Munako
Tangisan baby Lusia terus menerus menggema. Bayi mungil itu tak henti-hentinya menangis. Entah apa yang terjadi padanya, dia begitu mungil hingga belum bisa ditanya kenapa. Berulang kali Allesia menenangkan bayinya tapi baby Lusia masih saja menangis.
"Ada apa dengan Alfano, kenapa aku tiba-tiba memikirkannya. Apa terjadi sesuatu padanya?" batin Allesia.
"Lusia, kamu merindukan ayah kan. Ayah baik-baik saja, jika kamu terus menangis maka ayah akan sedih di sana" bisik Allesia tepat ditelinga mungil putrinya.
New York
Ruang bawah tanah
Alfano membuka matanya, dia melihat seorang wanita yang dia kenal berdiri dihadapannya. Sembari memegang gelas yang berisi air. Wanita itu adalah Venika, wanita simpanan yang kini dicampakan oleh Alfano.
"Lepaskan aku Venika!!" teriak Alfano. Venika mengikat tangan Alfano dengan tali sedangkan kakinya diikat dengan rantai besi.
Tawa Venika menggelegar. "Aku sudah memintamu dengan baik untuk tidak mencari wanita sialan itu, tapi kamu terus mencarinya...!!" bentak Venika.
"Aku rasa kita berdua saling membutuhkan hanya sebatas ranjang. Aku tidak menyangkah, kamu mempunyai keinginan lebih dari pada itu" seru Alfano.
"Karena kamu sudah tahu, maka aku pastikan kamu akan menjadi milikku seorang" kata Venika dengan bangga.
Alfano berdecih. "Aku lebih baik mati, Venika. Melihatmu seperti ini membuatku ingin membunuhmu" balas Alfano menahan amarah.
"Mati? Oke. Aku akan membunuhmu. Aku tidak akan menggunakan cara keji sepertimu. Aku punya cara lain untuk meleyapkanmu!!" hardik Venika. Wanita itu mendekat dan mencengkram kuat mulut Alfano. Saat mulut Alfano terbuka, Venika memasukan obat dalam mulut Alfano dengan jumlah yang banyak.
"Obat itu akan membuatmu perlahan tersiksa, aku akan membunuhmu secara perlahan" ujar Venika tersenyum bahagia.
"Dasar bedebah kau Venika!!" pekik Alfano. Alfano tahu obat apa yang Venika berikan padanya. Obat itu bisa merusak saraf dan bisa membuat Alfano gila.
Venika ke luar dari ruang bawah tanah, dia membiarkan Alfano berteriak di dalam. "Jaga dia dan jangan biarkan dia kabur dari sini" kata Venika pada kedua pria yang berjaga di depan pintu.
"Baik, Bos"
Venika meninggalkan ruang bawah tanah, selang beberapa menit seorang pria datang memegang pistol. Doorr... satu tembakan meleset dan hampir mengenai kedua pria bayaran Venika.
"Lepaskan pria yang di dalam sana atau aku akan membunuh kalian" ancam lelaki tersebut.
"Jangan bunuh kami, kami hanya menjalankan tugas kami. Kami mohon, kasihan anak dan istri kami"
"Lepaskan pria di dalam sana maka aku akan melepaskan kalian. Jika kalian tidak melepaskannya maka kalian berdua dan anak serta istri kalian akan aku bunuh" ancam pria itu lagi.
Kedua pria bayaran Venika masuk ke dalam ruang bawah tanah, mereka melepas ikatan di tangan dan di kaki Alfano. Alfano menatap kedua pria itu dengan heran. Bahkan kedua pria itu menuntun Alfano untuk keluar dari ruang bawah tanah.
"Ansel" gumam Alfano. Ya, pria yang kini ada dihadapannya adalah mantan kekasih istrinya.
"Ini cek untuk kalian, pergilah dan bawa istri serta anak kalian dari Kota ini. Aku tidak jamin Venika akan membiarkan kalian hidup" kata Ansel sembari memberikan cek pada kedua pria tersebut.
"Ayo cepat sebelum wanita itu datang" ujar Ansel. Menuntun Alfano berjalan sampai ke mobil. Mobil perlahan bergerak meninggalkan ruang bawah tanah yang terletak dipinggiran Kota.
"Dari mana kamu tahu aku di sini?" tanya Alfano saat mereka berada dalam perjalanan.
"Jangan geer, kemarin aku datang untuk mencari Allesia dan.. aku melihatmu di bawah oleh wanita tadi. Ya sudah, aku mengikutinya" jelas Ansel.
"Mencari Allesia.." Alfano membulatkan matanya. "Jadi kamu tidak tahu dia dimana dia" lanjutnya.
"Akkhhh..." pekik Alfano saat obat mulai bereaksi. "Venika memberiku obat yang dapat merusak mentalku, bisakah kamu membawaku ke rumah sakit?" ujar Alfano.
Tanpa menjawab, Ansel melajukan mobil menuju Rumah sakit yang tidak jauh dari posisi mereka sekarang. Sekitar 5 menit, mereka pun sampai di rumah sakit. Ansel maupun Alfano turun dari mobil, berjalan masuk ke dalam.
Bruk... Alfano terkapar saat tubuhnya melemah, selang beberapa detik terdengar bunyi brankar roda rumah sakit. Tubuh Alfano diangkat dan dibaringkan diatas brankar roda. Beberapa tenaga medis lainnya berjalan mendorong brankar, membawa Alfano dalam ruang IGD karena kondisi Alfano sangat tidak baik.
Dokter mulai memeriksa keadaan Alfano. Obat yang Venika berikan bukan hanya satu kapsul melainkan 10 kapsul. Hal itulah yang membuat otak Alfano sedikit bermasalah dan Alfano akan terlihat seperti orang gila saat akan sadar nanti. Dan benar saja, saat Alfano sadar, dia tertawa dan menangis, kejiwaannya mulai terganggu.
"Allesia, kamu di mana. Mana anak kita?" ujar Alfano, dia terlihat seperti orang gila. Bahkan dia berbicara dengan dinding. Melihat kondisi Alfano, pihak rumah sakit menyarankan untuk membawa Alfano ke Rumah Sakit Jiwa. Ansel tak dapat berbuat apa-apa selain membawa Alfano ke Rumah Sakit Jiwa.
"Apa kamu benar-benar mencintainya?" batin Ansel, "aku harap begitu, Alfano" lanjutnya.
Monako
Apotek
Allesia sedang berada di dalam Apotek, dia bekerja di Apotek yang lumayan besar. Gajinya bisa menghidupi kebutuhan mereka bertiga selama di Monako. Seperti biasa, dia mengecek stok obat yang ada di dalam Apotek apabila tidak ada pembeli.
"Cari obat apa Nyonya?" tanya Allesia pada seorang wanita parubaya. Wanita parubaya itu menyerahkan selembar resep Dokter. Resep dimana terdapat beberapa jenis obat yang sangat dibutuhkan sedangkan stok di rumah sakit sementara kehabisan stok. Dengan terpaksa Dokter membuatkan resep untuk membeli di Apopek luar.
"Apakah semua obat yang ada di dalam resep itu tersedia di sini?" tanya wanita parubaya itu dengan ramah. Namun ada rasa cemas yang nampak terlihat dari raut wajahnya.
"Ada, Nyonya. Tunggu sebentar, kami siapkan dulu" balas Allesia tersenyum.
Allesia menyerahkan resep obat pada Asisten Apoteker sementara dia menyiapkan Etiket obat. Setelah semua obat sudah disediakan, Allesia menghitung harga total obat.
"Harga total 10 euro" kata Allesia pada wanita parubaya tersebut. Wanita parubaya itu seketika terdiam, dia melihat uang yang ada ditanggannya, hanya 7 euro.
Allesia tersenyum lalu berkata "Bawalah obat ini, dan segerah bawa ke Rumah Sakit. Bawalah uang itu untuk keperluan lain. Obat ini, biar aku yang bayar" kata Allesia pada wanita parubaya itu.
Wanita parubaya itu meneteskan air mata bahagia. Sebelum dia pergi, dia sempat berkata. "Kembalilah, ada seseorang yang sedang terluka"
Allesia terdiam, memikirkan apa maksud dari wanita itu. Siapa yang terluka? Dan bagaimana mungkin wanita itu berkata demikian sedangkan dia tidak mengenal Allesia. Bahkan Allesia pun tidak kenal siapa wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Arin
sbnry ksian liat Alfano Kya gni,tpi ya itu balesn kmu udh nyksa istri ech mlh yg di syng"bikin kmu gila
2021-12-30
0
NUr Iman
rsain Alfaro,,kkjmnmu...tlh berbuah skrg kau Nkmti Hsilny
2021-04-02
1
Jumarni Jumarni
malaikat
2020-11-15
6