Lima belas menit telah berlalu. Namun Allesia belum juga datang. Sesuai perkataan Alfano, ia melajukan mobilnya menuju apartemen. Kekejamanannya tidak sesuai dengan profesinya. Profesinya begitu mulia bahkan menuntun para dokter untuk bersikap ramah pada siapapun.
Alfano begitu pandai dalam beracting. Ia bersikap baik di tempat kerja namun bersikap psikopat di Apartemen. Perubahan sikap Alfano disebabkan oleh kakak kandung Allesia.
Flashback On
Alfano baru saja selesai melakukan operasi pada pasien tumor. Dia merasa sangat lelah. Saat mengingat senyum kekasihnya, lelah itu seakan menghilang. Alfano berusaha menghubungi kekasihnya, berulang kali ia melakukan panggilan akan tetapi hasilnya nihil. Kekasihnya tak kunjung menjawab panggilan darinya. Jari letik Alfano bermain-main dikeyboard ponsel, mengetik sesuatu untuk dikirim ke wanita pujaan hatinya.
"Baby, kamu di mana? Nanti datang ke apartemenku ya. Besok jadwalku padat di rumah sakit. Aku harus melakukan operasi pada beberapa pasien. Aku mau kamu temani aku malam ini" isi pesan dari Alfano.
Alffano kembali menatap ponselnya, centang dua dan sudah terbaca. "Dia membaca pesanku tapi tidak membalasnya" gumam Alfano. Alfano berbaring diruangan kecil yang dikhususkan untuk istrahat, tepatnya di dalam ruang kerjanya. Ia terus menatap layar ponselnya, berharap ada balasan pesan dari wanita pujaan hatinya.
"Apa aku ke sana saja" gumam Alfano. Dengan pikiran tak menentu, Alfano menelusuri lorong rumah sakit. langkahnya terburu-buru. Ia terlihat cemas dan takut wanitanya kenapa-napa di apartemen. Ya, apartemen yang dibelikan Alfano untuknya.
Mobil sport hitam perlahan bergerak meninggalkan area rumah sakit. Alfano melirik jam yang ada dipergelangan tangannya. "Sudah jam 12" gumamnya. Ia menambah kecepatan mobilnya. Tak membutuhkan waktu lama, ia pun sampai di apartemen milik sang kekasih.
Rasa bahagia membuatnya tak sabar untuk bertemu dengan wanita pujaan hatinya. Saat Lift terbuka, Alfano pun masuk. Angka sepuluh, itulah yang ia tekan. Alfano masih tetap tersenyum sambil menatap bagian atas yang menunjukan ia sudah berada dilantai berapa. Saat lift terbuka, Alfano berjalan keluar menuju kamar wanitanya. Jarinya kembali menekan tombol sandi apartemen.
"Baby.. baby.. kamu di mana?" panggil Alfano pelan. Perasaannya tidak nyaman, ia terus melangkah mencari kekasihnya.
Dari arah kamar, Alfano mendengar suara desahan yang ke luar dari mulut wanita pujaan hatinya. Ia mendekat, menyaksikan secara langsung penghianatan kekasihnya. Tangan yang tadinya biasa saja menjadi terkepal, rahangnya mengeras bagaikan fampir yang siap menyerang mangsanya.
"Dasar wanita murahan...!!" pekik Alfano dari balik pintu.
Sang kekasih menghentikan aktivitasnya saat mendengar suara yang begitu familiar. "A-alfano," wanita itu bangkit dari posisinya, ia berlari menghampiri Alfano tanpa sehelai baju.
Bugh... bugh.... bugh... Alfano memukul pria yang bercinta dengan kekasihnya, hingga laki-laki itu berlumuran darah.
"Hentikan baby... kamu bisa membunuhnya" teriak wanita itu memohon.
Bugh... bugh... bugh... Alfano tak menggubris permohonan kekasihnya, ia terus menendang dan memukul pria yang telah bercinta dengan kekasihnya. Lalu menarik kekasihnya untuk menuntaskan hasrat dengan segala kebencian yang dia miliki, dia benci wanita murahan yang telah menghianatinya.
Flashback Of
"Dia benar-benar serius dengan perkataannya" gumam Allesia.
"Tunggu, ini kesempatan bagus untuk aku kabur" ujarnya. Saat Allesia hendak menghentikan taxi, tiba-tiba satu notifikasi masuk di ponsel miliknya. Allesia membaca pesan yang baru saja masuk.
"Jangan mencoba untuk kabur. Aku akan membunuh ibumu jika kamu berani lari dariku"
"Dasar pria tidak punya hati nurani!!" pekik Allesia. "Sekali pun ibu tidak bersikap baik padaku tapi ibu tetaplah ibu kandungku" gumamnya. Sesuai perintah, Allesia berjalan kaki menuju apartemen sambil membawa belanjaan. Jarak dari pasar ke apartemen sekitaran 6 kilo. Tangis Allesia pecah saat kakinya terasa remuk dan tangannya seakan mau patah akibat banyaknya belanjaan.
Waktu menunjukan pukul 19:00, Allesia belum juga sampai di apartemen. Di depan sana, ada tiga orang pria yang sedang mabuk berjalan ke arahnya.
"Halo manis, lagi cari teman untuk bersenang-senang ya" ujar salah seorang pria.
Allesia mulai ketakutan, ia berlari sekuat mungkin. "Dasar wanita murahan!!" pekik seorang pria, berusaha mengejar Allesia.
Aaaw... jerit Allesia saat tangan pria berbadan besar itu menjambak rambutnya. Plak... satu tamparan mendarat di pipi Allesia. Luka dilengannya kembali terbuka hingga kembali mengeluarkan darah.
"Lepaska aku... aku bukan wanita malam. lepaskan aku..." teriak Allesia, memberontak saat tangan kanannya ditarik.
"Diam..!!" bentak pria berambut panjang.
Ketiga pria mabuk itu membuka resleting celana mereka, berjalan mendekat menghampiri Allesia yang ketakuan.
"Jangan..." teriak Allesia lagi saat pria itu hendak membuka baju miliknya.
Bugh... satu tendangan mengenai salah satu tubuh pria berbadan besar yang tengah berusaha membuka pakaian Allesia.
"Dasar sampah...!!" hardik Alfano, ia menyodongkan pistol di kepala salah satu pria berambut panjang.
"Maafkan kami Tuan" ujar pria yang satunya lagi sembari berlutut dihadapan Alfano.
"Bawa mereka bertiga, pastikan mereka lenyap dari muka bumi ini" titah Alfano pada anak buahnya.
"Baik Bos"
Alfano mendekat, mengulurkan tangannya. Allesia tak membalas uluran tangan suaminya. Tubuhnya gemetar dan ketakutan. Tanpa izin, Alfano mengangkat tubuh istrinya. Membawanya masuk dalam mobil.
"Sudah dua kali aku menyiksanya dan baru kali ini aku melihatnya ketakutan seperti ini" batin Alfano. Alfano menambah laju kecepatan mobil menuju rumah sakit, ia melihat darah dilengan istrinya.
Rumah Sakit Lenox Hill
Allesia berbaring di ruang VVIP, lengannya sudah diperban namun rasa takutnya masih ada. Ia pernah mengalami hal yang sama namun orang yang melakukan itu adalah keluarganya sendiri.
"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Alfano pada rekannya.
"Sepertinya istrimu mengalami trauma. Aku sarankan untuk memeriksa kondisinya di dokter ahli" jelas sang Dokter.
"Baik dok, terimakasih banyak" balas Alfano dengan ramah.
"Aku kembali bekerja dulu" pamit sang dokter.
Alfano berjalan mendekat menghampiri istrinya yang tengah duduk sambil memeluk lututnya. Menenggelamkan wajahnya di sana.
"Kenapa kalian jahat padaku?" tanya Allesia saat Alfano berdiri didepannya.
Allesia mempererat pelukannnya, dalam hantinya menjerit kesakitan. Entah keberanian dari mana, ia berbicara dengan Alfano tanpa rasa takut. "Jika wajah dan namaku adalah alasannya, kenapa Tuan tidak melakukan operasi plastik pada wajahku dan mengganti namaku" ujarnya masih dengan posisi yang sama.
"Operasi dengan tidaknya sama saja. Kamu tetaplah keluarga penghianat itu" balas Alfano dengan penuh penekanan.
"Hahahahaha" tawa Allesia pecah. "Tuan adalah orang baru. Tuan tidak mengetahui kisah hidupku" ujarnya.
"Cepat sembuh. Tanganku sudah gatal dan tak sabar lagi untuk menyiksamu. Kamu melanggar janjimu untuk melindungimu dirimu dari orang lain" ujar Alfano, berjalan ke luar menuju ruangannya.
_________Bersambung_______
Novel ini hanya imajinasi penulis. Jika tidak suka, silahkan mencari novel yang cocok dengan imajinasi kalian. Terimakasih 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Lilian Sawori
lanjut thor
2022-09-27
0
Ernhy Ennhy Asm V
kalau begini keadaannya kayaknya aku gak ridho dunia akhirat kalau alisia sama alfano jadi bucin secara alfano psikopat bgitu tdur sama orang lain bikin jijik 😡
2021-04-20
4
Sulati Cus
gregetan pk bgt ama MC cewek nya
2021-02-26
1