Fu Chen merasakan sensasi hangat mulai mengalir dari punggungnya dan terus menjalar hingga ke seluruh tubuh. Setelah beberapa saat, energi itu seperti menarik energi lain untuk masuk ke dalam tubuhnya.
Tubuh Fu Chen sedikit berkeringat karena energi yang masuk dalam tubuhnya menjadi sedikit panas. Energi yang semakin panas itu kemudian bergerak ke arah perut Fu Chen.
Pandangan Fu Chen yang sebelumnya masih gelap kini mulai di terangi oleh satu titik cahaya berwarna emas. Fu Chen memfokuskan pikirannya pada titik emas tersebut, titik cahaya itu semakin terang dan mulai menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya.
Namun, semakin banyak titik cahaya emas itu menyerap energi warnanya pun ikut berubah, seolah energi yang ia serap adalah berwarna hitam akhirnya titik cahaya itu tertutupi oleh warna hitam pekat dan memancarkan sedikit cahaya keemasan.
Kristal yang tadi di pegang Fu Chen mulai menunjukkan sesuatu berbentuk bola dengan warna hitam dan sedikit memancarkan cahaya keemasan.
Fu Chen membuka matanya perlahan, matanya melebar tak percaya saat melihat tampilan dantiannya. Tidak hanya dirinya namun semua yang menyaksikan hal itu juga terkejut.
"Hei, bukankah dantian terendah berwarna putih? Lalu apa-apaan ini?"
"Dantiannya berwarna Hitam?"
"Apakah anak ini cacat?"
Fu Chen yang mendengar ucapan para penonton mengalihkan Pandangannya pada Tetua yang membantunya.
"Apakah aku gagal?" Fu Chen bertanya ragu.
Tetua yang di tanyai Fu Chen juga merasa bingung, ia sendiri baru melihat sebuah dantian berwarna hitam sepanjang karirnya di Dunia Persilatan.
"Kurasa tidak… seharusnya jika bola kristal yang kau sentuh telah menunjukkan bentuk Dantian mu, maka kau bida di katakan berhasil," jawab tetua itu ragu.
Fu Chen sudah pesimis dirinya memiliki dantian cacat, para penonton pun ikut saling berbisik membicarakan Fu Chen. Namun dari semua orang yang ada disana, hanya Tang Shu yang memperlihatkan senyuman lebar dan tangannya menggenggam kuat tangan istrinya.
Xin Xue yang menyadari hal itu hanya menduga suaminya sedang merasa senang karena Fu Chen tidak bisa menjadi seorang pendekar.
"Ambil ini nak, dan masukkan ke dalam kotak kayu yang disana. Aku tidak bisa memutuskan jika itu adalah Dantian cacat. Jadi ku harap kau bisa lolos dalam seleksi nanti, agar hal ini dapat di teliti lebih lanjut oleh Ketua Sekte." Tetua itu menyerahkan kertas yang telah di stampel pada Fu Chen.
Tetua yang tadi membantu Fu Chen merasa tidak memiliki hak untuk mengecap bahwa itu adalah dantian yang cacat. Serta dirinya juga merasa bahwa Fu Chen adalah pemuda yang berbakat, sebab tak banyak anak seusianya yang dapat melakukan pembentukkan dantian dalam sekali percobaan.
Fu Chen merasa dirinya masih memiliki kesempatan, ia menarik napas panjang sejenak dan memasukkan kertas itu kedalam kotak kayu yang ada di sudut arena.
Di lain sisi Sin Lou baru saja selesai membentuk dantian miliknya, ia bersorak gembira seraya mengangkat bola kristal itu tinggi-tinggi dan menunjukkan dantian berwarna ungu tua.
"Bukankah itu anak si Pandai Besi?"
"Tak kusangka dirinya memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pendekar hebat."
"Hahaha… lihatlah, Desa kita telah melahirkan jenius bela diri!"
"Ya… itu benar!"
Sorak-sorai para penonton terdengar begitu ramai, dapat di pastikan impian Sin Lou akan terwujud untuk mendekati gadis-gadis di Desanya.
Sin Lou berdiri membusungkan dada sembari terpejam menikmati segala pujian atas dirinya.
"Cih, kau terlalu membanggakan dantian karatan milik mu itu bocah!"Ucap Kyoto ketus dengan nada yang tinggi.
Pandangan Fu Chen serta Sin Lou terarah pada Bola kristal yang masih di pegang oleh Kyoto. Dantiannya memang berwarna ungu, namun itu terlihat sedikit transparan.
"Hahaha… sepertinya Dewa benar-benar memberkati desa kita!"
"Desa kita telah melahirkan dua orang jenius bela diri!"
Suara penonton kembali riuh di sela-sela suasana tegang antara Sin Lou dan Kyoto yang menunjukkan tatapan persaingan. Fu Chen yang ada di samping Sin Lou kemudian berjalan layaknya orang tak berdosa di antara mereka berdua, pandangan keduanya pun mengikuti Fu Chen yang lama kelamaan menjauh dan naik ke bangku penonton.
Sin Lou baru tersadar Fu Chen telah meninggalkannya ketika pemuda itu berada di dekat keluarganya.
"Hei… berani sekali kau meninggalkan ku!"
Sin Lou kemudian membuat gestur menunjuk kedua bola matanya kemudian menunjuk ke arah Kyoto dengan tatapan tajam. "Urusan kita belum selesai!"
Dari 70 orang yang mendaftarkan diri, hanya 30 orang saja yang telah memenuhi persyaratan untuk berpartisipasi dalam seleksi tersebut.
Xiao Jung yang berada di atas podium kemudian menyebutkan nama-nama peserta yang akan berkompetisi satu tahun lagi. Di antara nama-nama yang di sebutkan itu, ternyata juga ada nama Fu Chen yang menandakan dirinya juga terpilih untuk berkompetisi.
"Kakak, kau lolos… Haha! Kakak ku akan menjadi seorang pendekar!" Fu Mei bersorak gembira sembari mengoyang- goyangkan tubuh Fu Chen.
Tang Shu serta Xin Xue tersenyum lembut melihat kedua anaknya yang begitu bahagia. Fu Chen bahkan hampir meneteskan air matanya jika tidak di ganggu oleh Sin Lou yang mengejeknya dengan berkata itu hanya sebuah keberuntungan.
"Baiklah, untuk nama-nama yang telah di sebutkan, kami harap kalian dapat berlatih dengan giat dalam kurun waktu yang masih cukup panjang ini…" ucap Xiao Jung untuk mengakhiri pidatonya.
Acara itu kemudian di akhiri dengan sebuah sajian makanan untuk para perwakilan Sekte Pedang Suci, warga yang menyaksikan juga telah membubarkan diri mereka masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang tertinggal.
"Tetua, apakah anda meloloskan anak yang memiliki dantian Hitam tadi?" Xiao Jung bertanya pada Tetua yang tadi membantu Fu Chen.
"Ya, aku melakukan hal itu agar dapat di teliti oleh tetua yang lain atau bahkan Ketua itu sendiri," Balas tetua itu singkat.
"Yah, ini memang sungguh jarang terjadi, aku harap ada catatan yang menjelaskan tentang hal ini. Agar kita tidak memilih murid yang cacat nantinya." Xiao Jung menghela nafas pelan sebelum kembali meminum teh yang telah di sediakan.
Di perjalanan pulang, Fu Mei terlihat begitu bahagia digendongan kakaknya, sedangkan Fu Chen hanya tersenyum canggung ketika adiknya beberapa kali menyebutkan dirinya akan menjadi pendekar hebat.
"Tidak usah murung begitu Chen'er, ayahmu akan mengajarmu sebisa mungkin agar kau tidak di pandang lemah ketika pertandingan nanti." Xin Xue mengelus kepala Fu Chen lalu menatap suaminya.
"Hahaha… tenang saja Chen'er, ayah akan mengajarimu menjadi pendekar yang hebat. Jika masalah membaca serta menulis kurasa kau sudah sedikit mengetahuinya bukan?" Tang Shu tertawa lepas menikmati hal yang hanya dirinya ketahui.
"Ya… hanya saja aku masih sedikit kesulitan untuk membaca tulisan yang cukup panjang, serta tulisan ku juga kurang memuaskan," jawab Fu Chen.
"Itu tudak masalah, ibumu akan membantumu membaca serta menulis." Tang Shu merangkul istrinya dengan mesra.
"Ibu, ibu… apakah aku juga boleh ikut belajar?" Fu Mei menggoyang-goyangkan pundak Fu Chen bertanya.
"Mei'er hati-hati, kau bisa terjatuh!" Fu Chen memperkuat pegangan kedua tangannya yang menahan Fu Mei.
"Tentu saja Mei'er, ibu juga akan mengajarkan kalian melukis," Kata Xin Xue tersenyum lembut.
"Benarkah-benarkah? Kak, kau juga mendengarnya kan? Aku akan menjadi lebih pintar dari kakak nantinya…" Fu Mei kembali bersorak gembira, ingin sekali rasanya Fu Chen menurunkan adiknya itu agar dapat diam.
Orang-Orang yang menyaksikan mereka juga sesekali berdecak kagum melihat keharmonisan keluarga tersebut.
"Sungguh keluarga dari surga"
"kapan aku bisa menikah dan memiliki istri secantik itu," Ujar salah satu bujangan yang masih melajang di usianya yang menginjak 27 tahun.
"Itu adalah karma karena dirimu selalu mempermainkan perasaan gadis-gadis saat usiamu masih muda dulu!" Sahut temannya yang ikut menyaksikan keluarga Fu Chen. Dalam hati ia juga berharap agar memiliki keluarga sperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Roni Sakroni
mantap dan lanjutkan
2025-01-12
0
Arwin Atune
keluarga bahagia
2024-08-16
0
Dzikir Ari
Kedamaian keluarga bisa membuat bahagia
2023-07-08
0