.
.
.
Andrew kembali ke kamarnya, memastikan kalau Jea akan baik-baik saja.
"Gimana keadaannya?" tanya Andrew pada Murti.
"Masih belum sadar tuan."
"Baiklah, aku akan menelepon seseorang. Tetap jaga dia."
"Baik tuan," balas Murti seraya membungkuk.
Andrew menelepon seseorang yang tak lain adalah dokter kepercayaannya kemudian dia pergi menuju Parker Company. Pekerjaannya masih banyak.
***
Ke-esokan harinya. Jea sudah mulai membaik, berkat dokter spesial yang kemarin dikirimkan oleh Andrew untuk memeriksa dirinya. Hanya saja, luka memarnya masih membekas. Salep yang dokter berikan hanya menghilangkan rasa nyerinya saja.
"Nona, Anda harus makan!" suruh Murti. Karena sejak siuman, Jea tidak mau memakan apapun kecuali minum.
Jea tak menanggapi perintah Murti. Sebabnya, saat ini dia meratapi nasibnya yang begitu malang.
Akankah hidup ini akan kembali menyedihkan?
"Nona ku mohon makanlah!!"
"Jangan panggil aku nona Bi. a
Aku adalah Jea, cukup Jea!"
"Maaf, saya tidak bisa. Ini sudah tugas saya untuk memanggil anda Nona. Berbeda dengan dulu, karena dulu anda bukan istri dari tuan Andrew..." jawab Murti yang membuat Jea semakin sedih. Benarkah istri? Istri dalam sangkar mungkin.
"Nona, ku mohon makanlah..."
"Aku tak ingin makan Bi..." jawab Jea sambil memalingkan mukanya menjauh dari makanan yang sudah dipegang oleh Murti.
"Ku mohon Nona. Kalau nona tidak makan, saya akan dipecat dan tidak digaji."
Jea tersenyum sumir. Sebegitu besarkah dampaknya jika tidak mau makan? Bahkan orang yang tidak tahu apa-apapun, juga harus bertanggung jawab atas perilakunya.
"Baiklah..." jawab Jea dengan terpaksa. Karena Jea tahu, bagaimana rasanya saat dipecat. Apalagi ini tanpa gaji? Memangnya ada, orang yang bekerja dengan sukarela?
Bukankah itu hanya dirinya? Ya, karena sampai sekarang, dia bahkan tidak memegang uang sepeserpun. Mungkin, dia bekerja untuk melunasi uang 1 milyar, yang telah Andrew keluarkan untuk membelinya. Ck, mengenaskan.
***
Andrew dan beberapa orang kepercayaannya sudah berada di markas Axel. Para penjaga Axel begitu ketat menjaga markas itu.
"Maaf, anda mau apa?" tanya seorang penjaga kepada salah satu pengawal Andrew yang menghampirinya.
"Katakan pada Tuanmu, tuan Andrew ingin bertemu."
Penjaga itu mengangguk mengerti dan memanggil salah seorang penjaga lainnya dengan membisiki sesuatu.
Tak berapa lama kemudian, penjaga itu kembali bersamaan dengan pintu gerbang yang telah dibuka.
Andrew dan orang-orangnya berjalan santai mengikuti instruksi penjaga yang ada di depannya.
"Suruh pengawalmu keluar! Cukup kita empat mata saja," ucap Axel saat melihati Andrew yang sudah berada di ambang pintu.
Dengan isyarat mata. Orang-orangan Andrew, akhirnya mengerti dan menjaga keamanan di luar. Tatapan saling membunuh, antara orang-orang Andrew dan orang-orang Axel saat ini yang berada di luar ruangan itu.
"Hallo Bung." Suara sapaan yang keluar dari bibir Axel.
"Sudahlah tuan Axel, to the point saja okay."
"Kau pasti tahu apa yang ku inginkan bukan?" Axel menyeringai, langkahnya semakin mendekat di mana Andrew berdiri saat ini.
"Ck,,, ternyata kau tidak berubah. Apa kau belum puas sudah bertahun-tahun berada di posisimu?" Andrew menghela nafas berat. "Ayolah kawan, bukankah kita bersaing tanpa harus menyakiti? Serahkan Roy padaku sekarang! Mudah bukan?" balas Andrew.
"Kau fikir mudah? Jika aku melepaskan Roy padamu, apa balasannya untukku?" tanya Axel menyeringai.
"Huft! Bukankah kau sudah mencuri sahamku? Apakah itu belum cukup?"
"Tentu saja belum cukup," tandas Axel dengan sorot mata yang langsung menghunus ke bola mata abu-abu milik Andrew Parker.
"Ck! Aku tahu maumu. Kembalikan Roy dan saham yang kau curi itu. Dan aku akan mempertemukanmu dengan istriku. Bukankah itu keinginanmu? Bertemu Kayla tunanganmu," balas Andrew, jiwa liciknya mulai membara.
Perang antara keduanya di mulai. Tidak ada perang darah untuk para pengusaha kelas atas. Karena jika itu terjadi, hukumannya sangat berat. Nyawa dibalas dengan nyawa. Kecuali orang yang dibunuhnya orang biasa atau kalangan bawah. Semua pasti akan aman-aman saja.
"Ternyata kau begitu percaya diri Bung. Tapi tawaranmu tak akan semudah itu aku turuti.
Cukup bawa istrimu kemari, dan setelah itu aku akan membebaskan Roy." Axel berusaha menawar dari gagasan yang Andrew keluarkan.
"Kalau begitu, bebaskan Roy. Dan kau cukup bertemu satu jam saja dengan istriku." Mereka berdua akhirnya saling tawar-menawar.
Keputusan akhirnya adalah, Roy dibebaskan. Dan Jea harus tinggal semalam bersama Axel. Karena Axel akan memastikan kalau itu Kayla tunangannya atau bukan.
"Bawa secepatnya dia kepadaku. Jika lambat, jangan harap orangmu itu mati di tanganku!"
"Ck... Kau benar-benar tak sabar rupanya," cibir Andrew dengan menaikkan salah satu ujung bibirnya.
"Jelas! Karena aku tidak ingin dikelabuhi olehmu," desis Axel yang tak terima dicibir oleh Andrew.
"Kau jangan salah sangka, aku tidak pernah melabuhimu. Kecuali tentang hartaku. Aku yang akan menggesermu tuan Axel."
"Kau jangan terlalu percaya diri tuan Andrew. Jika aku marah, aku juga bisa menghabisimu sekarang juga."
"Silahkan saja kalau kau berani. Setelah kematianku, bahkan kau juga akan mati sebelum menikmati kekayaanku..." balas Andrew tajam. Pedang sudah ada di kanan kiri mereka. Tapi hanya sebatas pedang bayangan.
"Tutup mulutmu! Lebih baik kau keluar dari sini sekarang. Sebelum aku benar-benar mematahkan kakimu." Axel sudah sangat terpancing emosi dengan semua perkataan Andrew.
"Aku juga tidak betah berlama-lama di sini," ejek Andrew seraya menilai tempat itu dengan wajah menghina tentunya.
"Ck,,, antar wanitamu itu padaku. Aku tak sudi menjemputnya."
Aksi panas itu telah berakhir. Andrew terbawa emosi sekarang. Axel benar-benar licik. Saham yang dicurinya tak dikembalikan juga. Hanya Roy harapannya, karena Roy-lah yang bisa membobolnya kembali mengembalikan sahamnya kembali. Lain kali Andrew akan lebih teliti untuk ini. Jea, dia sangat berguna baginya saat ini.
***
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Bimo setelah Andrew keluar dari mobil Lamborghini hitamnya.
"Aku baik-baik saja, memangnya apa yang kau khawatirkan?" balas Andrew sinis, bagaimana bisa, Bimo menanyakan tentang keadaannya. Jelas-jelas dia baik-baik saja. Hanya fikirannya yang kurang baik.
"Tidak, hanya saja saya takut anda dilukai oleh tuan Axel," balas Bimo takut-takut seraya menunduk.
"Kita tidak akan pernah saling menyakiti fisik. Bkankah kau paham itu?" kesal Andrew sambil berjalan menjauhi Bimo yang masih menunduk itu.
***
Di tempat lain.
Setelah keluar dari jerat keluarga Parker. Akhirnya seorang pemuda dengan raut wajah serius akhir-akhir ini telah sukses dalam karirnya. 4 cabang sudah restoran yang bernama KL Resto kini telah berhasil ia kelola. Yang dulunya wajahnya terlihat santai dan penuh canda, sekarang tidak ada lagi. Semuanya serba serius baginya.
"Apa ada perkembangan di mansion tuan Andrew???" tanya pemuda itu kepada salah seorang mata-matanya.
"Situasi masih sama, wanita yang anda cari masih belum juga keluar dari mansion itu sekalipun hanya di halaman rumah."
"Kalau begitu terus awasi mansion itu," ucap pemuda itu datar, menepuk pundak orang kepercayaannya sebelum ia berlalu pergi.
***
Jea sudah beranjak dari posisinya. Ia menatap dirinya di cermin. Luka di pipinya sudah mulai memudar. Tapi luka di hatinya belum memudar. Jea tak pernah menyangka kalau Andrew sebegitu temperamen dan mau melukainya secara fisik yang hampir membuatnya mati. Dan kenapa juga Jea tidak mati sekalian?
Percayalah, Kuasa Tuhan itu ada. Tak ada hambanya yang diberikan cobaan begitu berat jika tak bisa melaluinya.
Ceklek!
Pintu kamar itu telah dibuka oleh tangan seseorang. Andrew, ya orang itu adalah Andrew. Andrew melangkahkan kakinya menuju ke arah Jea.
"Jelly, kau baik-baik saja?"
"Seperti yang tuan lihat," balas Jea dingin. Sepertinya jiwa dingin Andrew menular kepadanya.
"Sekali lagi jangan membantahku. Jika kau tidak mau kejadian ini terulang kembali," balas Andrew yang tak kalah dingin.
"Saya siapa? Kenapa saya harus membantah tuan? Bukankah saya ini mainan?" balas Jea dengan sedikit memberanikan diri.
"Kau memang gadis pintar." Andrew menyeringai dan mendekatkan wajahnya ke wajah Jea.
Deru nafas keduanya saling menyapu bagian-bagian tertentu. Tak lama kemudian, bibir keduanya saling menempel. Ciuman kerinduan di antara dua sejoli yang tidak tahu pasti, tentang perasaan mereka masing-masing. Jea yang kini sudah mengerti cara kissing, sekarang dia tidak begitu kesusahan bernafas, saat membalas ciuman dari Andrew.
Andrew menyadari kalau Jea sudah semakin agresif disela-sela kissing-nya. Cukup lama ciuman itu, hingga Jea hanyut terbawa suasana yang diciptakan oleh Andrew.
Andrew melepaskan tautan bibir keduanya. Semburat kekecawaan terpancar jelas di wajah Jea. Tapi Andrew tak memperdulikannya. Mata abu-abunya menatap Jea dengan datar. "Besok bersiaplah," bisik Andrew yang membuat Jea bertanya-tanya akan maksud ucapan, yang keluar dari bibir Andrew itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾ɗᶒѡϊℳNU🌹🐝ଓε
huh benci ,lagi lagi soal Harta,Tahta dan Wanita...padahal semua itu bukan menghasilkan kebahagiaan yg hakiki tp malah bnyk mudhorat nya ..klo kita bukan mencari makna bahagia kita semata mata karena ridho Allah Swt..yakin pasti gelisah uring uringan terus..
2021-06-09
1
Donna Siahaan
ish..gimana sih wanita ini.baru disiksa kok dah nafsu lagi sih?sakit hati tapi tetap nafsu.ini gimana sih peran wanitanya..kita ngk dapat nilai lebih wanita ini.
2021-02-06
2
Ar Saga
siapa lagi tu Thor yg nyari Jea?
2020-07-07
2