Setelah selesai menerbangkan lampion, kini warga Desa serta pengunjung yang hadir mulai melanjutkan Festival mereka dengan pesta yang begitu meriah. Meski malam sudah mulai larut namun suasana Desa masih tetap sangat ramai.
Tidak ada rasa kantuk sama sekali yang dirasakan warga Desa malam ini, mereka semua tertawa bahagia merayakan pengujung Festival itu. Semua orang merayakannya di lapangan terbuka, tidak ada dari mereka yang yang memisahkan diri atau sekedar di dalam rumah. Kebersamaan seperti itu sungguh sangat jarang didapatkan dan tidak dapat dilakukan setiap waktu.
"Hahaha… kuharap kau tidak salah membawa istri lagi seperti tahun lalu Tang Shu…" Ucap Sin Zhou tertawa lantang sambil menikmati arak di tangannya. Dirinya dan Tang Shu saat ini sedang berkumpul dengan warga Desa lainnya, sedangkan anak-anak sedikit menjauhkan diri mereka karena bau arak yang cukup menyengat.
"Kau benar saudara Zhou, dia hampir saja meninggalkan istri cantiknya demi seorang Bibi Fei…"
"Betapa malangnya Xue'er mempunyai suami yang bahkan hampir melupakannya…" Celetuk beberapa warga yang juga sedang berkumpul dengan mereka.
"Shu'er, jika kau ingin membawaku pulang kembali tahun ini juga tidak apa-apa. Asalkan kau dapat menafkahiku serta anakku itu sudah cukup…" Candaan yang di lontarkan Bibi Fei itu mengundang gelak tawa yang sangat riuh disekitarnya.
Usia Bibi Fei sebenarnya sudah tidak muda lagi, meski baru memiliki satu orang anak, namun usianya kini telah menginjak 50 tahun. Suaminya sendiri telah lama meninggal karena sebuah peristiwa perampokan, yang terjadi ketika suaminya hendak pergi berdagang di kota.
"Hahaha… itu tidak akan pernah terjadi lagi Bibi Fei, karena kali ini diriku juga sudah mengajak Chen'er…"
"Bukankah tahun lalu juga sama, Chen'er bahkan menertawaimu saat kau menggodaku Shu'er… Perempuan tua ini sungguh menantikan hal itu." Bibi Fei tersenyum jahil pada Tang Shu, dirinya sungguh senang melihat ayah Fu Chen yang nampak berbeda ketika telah mabuk.
"Itu tidak akan terjadi Bibi. Lihatlah, Xin Xue kali ini juga selalu berada disampingku agar tidak salah lagi…" Tang Shu merangkul pundak istrinya dan mecium keningnya. Meski berada pada satu meja yang sama, Xin Xue tidak ingin sama sekali meminum ataupun menyentuh arak disana. Bukan demi menjaga dirinya agar tidak mabuk, namun dirinya memang tidak menyukai minuman itu sejak awal.
"Oh… ayolah saudaraku, janganlah kau mengumbarkan kemesraan mu itu di depan umum seperti ini. Apa kau tidak menghargai mereka yang masih belum memiliki pasangan…?" Sin Zhou yang telah mabuk kembali bercanda.
Fu Chen sendiri saat ini sedang berkumpul dengan anak-anak desa yang seumuran dengannya untuk membahas pelatihan yang akan mereka lakukan. Fu Chen sebenarnya tidak ingin berkumpul dengan mereka, namun karena paksaan dari Sin Lou, ia akhirnya menyerah dan ikut bersama dengan Fu Mei.
Disana anak-anak juga membahas kualitas dantian yang mereka miliki. Dan beberapa kali, anak-anak itu juga meledek Fu Chen yang mereka anggap memiliki dantian cacat.
Karena merasa jenuh selalu menjadi bahan ejekan disana, Fu Chen memutuskan untuk memisahkan diri dan berjalan menuju aliran air yang terdapat banyak sampan dan lampion disekitarnya.
Di sampingnya juga selalu ada Fu Mei yang setia menemaninya. Sedangkan Sin Lou sendiri masih sibuk membanggakan dantian yang ia miliki dengan anak-anak disana. Meski Fu Chen dan Fu Mei terlihat seperti anak yang riang dan ramah, namun mereka hanya menunjukkannya pada orang-orang terdekat saja.
Saat telah sampai di pinggiran aliran itu, Fu Chen segera merebahkan tubuhnya pada rumput dibawahnya dan memandangi langit yang dipenuhi oleh bintang. Fu Mei juga ikut duduk disampingnya sambil memandangi lampion di tengah sampan.
"Kakak sebenarnya sedang memikirkan apa?" Meski dirinya kurang memahami apa yang anak-anak sebelumnya bahas, namun Fu Mei merasa tidak senang kakaknya di ejek oleh mereka.
"Bukan apa-apa Mei'er. Kakak hanya berpikir apakah kakak bisa menjadi pendekar hebat dan melindungi ayah dan ibu, termasuk juga dirimu…" Fu Chen memejamkan matanya menikmati kesunyian di sekitarnya, meski masih sedikit terdengar suara riuh warga Desa di kejauhan, namun itu bukan masalah baginya.
Fu Mei sedikit memiringkan kepalanya saat menatap kakaknya.
"Kenapa kakak berkata seperti itu? Bukankah kakak selama ini sudah berlatih dengan giat? Aku juga melihat kakak begitu bersemangat saat mengayunkan sebuah ranting pada pohon pisang saat itu." Fu Mei sedikit tertawa mengenang kakaknya yang begitu serius menghadapi sebatang pohon pisang yang diam di tempat.
"Kakak bahkan beberapa kali mengumpati pohon pisang yang tak bersalah itu."
"Sudahlah Mei'er jangan buat kakakmu ini terlihat seperti orang bodoh! aku bahkan tidak sadar melakukan hal itu" Fu Chen tersenyum sendiri mengingat kejadian yang membuat tangannya terasa kebas karena pohon pisang yang ia pukul menggunakan ranting ternyata cukup keras.
Mereka berdua masih menikmati waktu dengan mengobrol dan sesekali juga bercanda hingga pertengahan malam tiba.
"Kakak, aku ngantuk. Kita pulang ya," setelah menguap beberapa kali, Fu Mei berdiri dan menarik lengan kakaknya.
"Yah, kakak juga. Sebaiknya kita menghampiri ayah dan ibu, kurasa mereka masih ada disana." Fu Chen bangkit dengan sedikit kesusahan, tubuhnya sedikit sulit untuk digerakkan.
Beberapa warga Desa juga sudah mulai pulang ke rumah mereka masing-masing untuk beristirahat, karena memang waktu yang sudah sangat larut.
"Ibu… kita pulang ya, Meimei tidak tahan lagi… Hoamm…" Fu Mei menggosok pelan matanya untuk mengurangi rasa kantuk. Xin Xue kemudian mengusap pelan kepala Fu Mei.
"Tunggu sebentar ya… ibu harus membereskan ini sebelum pulang."
"Tidak perlu Xue'er, lebih baik kau segera pulang dengan anakmu. Biarkan kami saja yang membereskan ini semua," Ucap Bibi Fei pada Xin Xue, disana juga masih ada Sin Zhou dan beberapa orang lainnya.
"Baiklah kalau begitu, terimakasih atas bantuannya…" Kata Xin Xue sambil membunkukkan badan.
"Tidak perlu sungkan, bawa juga suamimu itu. Kurasa dia akan kembali membawa Bibi Fei kerumahnya kali ini jika bukan kau sendiri yang membawanya," ejek Sin Zhou melihat Tang Shu yang mabuk sudah cukup berat. Meski dirinya juga sudah mabuk, namun ia masih tetap bisa mempertahankan kesadarannya.
Xin Xue tersenyum lembut menjawabnya, ia kemudian menggendong Fu Mei dan mulai beranjak pergi. Di belakangnya juga ada Fu Chen yang menuntun ayahnya berjalan.
Malam itu mereka terlelap begitu saja dengan nyenyak. Senyuman juga terukir di setiap wajah warga Desa, seolah beban mereka sedikit terangkat hari itu.
***
"Selamat ulang tahun kakak…!"
"Woah… apakah ini semua untukku?!" Fu Chen sungguh tidak menduga, ketika ia baru saja bangun dari tidurnya akan disambut oleh banyak sekali hidangan di hadapannya.
Ya, ini adalah satu bulan setelah Festival yang Desa mereka selenggarakan. Selama satu bulan ini, hidup Fu Chen juga tidak lebih baik. Dirinya harus mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh ibunya setiap hari tanpa libur sekalipun.
Xin Xue sengaja melakukannya karena setelah satu bulan itu, anaknya akan lebih sibuk mengikuti pelatihan bersama Tang Shu. Yang di ajarkan oleh Xin Xue juga bukan hanya sekedar membaca serta menulis, namun dirinya juga mengajarkan cara melukis serta etika pada kedua anaknya.
Hal yang sangat mengejutkan justru berasal dari Fu Mei, anak permpuan Xin Xue itu memperlihatkan perkembangan yang sangat signifikan dalam hal membaca serta menulis. Meski masih sedikit terbata-bata, namun untuk anak seusianya hal itu cukup mengejutkan bagi mereka.
Fu Chen juga ikut lebih lancar dalam membaca, tulisannya juga menjadi lebih rapi dari sebelumnya. Sin Lou sendiri juga sudah memulai latihannya bersama Sin Zhou. Dirinya juga beberapa kali membujuk Fu Chen untuk segera berlatih agar ia memiliki alasan untuk pergi dari tempat ayahnya.
"Kak, cepatlah basuh mukamu. Aku sudah tidak sabar memakan ayam panggang ini!" Fu Chen tersenyum canggung mendengar adiknya yang justru lebih bersemangat memandangi ayam yang memang terlihat sangat lezat di meja makan.
"Iya tunggu sebentar… oiya, ayah diamana ibu? Kenapa ia tidak ada disini?"
"Ayahmu mengatakan bahwa ia masih ada beberapa hal yang harus di persiapkan. Kemungkinan dirinya tidak akan datang kali ini." Xin Xue tersenyum lembut setelah mengatakannya, ia juga sedikit khawatir Fu Chen akan merasa kecewa atas ketidak hadiran Tang Shu di ulang tahunnya yang kedelapan ini.
Namun dugaan Xin Xue melenceng jauh. Fu Chen justru merasa sangat bersemangat mendengar ayahnya mempersiapkan sesuatu. Ia beranggapan itu adalah hal untuk latihannya kelak.
Fu Chen kemudian bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Meski tidak di hadiri sang ayah serta orang terdekat lainnya, mereka bertiga tetap menikmati perayaan kecil-kecilan yang mereka buat sendiri itu dengan perasaan yang bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Arwin Atune
membaca dan menulis
2024-08-17
0
Dzikir Ari
siiiip
2023-07-08
0
Harman LokeST
sssssssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiippppppppppp
2022-06-09
0