Di minggu kedua latihan Fu Chen menjadi semakin berat. Bahkan dirinya sengaja mengurangi waktu istirahatnya hanya untuk latihan. Tang Shu tidak terlalu khawatir dengan kondisi Fu Chen karena memang dengan kualitas tulang yang ia miliki, Fu Chen setidaknya telah layak untuk dapat menyerap qi.
Namun Tang Shu tidak menginginkan hal itu, dirinya tetap fokus untuk meningkatkan kemampuan fisik anaknya agar tidak terbebani dengan kualitas tulang yang sangat tinggi. Dirinya juga menggunakan sisa ginseng merah yang ia bawa untuk membantu perkembangan Fu Chen.
Karena akan berakibat fatal jika kekuatan fisik seseorang tidak terlalu kuat untuk menahan beban kualitas tulangnya yang tinggi. Sebaliknya, jika seseorang melatih kemampuan fisiknya hingga mencapai tingkatan tertentu dan memiliki kualitas tulang yang rendah, maka kualitas tulang orang tersebut juga akan ikut berkembang .
Di sela-sela latihannya Fu Chen selalu meminta Tang Shu untuk mengajarinya bermain seruling. Tang Shu cukup takjub dengan bakat anaknya dalam bermain alat musik. Dalam beberapa hari saja, Fu Chen sudah mampu menghafal setiap not nada yang Tang Shu ajarkan. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Fu Chen sudah cukup lancar untuk memainkan bait pertama dari lagu yang ia bawakan.
Saat ini keduanya sedang membereskan barang masing-masing karena memang sudah dua minggu mereka di dalam hutan.
Tentunya ada rasa kerinduan antara mereka dengan keluarga dirumah, terutama untuk Fu Chen yang sudah tidak sabar memamerkan kebolehannya dalam bermain seruling dengan adiknya. Dalam benaknya Fu Mei pasti akan terkagum-kagum dan memuja dirinya ketika mengetahui ia ahli dalam bermain seruling.
Seperti sebelumnya, perjalanan pulang mereka menghabiskan waktu dua hari satu malam. Fu Chen berpesan pada ayahnya saat mereka ingin pergi kembali untuk membawa seekor kuda lainnya yang akan dia gunakan.
Meski tubuhnya masih kecil, tapi menunggangi seekor kuda yang masih muda bukan masalah baginya. Karena selama didalam hutan, dirinya telah berlatih dengan kuda yang biasa di tunggangi ayahnya.
Fu Chen dan Tang Shu disambut gembira oleh Fu Mei dan Xin Xue saat keduanya tiba di rumah. Bagi Fu Mei kehadiran keduanya adalah jawaban dari harapan yang ia inginkan selama satu minggu terakhir.
Xin Xue tidak berkata banyak, dirinya hanya tersenyum lembut memperhatikan Fu Mei memeluk suami dan putranya dengan erat. Namun dibalik senyuman itu tersirat sebuah perasaan lega melihat anak dan suaminya dalam keadaan sehat.
Keesokan harinya saat mendengar kabar Fu Chen telah pulang, Sin Lou segera menghampiri kediaman sahabatnya itu. Dirinya telah mendapatkan izin dari ayahnya sehari sebelum kedatangan Fu Chen.
"Ahahah… saudaraku, kapan kau akan mengajakku berpetualang, hm? Kau tahu… aku sudah berusaha keras agar dapat bebas dari si pandai besi itu." Sin Lou merangkul pundak temannya saat keduanya berada didekat kandang kuda dan kerbau milik Tang Shu.
Fu Chen tersenyum canggung mendengar temannya mengatai ayahnya sendiri, ia kemudian menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Aku juga tidak tahu… kata ayah dia harus mempersiakan beberapa keperluan dan ingin beristirahat terlebih dahulu." Jawab Fu Chen tersenyum lembut. Ia tidak ingin mengecewakan temannya ini, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ayolah… apa kau ingin melihat wajah tampanku ini berubah kusam karena bermain api setiap hari?" Sin Lou memasang wajah memelasnya berharap Fu Chen mau membujuk Tang Shu agar segera berangkat. Memang selama satu bulan terakhir dirinya selalu berdampingan dengan debu dan keringat, serta hawa panas dari perapian membuat kulitnya sedikit kusam.
Di sela-sela kebingungan Fu Chen dalam memberikan penjelasan pada Sin Lou, sebuah suara yang cukup akrab di telinga mereka ikut memasuki perbincangan.
"Jika kau ingin ikut, maka datanglah kemari tiga hari lagi. Bawalah bekal serta pakaian yang cukup untuk kau gunakan." Tang Shu datang dengan membawa seember air untuk membersihkan kuda yang kemarin ia tunggangi.
"Ayah?" Kata Fu Chen dengansenyuman lebar, angin segar seolah menerpa dirinya. Ia tidak perlu bingung lagi memberikan penjelasan pada Sin Lou.
"Tapi paman, apakah tidak bisa lebih cepat lagi?" Sin Lou masih saja mepertahankan keinginannya untuk pergi lebih cepat.
"Jika kau memang bosan dirumah maka datanglah kemari, kurasa Fu Chen memerlukan bantuanmu untuk mengurusi kebun. Sudah dua minggu kebun apel itu tidak terurus." Tang Shu menyadari akan keinginan Sin Lou, tapi ia juga ingin menikmati waktu dengan keluarganya kembali.
"Yah… kurasa itu lebih baik." Lemas Sin Lou menjawabnya. setidaknya ia masih memiliki alasan untuk keluar dari rumah selama tiga hari.
Namun dibalik kesedihan yang dirasakan Sin Lou, Fu Chen tersenyum lebar menganggap bebannya akan lebih ringan lagi karena kehadiran Sin Lou yang akan membantunya. "Kau memang yang terbaik!" Fu Chen tertawa bahagia sambil merangkul pundak temannya.
***
Di Sekte Pedang Suci yang terletak di pegunungan yang cukup luas. Saat ini salah satu Tetua yang sebelumnya pergi ke Desa Bintang Jatuh sedang memberikan laporan hasil pendaftaran di Desa itu.
Sebelumnya keempat Tetua itu sepakat untuk tidak segera melaporkannya pada Ketua Sekte karena kasus dantian hitam yang dimiliki Fu Chen. Masing-masing dari mereka mencari informsi yang berkaitan dengan Dantian yang baru mereka temukan. Namun setelah satu bulan lamanya tidak menemukan hasil, mereka memilih untuk menyerahkan masalah itu pada Ketua Sekte.
Di sebuah ruangan kerja yang cukup besar, salah satu dari empat Tetua sebelumnya menyerahkan data-data peserta yang telah berhasil mendaftarkan diri untuk ikut bersaing menjadi murid Sekte. Ia kemudian menjelaskan masalah dantian hitam itu kepada Ketua Sekte yang saat ini sedang membaca nama-nama peserta.
"Dantian hitam…?" Ketua sekte yang bernama Feng Youxin itu mengerutkan dahinya. Ia kemudian memperhatikan data diri Fu Chen si pemilik Dantian Hitam tersebut. Cukup lama Dia berpikir sebelum akhirnya menghela nafas pelan.
"Apa kau sudah memiliki sedikit petunjuk?" Tanya Feng Youxin merasa tidak mengetahui apa-apa akan laporan tersebut.
"Maaf Ketua, tapi di Sekte kita sepertinya memang tidak ada catatan yang membahas hal ini." Tetua itu menjawab sopan.
"Ini sangat membingungkan… lalu bagaiman dengan bocah yang memiliki dantian hitam itu?" Tanya Feng Youxin.
Dia beranggapsn jika si pemilik dantian itu dapat di jadiksn petunjuk.
"Untuk itu… kurasa bocah ini cukup berbakat, tidak banyak anak seusianya yang berhasil melakukan pembentukan dantian dalam satu kali percobaan," Kata tetua itu berusaha menjelaskan.
Feng Youxin mengerutkan dahinya, mendengar jawaban dari Tetua itu sedikit membuatnya terkejut dan bingung. Dirinya semakin pusing untuk memikirkan hal yang tidak pasti seperti ini.
Orang yang dapat melakukan pembentukan dantian dalam pertama kali percobaan hanyalah bakat-bakat luar biasa yang dimiliki Sekte besar.
Anak-anak ini setidaknya sudah mendapat pendidikan dari Sekte mereka untuk membangkitkan dantian sejak usia dini dan itupun hanya sedikit saja yang benar-benar mampu membentuk dantian dalam satu kali percobaan.
Feng Youxin menghela nafas sekali lagi untuk menenangkan dirinya. Urusannya terlalu banyak untuk memikirkan masalah Dantian hitam ini.
"Biarlah kalau begitu, biarkan dia mengikuti seleksi murid baru nanti. Kurasa pak tua Li mengetahui sedikit tentang hal ini." Feng Youxin kemudian mempersilahkan Tetua didepannya untuk undur diri.
Alasan kenapa mereka mengungkit masalah dantian hitam karena tidak ingin mengambil berbagai macam resiko yang kemungkinan terjadi. Bukan tidak mungkin jika orang yang memiliki Dantian hitam akan mengacaukan sekte mereka atau sekedar mencemarkan nama baik Sekte Pedang Suci di kemudian hari.
Disisi lain, Feng Youxin juga tidak ingin menerima murid yang cacat. Bukan karena tidak ingin mengotori Sektenya, melainkan untuk menjaga anak tersebut agar tidak ditindas oleh murid yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Arwin Atune
dantian hitam
2024-08-19
0
Dzikir Ari
Lanjutkan Tor 🙏 alurnya mulai membaik
2023-07-08
0
Harman LokeST
jadi bahan perbincangan para tetua sekte pedang suci
2022-06-09
0