.
.
.
Part. Jea-Axel.
"Ya, kau benar-benar Keyla?" Posisi Axel saat ini sudah sangat dekat dengan Jea. Bahkan kedua tangannya memegang pipi kiri-kanan Jea. Jea gugup bukan main. Ingin menolak, tapi takut dengan Andrew. Dia hanya bisa berdoa di dalam hatinya. Semoga semua kata-kata yang akan keluar dari mulutnya, tak ada yang salah.
Kedua bola mata Axel terus menatap intens wajahnya. Ya, Jea sudah ahli sekarang, dengan bedak anti luntur yang diberikan oleh Andrew, yang hampir nyaris sempurna. Hingga luka memar di pipinya benar-benar tak terlihat.
"Kau adalah Keyla, tolong jawab aku," suaranya meninggi saat tak ada jawaban apapun dari bibir Jea.
"Ya, aku Kayla. Tunanganmu," jawaban itu akhirnya lolos juga dari mulut Jea.
"Kau benar Kayla? Aku merindukanmu baby?" Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca Axel memeluk tubuh Jea. Mendekapnya dengan erat. Melepaskan kerinduan yang mendalam. Sebab sudah dua tahun lamanya, tunangannya itu menghilang.
Jea hanya diam tak berkutik. Biarlah seperti ini dulu. Toh, Axel hanya memeluknya. Tidak lebih bukan?
Axel melepaskan pelukannya. Menatap mata Jea begitu dalam. "Jelaskan padaku baby? Kenapa kau menghilang dari sisiku? Apa ada yang meculikmu?"
Jea menatapnya bingung. Memikirkan jawaban apapun yang pas untuk menjawabnya.
"Tak ada seorangpun yang menculikku, hanya saja -------" Perkataan Jea terputus, dia kebingungan harus menjawab apa sekarang.
"Hanya apa sayang, katakan semuanya padaku." Axel meraih dagu Jea agar Jea melihatnya. Menatapnya dengan sayang, lalu membelai pipi Jea.
"Ku mohon jangan lakukan ini, jangan panggil aku sayang," perintah Jea sambil mendorong tubuh Axel. Jea mundur beberapa langkah. Dia tak nyaman dengan perlakuan Axel yang seolah-olah dia adalah kekasihnya.
"Kenapa?" Axel tak terima diperlakukan seperti itu.
"Saya sudah menikah tuan Axel, so jaga sikap anda."
"Tuan? Kau tak biasa memanggilku seperti itu baby? Kau hanya memanggilku dengan Axel?? Kenapa kau berubah? Apa karena kau sudah menikah dengan Andrew?" Nada suaranya meninggi tak suka, saat menyebutkan nama musuhnya itu terucap dari bibirnya.
"Ya karena itu." Entahlah, semoga jawaban itu adalah yang tepat bagi Jea.
"Kau tidak tahu perjuanganku Kayla." Mata coklat itu menyala-nyala. Luapan emosinya sangat jelas terlihat. Ini tidak bagus untuk Jea.
Oh Tuhan, kenapa Andrew menyuruhnya untuk menemui orang ini???
"Kau menikahi Andrew karna dia kaya? Atau dia musuhku? Oh, Ayolah Kayla, aku tahu kau tak suka dengan Andrew. Asal kau tahu sayang---- akulah orang yang paling kaya. Emang sih, akhir-akhir ini posisiku sempat terjatuh. Itu karena Andrew telah menikah denganmu, pernikahan yang hanya untuk mendapatkan harta warisan."
DEGGggggg
Ucapan Axel akhirnya sukses menampar hati Jea. Menikah? Harta warisan? Apa? Jadi selama ini Andrew menikahinya karena menginginkan harta warisannya.
Istri macam apa kau Jea, bahkan suamimu menikahimu karna hartapun kamu tidak tahu.
Jea tersenyum miris saat mendapati kenyataan yang lebih pahit dari sebelumnya. Jea tak mampu berkata apa-apa lagi. Cukup mendengarkan semua ucapan yang terlontar dari mulut Axel.
"Dan ya, kenapa kau mengganti namamu dengan Jealita? Apa kau benar-benar ingin mengubah semua identitasmu dariku?"
Jea menggeleng, semua ini seperti mimpi yang tak berujung. Siapa sebenarnya Kayla itu? Bahkan Jea merasa tak mengenal Axel sebelumnya. Ada apa sebenarnya ini?
Axel mencoba mengerti maksud Jea dan mengambil sebuah majalah. Membukanya lembar halaman di mana ada nama Jealita beserta foto pengantinnya di sana.
Jea terperangah saat menerima majalah itu. Bukankah ini majalah yang dibaca Marlina waktu itu? Ck, ternyata Andrew pengusaha muda terkaya nomor dua. Dan sekarang dia bisa menggeser posisi musuhnya ini karena menikahinya.
Jea tak habis pikir dengan kenyataan yang diketahuinya secara mendadak ini.
Kepalanya pusing bukan main. Tuhan tolong.
Axel melihat gelagat Jea yang aneh. Dengan sigap dia merengkuh Jea kepelukannya, begitu melihat Jea yang sedikit oleng sambil memegangi kepalanya.
"Kau kenapa Kayla? Apa kau sakit?" tanya Axel sedikit khawatir.
Tentu Jea sakit, perlakuan Andrew yang membuatnya sakit belum sembuh total. Ditambah lagi fakta yang ada. Membuat penyakitnya lengkap luar dan dalam.
"Aku tak apa." Jea berusaha melepaskan pelukan Axel. "Boleh aku duduk," pintanya. Mungkin dengan duduk, dia akan bisa menopang tubuhnya dengan baik.
"Tentu! Tentu!" Axel mendudukkan Jea di salah satu sofa dan menyodorkannya segelas wine.
"Maaf aku tidak bisa minum ini, bisa ambilkan aku air putih?" suruh Jea sambil menolak segelas wine itu.
Dengan raut wajah yang aneh, Axel hanya menganggukinya. Kemudian, meminum wine yang sempat ditolak oleh Jea. Axel sedikit heran, Kayla terbiasa dengan minuman itu. Tapi Kayla yang ini? Kenapa menolaknya? Apa yang sebenarnya terjadi?
Dengan otak yang penuh pertanyaan, Axel mengambilkan segelas air putih, di dispenser yang telah disediakan di ruangan itu.
"Minumlah!" Axel menyodorkannya. Dengan cepat Jea meraih air putih itu.
"Terima kasih." Sekali tegak, minuman itu langsung habis seketika.
Axel terus mengawasi gerak-gerik Jea yang seperti menutupi sesuatu.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Axel penuh curiga.
"Tentu, saya baik-baik saja Tuan. Apa yang anda pikirkan?" Tubuhnya terasa lebih rileks setelah meminum air putih tadi. Jea tak takut lagi menghadapi Axel yang kini telah duduk di depannya.
"Apa Andrew -cih- melakukanmu dengan baik?" tanya Axel sambil berdecih saat menyebut nama Andrew dari mulutnya. Dia benar-benar tak suka dengan nama musuhnya itu.
"Tentu saja, karna kami saling mencintai," jawab Jea dusta. Dia tidak mau hubungan rumah tangganya diketahui oleh orang lain.
"Ck, saling mencintai? Apa kau benar-benar mencintainya?" Axel mulai memanas. Jawaban Jea membuat kecemburuannya meluap.
"Ya, aku sangat mencintainya," balas Jea tegas. Ya, Jea dulu telah mencintai Andrew. Jadi Jea rasa jawabannya tidak lah bohong.
"Ceraikan dia, kembalilah padaku. Aku akan selalu membahagiakanmu. Percayalah Kayla. Aku tahu kau tak cinta dengan Andrew. Aku tahu itu."
"Tidak, kau tidak tahu apapun," balas Jea tajam.
Jea tak terkendali lagi saat ini. Bagaimana mungkin dia menceraikan Andrew, bukankah uang 100 M-nya belum ada? Dan bagaimana mungkin juga, dia akan kembali pada Axel orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Apa aku harus memanfaatkannya???
batin Jea. Tapi dengan secepat kilat Jea menepis kata-kata itu.
"Aku tahu Kayla." Axel menghampiri tempat duduk Jea, mengajak Jea berdiri.
Axel menempelkan keningnya di kening Jea. Jea berusaha melawan. Tapi kedua tangannya di kunci oleh Axel.
"Kayla, Aku ingin kamu. Sudah lama sekali kita tidak bercinta." Axel berucap dengan kening keduanya menyatu. Deruan nafasnya menyapu hidung Jea. Aroma mints yang keluar dari bibir Axel benar-benar menggodanya. Tapi Jea masih terdiam. Benarkah mereka pernah bercinta? Sedangkan yang Jea tahu, Andrew-lah orang pertama yang membobolnya.
Axel mendekatkan mulutnya ke telinga Jea. "Ku mohon Kayla,, untuk melepaskan rasa rinduku padamu." bisik Axel yang membuat bulu kuduk Jea meremang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍭🍭Intn.Yu🌼👑👑🌼
mirip sih mirip tp masa ga bisa bedain, pasti terlihat dong ada perbedaan 😌
2021-06-10
1
Nani Sunusi
ksianjeathor
2020-06-13
1
Zhoya
Axel terobsesi dgn keyla...gila
2020-06-02
4