4

.

.

.

Jea selesai memasak untuk yang ke-2 kalinya. Ia membawa nampan beserta es coklat kesukaan sang tuan. Ya, bi Murti sudah memberi tahu tentang hal yang disukai dan tidak disukai Andrew.

Jea mengetuk pintu. Tapi tak ada sahutan. Dengan terpaksa Jea membuka pintu kamar itu.

"Maaf tuan... makan malam anda..."

Andrew menoleh. Posisinya saat ini duduk di sofa dan bermain-main dengan ponselnya. "Letakkan di situ..."perintah Andrew dengan kode matanya.

Jea mengangguk dan langsung meletakkan di meja tepat dihadapan Andrew.

"Duduk..."perintah Andrew lagi-lagi dengan kode matanya. 'Lama-lama mirip seperti ibu tiri saja...'batin Jea sambil duduk di ujung sofa.

Andrew langsung meletakkan HP nya. Menggeser tempat duduknya yang kini telah memojokkan Jea. Jea menunduk. Bukan karena takut, melainkan detak jantungnya yang tiba-tiba seperti genderang mau perang.

Andrew mengangkat dagu Jea. Kedua pasang mata itu akhirnya bertemu. Sedetik kemudian bibir Andrew sudah menempel di bibir Jea. Mata Jea membola. Ada sensasi yang aneh di tubuhnya.

Jea baru menyadari. Inikah ciuman. Oh first kiss nya....?

Lumatan Andrew yang tadinya lembut kini menggebu-gebu. Jea yang sama sekali belum mengerti caranya membalas akhirnya hanya bisa memejamkan. Bahkan menahan nafasnya. Andrew menatap wajah Jea dan langsung melepas kulumannya.

"Bernafas bodoh..."gertak Andrew sambil menyatukan keningnya dengan kening Jea.

"Hah... hah..." nafas Jea tersengal-sengal. Dia benar-benar kehabisan oksigen.

Wajah Andrew menjauh beberapa senti.

"Apa kau belum pernah melakukannya??"selidik Andrew. Menurut feelingnya. Jea sepertinya belum pernah ciuman.

Jea hanya membalasnya dengan anggukan. Pipinya merah merona. Jantungnya benar-benar berdebar.

"Ck... bukankah kau j*lang hah???" Andrew masih tidak percaya dengan pengakuan Jea barusan. Bukan apa-apa. Tapi Andrew membelinya dari komplek dolly. Orang pasti akan berfikir 100x kali kalau Jea belum pernah ciuman.

Deg...

Bagai tersambar petir. Tiba-tiba dada Jea menjadi sesak. "Sa... saya bukan j*lang..."tegas Jea menahan sedikit emosinya. Jea tidak berusaha melawan. Tidak. Melainkan hanya ingin memberitahu tentang faktanya.

"Keluar...!!!" usir Andrew. Raut mukanya kembali dingin. Sedingin es di kutub utara. Jea keluar dengan perasaan yang tidak mengerti. Di lain sisi dia bahagia sambil memegangi bibirnya. Tapi di sisi lain dia kecewa dengan Andrew yang menyebutnya j*lang. Meskipun tuduhan itu tidak benar. Tapi sepertinya pemikiran Andrew memang benar. Dia gadis yang dibeli dari tempat p*lac*ran.

Malam itu Jea akhirnya tidak bisa tidur. Dia terus terbayang-bajah raut muka sang majikan.

#

#

#

Pagi hari.

Sarapan telah siap di depan meja. Tapi kenapa hanya nyonya Marlina? Lalu di mana Andrew??

"Selamat pagi nyonya... Silahkan menikmati..." Jea membungkuk hormat.

"Terima kasih..." balas Marlina tersenyum manis. Jea akhirnya meninggalkan Marlina dengan seribu pemikiran. Apakah Andrew marah? Apakah dia berbuat kesalahan? Sampai Andrew tidak sarapan? Kemana dia? Dia kenapa?

Pertanyaan itu terngiang-ngiang di otaknya.

"Jea... tanganmu kenapa??"tanya bi Murti yang baru menyadari ada beberapa hansaplast di pergelangan Jea.

Jea terbangun dari lamunannya.

"Ini... luka kecil aja bi. Kemarin sebelum kesini ada insiden sedikit..."jawab Jea berusaha tenang. Sebenarnya Jea sudah tidak merasakan lagi luka di tangannya. Semua lukanya telah terobati sejak Jea diberikan pekerjaan ini.

"Oya.. setelah menyelesaikan pekerjaan dapur, hari ini nyonya menyuruhmu membersihkan jendela. Karna si Sanah cuti mau menikah. Jadi tugasnya Sanah beralih padamu.." ucap bi Murti yang statusnya adalah kepala pelayan. Jea mengerti, mungkin Andrew menyuruhnya jadi pelayan karena salah satu pelayannya cuti.

"Baik bi..." balas Jea sambil menyunggingkan senyuman.

Jea langsung bergelut di dapur. Membereskan sisa-sisa makanan. Dan bahan-bahan mentah yang belum sempat dimasukalkan ke kulkas. Tugas di dapurnya tidak hanya membuat sarapan untuk sang majikan. Tapi untuk karyawan yang lain juga. Jadi Jea butuh waktu lama bergulat di dapur.

Setelah selesai membereskan tugas pagi. Kini dia harus menyiapkan menu makan siang. Jea sangat bersemangat. Apapun akan ia lakukan dengan sungguh-sungguh. Hanya itu yang ia lakukan atas kebaikan Andrew. Ngomong-ngomong tentang Andrew, Jea jadi tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi malam di mana Andrew menciumnya dengan lembut. 'Perasaan apa ini Tuhan? Mungkinkah aku mencintai tuan Andrew?'gumam Jea sambil menggoreng ikan Nila satu persatu.

Tak terasa persiapan makan siang akhirnya selesai. Kini tugas Jea membersihkan kaca jendela.

Mengingat begitu banyaknya kaca jendela yang ada di mansion ini, akhirnya Jea memutuskan membersihkan dari ruang tamu.

Jea mengambil beberapa alat yang diperlukan. Dari kemucing, lap kain, kanebo dan cairan pembersih kaca tentunya. Jea membawa peralatannya dengan sebuah keranjang. Wajahnya yang pucat kini jadi ceria.

Jea mulai melangkahkan selangkah demi selangkah mendekati ruang tamu.

BRAkkk...

Keranjang yang dibawa Jea jatuh berantakan.

"Maaf..." Jea segera membungkuk dan memunguti beberapa barang yang berserakan di lantai.

Pemandangan apa tadi yang dia lihat?? Andrew berciuman nakal dengan wanita seksi? Bahkan wanita itu duduk di pangkuan Andrew dengan intim.

Andrew melepaskan ciuman wanita itu dan menoleh ke arah Jea.

Sorot mata tajamnya seolah-olah mengisyaratkan ingin membunuh. "Dasar pengganggu..."umpat Andrew. Jea menunduk dan langsung pergi meninggalkan pasangan mesum itu.

Baru pertama kali Jea melihat orang mesum di depan ke-2 matanya. Tiba-tiba dadanya sesak, seperti ditusuk dengan sebilah pisau. Baru saja dia merasakan jatuhcinta. Tapi orang yang dicintainya sepertinya sudah punya kekasih.

Jea terua berjalan dan berpapasan dengan Nyonya Marlina.

"Selamat siang nyonya..."Jea menyapa hormat.

"Siang juga Jea..."balas Marlina seperti biasanya sambil tersenyum.

Jea menatap punggung Marlina. Jea takut kalau Marlina akan memergoki Andrew. Tapi dia bisa apa??

Jea akhirnya mulai membersihkan kaca jendela yang dekat dengan ruang tamu.

"Andrew... kamu tak boleh seperti ini terus nak??"

Samar-samar Jea mendengar suara Marlina.

"Pergi dan ambil ini..."Andrew menyuruh wanita panggilan itu pergi dan tak lupa memberikan tip.

"Sudahlah... jangan pernah mencampuri hidupku.. ini urusanku. Bukankah kau sudah mengerti, aku ini siapa??" Balas Andrew sinis.

"Ibu sangat paham nak... ibu memang bukan ibu kandungmu. Ada baiknya jika kamu segera menikah. Melepas masa mendudamu..."

"Andrew akan menikah secepatnya. Jadi tak usah repot-repot mencampuri hidupku...."

Ya... sudah setahun lebih Andrew menduda. Sebenarnya dia ingin menikah dan segera mendapatkan harta warisan papanya yang kini dikelola oleh kakak tirinya. Namanya Marco. Anak sulung dari Marlina.

#FLASHBACK#

"Andrew... kau harus berjanji sama papa. Kalau kau akan menikah lagi..."ucap papanya

saat terbaring lemah di rumah sakit.

"Tapi pa... semua wanita itu sama saja. Manis saat di depan. Tapi di belakang? Dia main api dan bahkan menghamburkan selingkuh..."

Ya kematian istrinya waktu itu karena dia selingkuh setelah seminggu pernikahan. Andrew yang belum memberi nafkah batin, terpaksa harus menerima kenyataan kalau istrinya dinafkahi batin pria lain. Dan tak lama setelah percintaan istrinya. Akhirnya kecelakaan besar terjadi. Hingga nyawa istrinya tak terselamatkan.

"Tidak semua wanita seperti itu Andrew. Kamu harus janji sama papa. Karena setelah kamu menikah. Semua harta papa akan jatuh ke tanganmu. Kamu adalah penerus keluarga Parker satu-satunya..."

Selang beberapa hari setelah papanya berucap seperti itu. Papanya wafat. Andrew terpukul dan melampiaskan nafsu bejatnya kepada para j*lang.

#FLASHBACK OFF#

Jea akhirnya tahu sesuatu. Andrew seorang duda. Pantas saja dingin. Bahkan dia yang mencuri first kissnya.

Tapi kenapa dirinya jadi kepo ya?? Padahal Jea bukanlah orang periang apa lagi suka menguping percakapan orang. Ini bukan Jea. Tapi nalurinya yang menyuruhnya seperti itu.

Tiba-tiba Andrew menatap Jea yang terlihat melamun di depan jendela.

"Kau Jelly... aku akan menghukummu. 5 menit kau harus sudah di kamarku..."perintah Andrew dengan emosi dan langsung menaiki tangga.

"Baik tuan..."balas Jea lirih.

Jea sang jiwa penurut akhirnya mengikuti sang tuannya.

To be continued.

Terima kasih sudah mampir..

Bagaimana menurut kalian para readers??

Kritik dan sarannya juga boleh.

Terpopuler

Comments

Abdul malik Mohamed daud

Abdul malik Mohamed daud

Bagus cerita nya

2021-11-21

1

Nani Sunusi

Nani Sunusi

semangatthor

2020-06-13

1

Norma🦋

Norma🦋

sabar jea

2020-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!