19

.

.

.

"Bersiap?" tanya Jea memberanikan diri.

"Hmmm, kau harus melakukan sesuatu untukku," lanjut Andrew yang membuat Jea semakin tidak mengerti kemana arah perkataan itu.

"Maksud tuan?"

"€£₩#€¥¥¥₩." Andrew membisikkan sesuatu, bisikan itu sukses membuat Jea terkejut.

"Enggak!!" Jea menggeleng tak setuju dengan bisikan Andrew.

"Kenapa Jelly? Ayolah, dia tidak akan menyakitimu. Bukankah kau mainanku? Kau harus ingat itu!"

Jea tampak berfikir, ketidakrelaan dan kecemasan jelas terpampang di wajahnya.

Dengan ragu, Jea akhirnya mencoba menuruti kemauan Andrew.

"Apa yang harus saya lakukan?"

"Kau memang pintar Jell." Seringaian Andrew begitu menakutkan, membuat bulu kuduk Jea meremang. Lagi-lagi Andrew membisiki sebuah kata-kata. Entah kenapa Andrew tak mau mengatakannya.

Mata Jea melotot tak percaya dengan bisikan Andrew.

'Gila apa ya???'

"Kalau saya gak mau?" Jea mencoba bernegosiasi, siapa tahu, rencana gila Andrew tak akan berlanjut.

"Cukup kembalikan uang yang telah aku keluarkan untukmu," balas Andrew santai.

"1 Milyar?" tanya Jea serius.

"100 Milyar," balas Andrew dingin.

"Bukankah kau membeliku dengan harga 1 M?" Jea meninggikan volume suaranya 1 tingkat. Tak percaya jika Andrew menginginkan uang 100 M darinya. Crazy boss. Uang se-sen-pun Jea tak punya, apalagi 100 M. Mungkin sampai mati-pun Jea tak akan mempunyai uang sebanyak itu.

"Ck! Aku cuma gak mau rugi," balas Andrew masih dengan wajah dinginnya.

"Kalau kau memang ingin aman bersamaku, cukup lakukan apapun yang aku mau. Jangan coba-coba menolaknya. Balas uangku dengan kemauanku. Mengerti!"

Jea terasa terancam sekarang, ini tak lagi aman untuknya. Hanya satu jawabannya. Menuruti kemauan sang Tuan.

"Ya aku akan melakukan apapun." Jea sudah pasrah dengan semua keadaan ini.

Andrew tersenyum dan kembali menciumi bibir Jea. Jea yang masih dalam keadaan tak suka. Hanya diam saja tak membalas ciuman Andrew. Persetan jika Andrew marah lagi, dia tak perduli.

Andrew melepaskan bibirnya. "Istirahatlah, besok kau akan di antar oleh Bimo." Andrew merapikan poni Jea yang sedikit berantakan akibat ulahnya. Mengusap lembut puncak rambut Jea.

Sebenarnya Jea senang akan perlakuan manis Andrew. Tapi entahlah, dia masih tidak mengerti dengan semua ucapan Andrew barusan.

Melihat Jea tak bergeming, Andrew kembali mendekat. Menuntun Jea ke atas ranjang king size nya. Merebahkannya. Memberikan kecupan di keningnya. Mungkin hal ini langka dilakukan oleh Andrew. Rasa kekhawatiran terpancar di wajahnya. Tapi egolah yang menang. Dia harus mementingkan egonya ketimbang yang lain.

***

Cahaya mentari menerobos masuk ke celah jendela-jendela ruangan kamar yang di tempati oleh Jea. Jea terbangun dari tidurnya, ternyata Andrew belum bangun. Dengan pelan Jea turun dari ranjang, masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Mandi ya mandi, tak perlu berlama-lama menurut Jea. Kecuali memang fikirannya lagi kacau, sekali-kali dia berendam. Jea cukup bersyukur, setidaknya dia pernah menjadi orang kaya.

15 menit, akhirnya Jea selesai mandi. Menyiapkan baju untuk suaminya, dan beberapa keperluan yang lainnya. Sudah lama Jea tidak melakukan tugas sebagai istri. Dan sekarang adalah kesempatannya. Siapa tahu dengan begini, Andrew mengurungkan niatnya itu untuk mempertemukannya dengan seseorang.

"Tuan, apa kau tidak bekerja?" Jea mencoba membangunkan Andrew dengan pelan.

"Emmmh... jam berapa ini?" Andrew beranjak duduk sambil mengusap-usap matanya.

"Hampir jam tujuh," jawab Jea tenang tapi tak setenang hatinya.

"APAAA? Kenapa baru membangunkanku?" Dengan marah Andrew melompat dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.

"Huft. Sabar Jea," gumam Jea sambil mengelus dadanya.

Tak berapa lama kemudian, Andrew keluar dari kamar mandi. Tapi lihatlah, Andrew bahkan tidak menyentuh pakaian yang Jea siapkan untuknya. Dengan tatapan sinisnya dia mengucapkan kata yang jelas membuat Jea semakin sedih.

"Jangan mengharapkan cinta dariku. Apa kau mengerti?"

Jea hanya mengangguk, menahan air mata yang sudah berada di pelupuk matanya.

"Mengerti tuan, saya hanya menyiapkan saja. Tidak bermaksud lebih."

"Tepat jam 3 kau harus bersiap, kau mengertikan dengan perintahku tadi malam?" tanya Andrew memastikan.

"Mengerti tu-tuan," balas Jea ragu-ragu.

"Cukup lakukan tiga itu saja."

"Bagaimana kalau dia ingin menyentuhku?" tanya Jea takut-takut.

"Tidak masalah," jawab Andrew santai.

"Apa?" Jea menganga tak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut Andrew. "Apa kau gila tuan! Aku ini istrimu! Apa kau ingin menjualku?" sambungnya mulai emosi.

"Kalau itu diperlukan, aku akan melakukannya," jawab Andrew dengan wajah dingin tanpa rasa bersalah.

"Kau brengsek Tuan, hanya kebebasan anak buahmu kau rela mengorbankanku."

Tangis Jea pecah seketika. Air mata itu sudah terjun bebas, tak terbendung lagi. Hatinya serasa diremas dengan kasarnya. Sakit, sakit sekali.

"Cukup lakukan perintahku. Kalau nggak, kembalikan uang itu 100 kali lipat dari uang yang aku keluarkan untukmu."

"Sudahlah, kau menurut saja apa susahnya. Aku tak mau penolakan," balas Andrew tajam sambil berlalu meninggalkan Jea, yang masih menangis di dalam kamarnya.

****

Seorang pemuda berusia 25 tahun dengan santainya duduk di kursi kebesarannya. Dia adalah pemilik KL resto.

"Sayang, kau ada di sini?" Suara seorang perempuan dengan manjanya memeluk badannya dari samping. Dengan pelan pemuda itu melepaskan pelukan wanita itu yang tak lain adalah Clara.

"Sudahlah Ra, aku sedang sibuk. Please jangan ganggu aku," jawab pemuda itu yang tak lain adalah Kelvin.

"Kamu lupa, kalau sebentar lagi kita akan tunangan," balas Clara berusaha mengingatkan.

"Hemmmmm..." hanya deheman yang keluar dari bibir Kelvin.

"Aku akan di sini bersamamu."

"Terserah!"

Derrrrrtttt derrrtttt

"Ya."

"......"

"Terus awasi dia!"

".........."

"Kehilangan jejak? Apa dia bersama suaminya?"

"......"

"Tak apa,,, biarkan saja...."

'Mungkin Andrew sudah memberikan kebebasan untuknya...' batin Kelvin setelah menerima telepon dari salah seorang mata-matanya.

'Aku tenang sekarang, ternyata Andrew mulai mencintaimu...'

"Sayang, telepon dari siapa?" tanya Clara penasaran.

"Nggak ada urusannya denganmu?" balas Kelvin santai.

"Tapi kenapa harus diawasi?? Terus suami? Apa kau menyukai wanita yang sudah bersuami?" selidik Clara tak terima.

"Sudahlah Ra, itu bukan urusanmu. Kalau kau ingin tetap bersamaku. Tolong diamlah!" pinta Kelvin.

"It's okay."

***

Di dalam mobil hanya ada keheningan antara Bimo dan Jea.

'Maafkan saya nona,, saya tidak bisa melakukan apapun untuk anda. Bahkan sebagai seorang temanpun aku tak bisa melakukannya,' batin Bimo sambil menatap Jea dari spion.

"Kita sudah sampai nona. Turunlah!" Bimo membukakan pintu penumpang. Jea masih diam, apa dia harus melakukannya. Yeah, pastinya dengan terpaksa melakukannya. Mungkin ini caranya menebus sedikit kebaikan dari Andrew yang telah membebaskannya dari germo madam Natalie. Ya sedikit kebaikan dari Andrew. Karena Andrew lebih banyak menyakitinya.

Dengan raut muka yang sangat cemas, Jea turun dari mobil. "Bimo..." Jea memanggil Bimo, berusaha mendapat perlindungan dari Bimo. Tapi yang dimintai pertolongan itu justru menatapnya dengan datar. Seolah tidak akan masalah.

"Nona akan baik-baik saja. Saya di sini. Kalau anda disakiti. Berteriaklah sekencangnya, saya akan segera datang."

Jea mengangguk dan berjalan menjauhi Bimo.

"Anda sudah ditunggu oleh tuan kami nona." Seorang pengawal pria bertubuh kekar menghampiri Jea. Jea heran, kenapa semua harus serba laki-laki? Tapi tak apalah, dia hanya mainan Andrew dan akan melakukan perintah dari sang majikan dengan senang hati. Meskipun hatinya tak rela.

Pengawal itu membukakan salah satu pintu ruangan yang di dalamnya sudah ada seorang pria yang memunggunginya.

"Tuan, nona ada dia sini," bisik pengawal itu pada pria itu yang tak lain adalah Axel.

"Keluarlah, kunci pintunya dari luar!" perintah Axel pada pengawalnya itu.

"Baik tuan." Pengawal itu undur diri dan membungkuk sebentar, saat melewati Jea hingga pintu itu kembali tertutup bahkan dikunci dari luar.

Jea semakin gugup, jantungnya tak beraturan. Siapakah sosok Axel ini? Ya, Andrew sudah membisikinnya kemarin tentang Axel.

Laki-laki itu membalikkan badanya. Kedua indra matanya menabrak lurus sosok Jea yang tepat berdiri di depannya. Jarak 2 meter tak cukup sulit untuk memperjelas penglihatannya.

"Kayla..."

Terpopuler

Comments

Ratna Ratna

Ratna Ratna

Semakin seru...

2021-06-19

1

Desi Hes

Desi Hes

banyak yg pada takut mati ya, se enaknya aja main kelamin dan heran nya cwe nya pada mau aja urat malu pada kmn

2020-09-21

1

Rinda Amran

Rinda Amran

olk kanjut

2020-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!