu di kedai Bibi Fei yang memang sudah mereka kenal.

Kedai Bibi Fei bisa terbilang cukup luas, meski hanya memiliki satu lantai tetapi kedai Bibi Fei selalu ramai di datangi para pengunjung. Disana tidak hanya menjual buah-buahan namun juga makanan lainnya serta minuman seperti arak.

Ketika Fu Chen yang bersama Fu Mei dan Sin lou sampai disana, ia mendapati bahwa kedai Bibi Fei lebih ramai dari biasanya.

"Siapa orang-orang ini? aku tidak pernah melihat muka mereka di Desa ini sebelumnya" Sin Lou berkata heran, apalagi sebagian besar orang-orang yang mendatangi kedai miliki Bibi Fei kali ini memiliki pedang ataupun golok yang terselip di pinggang mereka.

"Kurasa mereka adalah pendekar yang sedang beristirahat saja, atau mungkin pendekar-pendekar ini hanya penasaran dengan Desa kita yang di beri kesempatan untuk ikut seleksi Sekte Pedang Suci."

Fu Chen merasa ini adalah hal yang wajar, karena Desa yang sebelumnya tidak pernah terdengar justru mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi Sekte Pedang Suci akan membuat orang lain penasaran seperti Desa tersebut.

"Chen'er benar, mereka adalah para pendekar yang ingin tahu kondisi Desa kita..." Bibi Fei membenarkan pernyataan Fu Chen, lalu menyuruh keduanya untuk menurunkan buah-buahan yang masih berada dalam gerobak.

Fu Mei sendiri pergi ke belakang kedai untuk membantu mencuci piring disana, ini merupakan salah satu kegiatan rutin mereka setiap akhir pekan.

Setelah selesai menimbang buah yang mereka bawa, Fu Chen dan Sin Lou pergi ke meja karsir untuk mengambil upah. Saat sedang menunggu Bibi Fei menghitung uang upah, Fu Chen memperhatikan setiap orang yang ada di kedai tersebut.

"Ah… bukankah dia pencuri itu? Kenapa dia ada di sini?" Fu Chen bertanya pada Bibi Fei sambil menunjuk seseorang yang tengah membersihkan meja.

"Aku yang memintanya bekerja di sini, setidaknya sekarang dia tidak akan mencuri lagi untuk mendapat makanan."

Fu Chen mengangguk beberapa kali sebelum mengalihkan pandangan ke tempat lain.

Pandangan Fu Chen kemudian terkunci pada seorang pendekar tampan yang sedang menikmati makanannya. Jika di perhatikan, pendekar itu terlihat berusia 35 tahun dengan rambut panjang serta poni tipis yang terbelah dua, panjangnya yang sampai ke bawah telinga menambah ketampanan pendekar itu.

Namun perhatian Fu Chen tidak tertuju pada paras pendekar tersebut. Fu Chen justru memperhatikan pedangnya yang nampak lebih kecil dari pedang-pedang pendekar lainnya yang ada di kedai itu. Bentuknya pun sedikit melengkung, panjang pedang itu kurang lebih sekitar satu setengah meter jika di perhatikan.

Fu Chen juga memperhatikan setiap detail yang ada pada pedang tersebut, ia harus menajamkan pandangannya agar dapat memperhatikan pedang itu lebih jelas.

Pada sarung pedang itu terdapat beberapa ukiran yang seperti di lapisi emas, ukiran itu berbentuk seekor burung dengan api yang berkobar melalui sayap serta ekornya, disana juga terdapat simbol serta tulisan-tulisan yang tidak dapat di mengerti oleh Fu Chen.

Pendekar itu sebenarnya menyadari tatapan Fu Chen yang sedang memperhatikan pedangnya, akan tetapi ia ingin menghabiskan makanan yang telah ia pesan terlebih dahulu.

Pendekar itu bangkit dan berjalan ke arah karsir untuk membayar makanan yang telah ia habiskan, disana juga masih ada Fu Chen dan Sin Lou.

Fu Chen baru tersadar jika pendekar yang tadi ia perhatikan berjalan menuju ke arahnya. Ia pun bergegas membalikkan tubuhnya, keringat dingin mulai muncul di kening Fu Chen, jantungnya juga ikut bereaksi dengan berdetak lebih cepat.

Ketakutan menghantui pikirannya saat itu juga. Ia sadar apa yang tadi ia lakukan dapat menyinggung pendekar tersebut. Langkah kaki yang terdengar semakin jelas di telinganya membuat jantung Fu Chen berdetak lebih kencang lagi.

Namun ketika sebuah tangan menyentuh pundak Fu Chen, perasaannya justru terasa lebih baik, pikirannya kembali tenang secara perlahan dan jantungnya pun kembali normal. Fu Chen merasa ada energi hangat yang masuk ke dalam tubuhnya dan itu membuatnya merasa nyaman.

Pendekar itu tersenyum lembut melihat Fu Chen yang meliriknya, pandangan pendekar itu kemudian beralih ke Bibi Fei.

"Berapa total semua pesananku tadi Bibi…?"

"Eh… tunggu sebentar, aku akan menghitungnya…" Sembari menunggu Bibi Fei menghitung, pendekar itu kembali mengalihkan pandanganya ke arah Fu Chen.

"Siapa namamu Anak Muda?" Pendekar itu merasa tertarik dengan Fu Chen karena selama ini hanya segelintir anak-anak yang tertarik dengan pedangnya.

"F-Fu Chen tuan… dan ini temanku, Sin Lou…" Fu Chen menjawab dengan kepala yang masih tertunduk, tangannya ia letakkan di atas lutut yang saling bertemu. Ia sengaja menyebutkan nama Sin Lou agar pemuda itu ikut terlibat dalam masalahnya.

Sin Lou baru sadar ada seorang pendekar yang duduk di samping Fu Chen ketika namanya di sebutkan. Ia sedari tadi masih sibuk memperhatikan pendekar-pendekar yang membawa pedang besar di punggung serta pinggang mereka.

Jika ia berhasil menjadi pendekar kelak, Sin Lou berniat memilih senjata yang berukuran cukup besar agar terlihat gagah.

"Apa kau tertarik dengan pedang ini Anak Muda?"

Fu Chen tersedak napasnya sendiri ketika pendekar itu meletakkan pedangnya di atas meja, ia tak berani untuk sekedar menjawab pertanyaan itu.

"A-aku…" Fu Chen tidak bisa menyudahi kalimatnya karena Bibi Fei telah menghampiri pendekar itu kembali.

"Totalnya 2 keping perak pendekar…" ucap Bibi Fei setelah menghitung tagihan makanan pendekar tersebut. Pendekar itu lalu mengeluarkan satu keping emas dan meletakkan nya di atas meja.

Nafas Bibi Fei sedikit tertahan melihatnya.

"I-ini…"

"Ada apa Bi…? Apakah kedai ini tidak menerima koin emas?" Pendekar itu berkata santai, sengaja memberikan koin emas agar ia lebih leluasa berbicara dengan Fu Chen.

"Bu-bukan begitu pendekar…tapi mungkin akan membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk kembaliannya…"

"Tak apa Bibi… aku akan menunggumu."

Bibi Fei nampak ragu, namun pendekar itu kembali meyakinkan sehingga pendekar itu mendapatkan kesempatannya untuk berbicara dengan Fu Chen.

"Nah…anak muda. Ah, maksudku… Chen'er, apa kau tertarik dengan pedang seperti ini?" pendekar itu mengubah suaranya menjadi lebih lembut dan menunjuk pedangnya yang ada di atas meja.

"I-iya pendekar," jawab Fu Chen terbata-bata.

Pendekar itu tersenyum mendengarnya. "Apa kau tahu pedang apa yang yang ku bawa ini?"

Fu Chen menggelengkan kepalanya, ia sendiri tidak mengetahui ada berapa banyak jenis pedang di Dunia ini.

Pedang itu dikenal sebagai Katana, di benua Timur sendiri tidak banyak yang menggunakannya karena orang-orang lebih memilih pedang bermata dua yang ukurannya sedikit lebih besar dan tebal jika di bandingkan dengan Katana.

Pendekar itu mengatakan pedang Katana tidak di minati banyak orang di benua timur karena bentuknya yang terlihat rapuh. Selain itu, pedang Katana sedikit lebih sulit di gunakan ketimbang pedang bermata dua pada umumnya.

"Tuan sendiri mengapa memilih pedang ini jika memang di katakan rapuh?" Fu Chen memberanikan diri untuk bertanya.

"Haha… jika kau sudah sangat mencintai satu hal, apakah kau akan berpaling pada hal lainya?" Pendekar itu tersenyum tipis, "Jika memang iya, maka kau tak akan bisa mengerti arti dari hal yang kau cintai itu."

"Pada dasarnya kita lah yang menajamkan sebuah pedang, bukan pedang yang menajamkan diri kita. Kuat atau rapuhnya sebuah pedang tergantung bagaimana cara kita menggunakannya."

Fu Chen mengerutkan dahi saat mendengarnya, ia tak dapat mengartikan ucapan pendekar itu lebih jauh.

"Tak perlu kau ambil pusing, jalanmu masih panjang untuk dapat memahami hal tersebut, kau juga masih sangat muda… berapa umurmu saat ini?"

"Emh… tujuh tahun, kurasa dua bulan lagi akan genap delapan tahun." Jawab Fu Chen dengan sedikit berpikir.

"Aku delapan tahun!" Sahut Sin Lou yang sedari tadi hanya menyaksikan.

Pendekar itu tersenyum tipis mendengarnya, usia Fu Chen yang masih sangat muda namun ia memiliki kualitas tulang yang tidak dapat di ukur oleh pendekar itu. Dia penasaran akan jadi seperti apa anak ini kelak.

Memang benar, pendekar itu sempat mengecek kualitas tulang Fu Chen ketika ia menyentuh pundak anak tersebut.

"Kalian ingin memegang pedang ini?" pendekar itu menyodorkan pedangnya.

"Benarkah!?" Sin Lou menyahut dengan penuh semangat.

Sin Lou merasa tertarik untuk menggenggam pedang sungguhan, meskipun pedang itu bukan tipe idamannya. Sarung pedang itu sangat indah dengan warna emas serta merah di setiap ukirannya, membuat mata Sin Lou sedikit berbinar.

Terpopuler

Comments

Arwin Atune

Arwin Atune

pedang katana

2024-08-16

0

Dzikir Ari

Dzikir Ari

Lanjutkan

2023-07-08

0

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Semangat Thor 💪💪

2022-11-14

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch.1 - Hal Baru
3 Ch.2 - Pedang
4 Ch.3 - Dunia Persilatan
5 Ch.4 - Tingkat Kultivator
6 Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7 Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8 Ch.7 - Lampion
9 Ch.8 - Sebuah Harapan
10 Ch.9 - Pesta
11 Ch.10 - Keberangkatan
12 Ch.11 - Kebenaran
13 Ch.12 - Latihan
14 Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15 Ch.14 - Feng Youxin
16 Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17 Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18 Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19 Ch.18 - Kabar Duka
20 Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21 Ch.20 - Aura Binatang Magis
22 Ch.21 - Perbatasan
23 Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24 Ch.23 - Merah Merona
25 Ch.24 - Batu Penguji
26 Ch.25 - Duel
27 Ch.26 - Perpisahan
28 Ch.27 - Permohonan
29 Ch.28 - Xiao Jung
30 Ch.29 - Pemandangan Buruk
31 Ch.30 - Tiba Di Kota
32 Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33 Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34 Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35 Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36 Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37 Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38 Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39 Ch.38 - Perpustakaan
40 Ch.39 - Li Han
41 Ch.40 - Li Han II
42 Ch.41 - Li Han III
43 Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44 Ch.43 - Perebutan Tahta
45 Ch.44 - Satu Tahun
46 Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47 Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48 Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49 Ch.48 - Boneka Kayu
50 Ch.49 - Ujian Ketiga
51 Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52 Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53 Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54 Ch.53 - Siasat Perampok
55 Ch.54 - Jebakan
56 Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57 Ch.56 - Salah Paham
58 Ch.57 - Memeriksa Markas
59 Ch.58 - Memeriksa Markas II
60 Ch.59 - Pembebasan
61 Ch.60 - Kota Tiemao
62 Ch.61 - Perbincangan Singkat
63 Ch.62 - Gadis Merepotkan
64 Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65 Ch.64 - Hukuman Sepadan
66 Ch.65 - Pusaka
67 Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68 Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69 Ch.68 - Ibu Kota
70 Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71 Ch.70 - Persiapan
72 Ch.71 - Persiapan II
73 Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74 Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75 Ch.74 - 3 Item Utama
76 Ch.75 - Persaingan Singkat
77 Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78 Ch.77 - Percobaan Pertama
79 Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80 Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81 Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82 Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83 Ch.82 - Rencana
84 Ch.83 - Gunung Fugui
85 Ch.84 - Gunung Fugui II
86 Ch.85 - Gunung Fugui III
87 Ch.86 - Keanehan
88 Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89 Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90 Ch.89 - Kembali
91 Ch.90 - Pertemuan
92 Ch.91 - Qiao Wu
93 Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94 Ch.93 - Guru
95 Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96 Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97 Ch.95 - Latihan
98 Ch.96 - Latihan II
99 Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100 Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101 Ch.99 - Nasehat
102 Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103 Ch.101 - Rapat Tetua
104 Ch.102 - Rapat Tetua II
105 Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106 pengumuman
107 Ch.104 - Pergi
108 Ch.105 - Kembali
109 Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110 Ch.107 - Amarah
111 Ch.108 - Musuh Lama
112 Ch.109 - Selamat Tinggal
113 Ch.110 - Penginapan
114 Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115 Ch.112 - Fu Mei
116 Ch.113 - Fu Mei II
117 Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118 Pengumuman!
119 Nt Error
120 Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121 Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122 Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123 Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124 Ch.119 - Dunia Baru
125 Ch.120 - Semua Akan Berubah
126 Ch.121 - Jenderal Petarung
127 Ch.122 - Prajurit Batu
128 Ch.123 - Langkah Awal
129 Ch.124 - Wanita Bangsawan
130 Ch.125 - Su Anna
131 Ch.126 - Rencana
132 Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133 Ch.128 - Hutan
134 Ch.129 - Informasi
135 Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136 Ch.131 - Merelakan
137 Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138 Ch.133 - Ulang Tahun
139 Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140 Ch.135 - Diskusi
141 Ch.136 - Persetujuan
142 Ch.137 - Identitas
143 Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144 Ch.139 -Ye Singsui
145 Ch.140 - Keuntungan
146 Ch.141 - Bagi Hasil
147 Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148 Ch. 143 - Perbatasan
149 Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150 Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151 Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152 Ch.147 - Perkenalan
153 Ch.148 - Diskusi
154 Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155 Ch.150 - Penelusuran
156 Ch.151 - Dou Huang
157 Ch.152 - Matahari Menyambut
158 Ch.153 - Dan Suyu
159 Ch.154 - Di Sambut Hangat
160 pesan
161 Ch.155 - Ulang Tahun
162 Ch. 156 - Kota Lianing
163 Ch.157 - Turnamen
164 Ch.158 - Turnamen II
165 Ch. 159 - Berburu
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Prolog
2
Ch.1 - Hal Baru
3
Ch.2 - Pedang
4
Ch.3 - Dunia Persilatan
5
Ch.4 - Tingkat Kultivator
6
Ch.5 - Pembentukkan Dantian
7
Ch.6 - Pembentukkan Dantian II
8
Ch.7 - Lampion
9
Ch.8 - Sebuah Harapan
10
Ch.9 - Pesta
11
Ch.10 - Keberangkatan
12
Ch.11 - Kebenaran
13
Ch.12 - Latihan
14
Ch.13 - Tulang Permata Dewa
15
Ch.14 - Feng Youxin
16
Ch.15 - Masa Lalu Tang Shu
17
Ch.16 - Masa Lalu Tang Shu II
18
Ch.17 - Melawan Seekor Harimau
19
Ch.18 - Kabar Duka
20
Ch.19 - Ilmu Pedang Arus Jeram
21
Ch.20 - Aura Binatang Magis
22
Ch.21 - Perbatasan
23
Ch.22 - Pertarungan Ayah Dan Anak
24
Ch.23 - Merah Merona
25
Ch.24 - Batu Penguji
26
Ch.25 - Duel
27
Ch.26 - Perpisahan
28
Ch.27 - Permohonan
29
Ch.28 - Xiao Jung
30
Ch.29 - Pemandangan Buruk
31
Ch.30 - Tiba Di Kota
32
Ch.31 - Sekte Pedang Suci
33
Ch.32 - Pertandingan Murid Baru
34
Ch.33 - Pertandingan Murid Baru II
35
Ch.34 - Pertandingan Murid Baru III
36
Ch.35 - Pertunjukkan Yang Memuaskan
37
Ch. 36 - Lawan Yang Kuat
38
Ch.37 - Tubuh Yang Aneh
39
Ch.38 - Perpustakaan
40
Ch.39 - Li Han
41
Ch.40 - Li Han II
42
Ch.41 - Li Han III
43
Ch.42 - Pangeran Kekaisaran Meng
44
Ch.43 - Perebutan Tahta
45
Ch.44 - Satu Tahun
46
Ch.45 - Makanan Yang Menghampiri
47
Ch.46 - Tujuan Belum Tercapai
48
Ch.47 - Ujian Kenaikan Pangkat
49
Ch.48 - Boneka Kayu
50
Ch.49 - Ujian Ketiga
51
Ch.50 - 19 Menit Yang Melelahkan
52
Ch.51 - Tidak Ada Kabar
53
Ch.52 - Kabur Dari Tanggung Jawab
54
Ch.53 - Siasat Perampok
55
Ch.54 - Jebakan
56
Ch. 55 - Kelompok Beruang Hitam
57
Ch.56 - Salah Paham
58
Ch.57 - Memeriksa Markas
59
Ch.58 - Memeriksa Markas II
60
Ch.59 - Pembebasan
61
Ch.60 - Kota Tiemao
62
Ch.61 - Perbincangan Singkat
63
Ch.62 - Gadis Merepotkan
64
Ch.63 - Pertemuan Yang Menyenangkan
65
Ch.64 - Hukuman Sepadan
66
Ch.65 - Pusaka
67
Ch.66 - Tingkatan Pusaka
68
Ch.67 - Setara Harga Kerajaan
69
Ch.68 - Ibu Kota
70
Ch.69 - Kediaman Bangsawan Xiao
71
Ch.70 - Persiapan
72
Ch.71 - Persiapan II
73
Ch.72 - Hari Yang Di Tunggu
74
Ch.73 - Xuan Rong Di Temukan
75
Ch.74 - 3 Item Utama
76
Ch.75 - Persaingan Singkat
77
Ch. 76 - Siasat Xiao Jung
78
Ch.77 - Percobaan Pertama
79
Ch.78 - Fu Chen Beraksi
80
Ch.79 - Menemui Xuan Rong
81
Ch.80 - Isi Kitab Dewa Raga
82
Ch.81 - Kesembuhan Xiao Feng
83
Ch.82 - Rencana
84
Ch.83 - Gunung Fugui
85
Ch.84 - Gunung Fugui II
86
Ch.85 - Gunung Fugui III
87
Ch.86 - Keanehan
88
Ch.87 - Siluman Beruang Hitam
89
Ch.88 - Siluman Beruang Hitam II
90
Ch.89 - Kembali
91
Ch.90 - Pertemuan
92
Ch.91 - Qiao Wu
93
Ch.92 - Ujian Tak Tertulis
94
Ch.93 - Guru
95
Ch.94 - Li Chun dan Penjaga Sekte
96
Ch.95 - Ini Baru Di Mulai
97
Ch.95 - Latihan
98
Ch.96 - Latihan II
99
Ch.97 - Hutan Siluman Milik Li Han
100
Ch.98 - Buah Persik Dewi Langit
101
Ch.99 - Nasehat
102
Ch. 100 - Sebuah Keputusan
103
Ch.101 - Rapat Tetua
104
Ch.102 - Rapat Tetua II
105
Ch.103 - Pusaka yang Tersegel
106
pengumuman
107
Ch.104 - Pergi
108
Ch.105 - Kembali
109
Ch.106 - Desa Bintang Jatuh
110
Ch.107 - Amarah
111
Ch.108 - Musuh Lama
112
Ch.109 - Selamat Tinggal
113
Ch.110 - Penginapan
114
Ch.111 - Semua Telah Berlalu
115
Ch.112 - Fu Mei
116
Ch.113 - Fu Mei II
117
Ch.114 - Dua Sosok Misterius (Arc 1 END)
118
Pengumuman!
119
Nt Error
120
Ch.115 - Sekte Pedang Suci
121
Ch.116 - Sekte Pedang Suci II
122
Ch.117 - Feng Bian dan Dou Huang
123
Ch.118 - Terlalu Banyak Informasi
124
Ch.119 - Dunia Baru
125
Ch.120 - Semua Akan Berubah
126
Ch.121 - Jenderal Petarung
127
Ch.122 - Prajurit Batu
128
Ch.123 - Langkah Awal
129
Ch.124 - Wanita Bangsawan
130
Ch.125 - Su Anna
131
Ch.126 - Rencana
132
Ch.127 - Kekuatan Pendekar Raja
133
Ch.128 - Hutan
134
Ch.129 - Informasi
135
Ch.130 - Bukan Sekte Pedang Suci
136
Ch.131 - Merelakan
137
Ch.132 - Menuju Ibu Kota
138
Ch.133 - Ulang Tahun
139
Ch.134 - Keluarga Bangsawan dan Kesempatan
140
Ch.135 - Diskusi
141
Ch.136 - Persetujuan
142
Ch.137 - Identitas
143
Ch.138 - Berlangsungnya Negosiasi
144
Ch.139 -Ye Singsui
145
Ch.140 - Keuntungan
146
Ch.141 - Bagi Hasil
147
Ch.142 - Tujuan Selanjutnya
148
Ch. 143 - Perbatasan
149
Ch. 144 - Pertemuan Kembali Sang Dewi Bulan
150
Ch. 145 - Meninggalkan Kenangan
151
Ch.146 - Lanjutkan Perjalanan
152
Ch.147 - Perkenalan
153
Ch.148 - Diskusi
154
Ch.149 - Ingatan Dou Huang
155
Ch.150 - Penelusuran
156
Ch.151 - Dou Huang
157
Ch.152 - Matahari Menyambut
158
Ch.153 - Dan Suyu
159
Ch.154 - Di Sambut Hangat
160
pesan
161
Ch.155 - Ulang Tahun
162
Ch. 156 - Kota Lianing
163
Ch.157 - Turnamen
164
Ch.158 - Turnamen II
165
Ch. 159 - Berburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!