16

.

.

.

Kepergian Marlina dari mansion, membuat Jea sedikit tertekan. Tak ada lagi orang yang perhatian kepadanya. Membuat Jea mengurungkan diri di kamar, selama beberapa waktu ini. Andrew---- Entahlah, suaminya itu pulang hanya minta jatah dan menyuruhnya meminum pil. Dan yang Jea baru ketahui, ternyata pil itu adalah pil pencegah kehamilan.

Setelah meminta, terus pergi tanpa pamit. Membuat Jea seperti pemuas nafsunya saja. Pernikahan mereka hanya sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya Jea saja yang mencintainya? Masihkah cinta itu ada? Entah, Jea sendiri kurang yakin dengan cintanya.

***

Berdiri di balkon, mamandang sebuah pemandangan di depan sana. Jangan lupakan Bimo, yang selalu berada di belakangnya. Beberapa hari terakhir ini, keduanya sudah sepakat untuk berteman. Setelah Bimo mengucapkan kata maafnya, dan juga alasan Jea,yang selalu murung, akhirnya keduanya berteman. Itupun tanpa sepengetahuan Andrew.

Jiwa pendiam Jea mulai tumbuh kembali. Jujur saja, perlakuan Andrew memang mulai manis. Tidak ada tamparan atau pukulan lagi di saat mereka bercinta. Tapi tetap saja, sudah berkali-kali Jea meminta ijin untuk menemui ayahnya, namun dengan wajah dinginnya, Andrew selalu berkata 'kau tidak boleh kemana-mana'.

"Ternyata kaya itu tidak menyenangkan," gumam Jea yang masih terdengar di kuping Bimo.

"Maaf, maksud nona?"

"Apa kamu tidak lihat aku Bim? Aku dulu, begitu bahagia saat pertama kali datang ke sini. Karena apa? Kau tahu? Itu karena Andrew memperkerjakan aku, menjadi pelayannya. Menyapu, memasak dan melakukan kegiatan lain yang aku suka."

Jea menjeda ceritanya, dia menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan.

"Dan setelah menjadi istrinya, aku layaknya tawanan yang berkedok ratu. Bukankah begitu menurutmu?"

"Tidak, itu tidak benar nona Jea," bantah Bimo sambil menatap punggung Jea dari belakang. Meskipun Bimo bersedia menjadi teman Jea, tapi Bimo sudah paham akan batasannya. Dia tidak mau membuat masalahnya sendiri. Sebab, Bimo sudah mengabdikan hidupnya untuk keluarga Parker dan penerusnya. Yang lalu biarlah berlalu. Yang penting pikiran kotornya mengenai Jea sudah ia kubur dalam-dalam saat ini.

"Benarkah? Kalau itu benar, bisakah kau membawaku keluar dari sini?" mohon Jea yang langsung berbalik menatap wajah Bimo.

Bimo menaikkan satu alisnya pertanda masih belum paham dengan ucapan Jea barusan. Jea menegerti ketidak-pahaman Bimo itu.

"Emmmm itu, maksud aku jalan-jalan. Menghirup udara segar. Bisakah?"

"Maaf nona, untuk jalan-jalan anda tidak diijinkan."

"Bukankah kau temanku sekarang? Katakan, kenapa aku tidak diijinkan keluar dari sini?"

Dengan semburat kecemasan Bimo akhirnya berusaha menjawab pertanyaan Jea yang satu ini. Setidaknya, dengan jawaban ini, sedikit membuat Jea lebih paham akan situasinya.

"Nona tidak aman berada di luar, banyak orang jahat yang saat ini mengintai nona. Tepatnya mulai dari 3 bulan yang lalu setelah kedatangan tuan Andrew dari Italia. Sejak saat itu, banyak penjahat yang menginginkan nona."

"Memangnya aku siapa? Kenapa mereka menginginkanku?" tanya Jea penasaran.

"Anda istri tuan Andrew Parker kalau tidak lupa," jawab Bimo final yang membuat Jea enggan untuk bertanya kembali.

***

Di tempat lain.

"Sial! Apa yang kalian kerjakan selama ini? Sudah 3 bulan lamanya tetap tidak ada perkembangan. Menangkap satu wanita saja kalian tidak becus!!!"

Sudah hampir seminggu, emosi Axel meletup-letup tak bisa dipadamkan. Dia hampir gila, karena Andrew-lah sekarang yang merebut posisinya. Dan Axel sudah mencoba beberapa cara. Tapi tetap gagal tak ada celah.

Axel sudah kehilangan akal saat ini. "Jika kalian tidak bisa menyusup ke bursa saham milik Andrew, maka jalan satu-satunya adalah menculik wanita itu. Wanita yang seharusnya menjadi milikku," ucap Axel tersenyum menyeringai.

"Tuan, sepertinya masih ada cara lain," ucap salah seorang kepercayaan Axel.

"Apa itu? Katakan!" perintahnya dingin.

"Roy... kaki tangan tuan Andrew dan kunci dari semua harta kekayaan tuan Andrew."

Seketika senyum harapan terukir di bibir Axel. Kenapa dia tidak memikirkan ini semua? Ya, dia tak sia-sia membayar gaji yang mahal ke para pesuruhnya ini.

"Bagusss, cepat bawa dia kemari! Apapun caranya, bawa dia hidup-hidup kehadapanku. Mulai bekerjalah dari sekarang!"

"Baik tuan."

***

Andrew sedang berduaan bersama Patty. Wanita bayaran yang sudah menjadi langganan Andrew untuk menuntaskan kebutuhan biologisnya.

"Aku ingin dirimu Tuan," bisik Patty sambil menggoda Andrew. Tidak seperti biasanya, Andrew yang biasa digoda akan langsung merespon. Tapi kali ini dia begitu dingin, fikirannya melayang jauh. Tubuh dan otaknya tidak sinkron. Dia selalu terbayang wajah Jea. Dimanapun dia berada, fikirannya tersita hanya pada Jea. Tidak, lebih tepatnya Jea dan Axel.

Ke dua orang itu sukses membuat otaknya tidak berfikir jernih. Meskipun dia saat ini adalah orang terkaya nomor satu. Tapi dia tetap waspada. Waspada menjaga harta kekayaannya, biar tidak jatuh ke tangan Axel. Hidupnya beberapa bulan ini sangatlah berwarna. Bergelimbang harta, melakukan apapun yang ia suka. Namanya, tentang dirinya, bahkan kehidupannya, ia selalu menjadi tranding topik.

Namun tidak dengan istrinya, Andrew memang sengaja, tidak terlalu mengekspos keberadaan Jea di hadapan publik. Biarlah Jea terkurung di mansionnya, agar tidak mengenal dunianya yang penuh politik dan kelicikan ini. Biarlah Jea tetap begitu saja, mungkin untuk sementara. Atau, bahkan selamanya.

"Tuan... Ehmmm," bisik Patty mulai mengeluarkan jurus terjitunya.

Berusaha membuat singa tidur Andrew bangun. Lagi-lagi Andrew tak menanggapi, melainkan langsung berjalan meninggalkan Patty, dan meninggalkan beberapa lembar uang ratusan ribu.

Andrew menuju ke mobilnya, sambil mencari-cari keberadaan Roy. Namun orang yang dicarinya, tak terlihat akan batang hidungnya.

Andrew geram sendiri dibuatnya. Sudah berkali-kali ia mencoba menelpon Roy, tapi tak kunjung ada jawaban. Sekarang, nomor itu malah mati. Andrew mendengus kesal. Dengan terpaksa dia menyuruh pengawal yang lain untuk menjemputnya.

***

Roy tak sadarkan diri karena pengaruh obat bius, ulah dari orang suruhan Axel. Tangan dan kakinya diborgol. Di wajahnya ada beberapa luka lebam. Kini Roy berada di markas tempat di mana Axel cs berada.

"Bangun!!!" desis Axel kasar.

Sudah berkali-kali Axel berusaha membangunkan tawanannya itu. Sepertinya, pengaruh obat biusnya sangat kuat.

Dengan nafas berat, akhirnya Axel mencoba bersabar menunggu Roy sampai sadar. Tak berapa lama, akhirnya Roy terbangun. Keadaannya sangat mengenaskan. Dia ingat. tadi saat berada di tempat Dolly, dirinya diserang oleh orang yang tidak dikenal.

Karena Roy hanya seorang diri, akhirnya dia kewalahan, hingga tanpa sepengetahuannya, ada orang yang sengaja membekap mulutnya dengan menggunakan obat bius, yang membuat dirinya tidak tersadar.

"Katakan! Berapa sandinya?"

Mata Axel menyala-nyala ingin membunuh orang kepercayaan musuhnya ini. Setelah sadar tadi, Axel memburunya dengan pertanyaan yang sama. Tapi tak digubris juga oleh Roy. Membuat dirinya semakin tersulut emosi.

"Kalau kau tetap diam, aku akan membunuhmu!" ancam Axel penuh keseriusan. Ancaman itu tetap tak diperdulikan oleh Roy. Matipun juga percuma, Axel tetap tidak akan mendapat sandi itu.

Merasa tetap tak direspon oleh Roy. Axel akhirnya menyerah. Menyerahkan tugasnya kepada orang suruhannya.

"Kalau dia tetap tidak mau menjawab. Habisi dia dengan cara kalian!" perintah Axel yang langsung diangguki setuju oleh anak buahnya.

Setidaknya dengan kematian Roy, beberapa saham Andrew akan jatuh kepadanya. Ya walaupun tak sebanyak yang ia inginkan. Setidaknya itu cukup untuk menggeser posisi Andrew.

***

Jea memeluk tubuh Andrew yang tertidur di sampingnya. Setelah percintaannya malam ini, Jea tidak bisa tidur. Terpaksa, dia harus memeluk Andrew. Siapa tahu dengan begitu, dirinya juga ikut terlelap bersama mimpi indah suaminya.

Sudah berkali-kali Jea mencoba memejamkan mata, tapi tetap saja mata itu terjaga. Andrew jadi terganggu dan membuka matanya. "Apa kau tidak akan tidur Jelly?" tanya Andrew dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Maaf Tuan,saya benar-benar tidak bisa tidur," balasnya.

"Terserah kau sajalah," jawab Andrew beranjak dari tidurnya. Mengambil piyama nya dan berlalu meninggalkan Jea di kamar sendirian.

Pengenalan tokoh:

Jealita

Andrew Parker si mata abu-abu

Kelvin

Axel

Terpopuler

Comments

Yunaisye

Yunaisye

saya mungkin suka yg rada2 kulit gelap ya jd maco dan dewasa exel itu orangnya

2022-07-15

0

🤩😘wiexelsvan😘🤩

🤩😘wiexelsvan😘🤩

visualnya mantab dech thorrr,,,ganteng" juga chantik 😍😍😍

2021-12-19

1

khristantie

khristantie

gantengan kelvin 😁

2021-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!