...Dengan segenap kerisauan yang membuncah menjelma merasuki aliran darah yang menghantam sajak arti kata makna misteri, bola dunia di ruang misteri mengisyaratkan segala bentuk nestapa....
...🔥🔥🔥...
Tante Fera mengejar Bulan yang sudah berlari kencang menuju lapangan basket.
"Aku yakin sekali mendengar suara tembakan-tembakan tadi!" bisik Bulan.
"Bulan.. aduh, tunggu Tante dong! kamu boleh penasaran tapi jangan sendirian berlari di tengah suasana yang mencekam."
Tante Fera memegang erat lengan Bulan.
Senapan ghaib dan tembakan masih saja bersahutan beradu bagai di dalam Medan perang. Tante Fera menghentakkan badan dan mencari-cari sumber suara tembakan yang bersahut-sahutan di tengah deras hujan yang perlahan mereda berubah rintik gerimis.
"Tante mendengar suara itu kan?" tanya Bulan.
Tante Fera menganggukkan kepala dan menarik Bulan berjalan menuju lorong kelas.
Terdengar suara berisik yang bersumber dari ruang kelas Bulan. Terlihat Ikhsan memegang sapu dan bersandar di depan pintu kelas.
"Selamat pagi bu."
"Selamat pagi ikhsan kenapa kamu sendirian menyapu kelas?"
"Tidak apa-apa Bu hitung-hitung olahraga pagi."
Setelah Ikhsan pergi membawa sapu dan keranjang sampah menuju gudang. Beberapa menit kemudian para siswa satu persatu memasuki ruangan kelas dengan mengucap salam kepada Tante Fera.
"Bulan, nanti pulang sekolah tunggu Tante ya jangan pulang sendiri."
"Baiklah Tante."
Suasana ruangan kelas ketika perjalanan berlangsung.
Gubrak,brugh.
Anton membanting mejanya, mata Anton berubah berwarna merah. Biji bola mata bergerak memutar ke atas.
"Argh..argh"
Suara teriakan anak kelas 1-C memecah keheningan suasana belajar mengajar di hari itu.
"Semuanya tenang!" Pak boy berteriak dan melangkah naik ke meja guru.
Heri dan Adit memegang erat Anton, tenaga Anton tidak bisa di imbangi oleh mereka. Keduanya terbanting ke lantai, sedikit lagi kepala mereka pecah kalau tidak di tangkap oleh beberapa teman yang lain. Para siswi berlari keluar kelas menuju lapangan sekolah. Kelas sangat riuh, meja dan bangku begitu berantakan bagai terhembus oleh angin kencang. Kesurupan masal berantai kembali terjadi di sekolah favorit.
Beberapa guru memegangi mereka dan bertasbih dengan embun zikir ke telinga mereka. Siswa-siswi yang pingsan di gotong ke mushola sekolah. Kegiatan belajar mengajar di hari itu berhenti karena insiden yang tidak terduga. Bulan menoleh ke jendela luar sekolah.
Para roh- roh itu sepertinya semakin merajalela, batin Bulan.
"Bulan, rasa ku kok jadi merinding ya. Semua isi perutku terasa ingin keluar semua", kata Yolanda mendekati Bulan.
"Jangan melamun Yo, aku yakin kamu pasti bisa melawan mereka."
Bulan menunjuk kata melawan mereka ke arah pohon beringin dekat lapangan sekolah.
"Hello, teman-teman santai aja yang namanya setan atau hantu belau itu hanya ilusi dan tidak nyata!" ucap ikhsan dari balik tembok tepat Bulan menoleh kan wajahnya ke Jendela.
"Awas, kamu merusak pemandangan ku saja!" bentak Bulan.
Ikhsan hanya membalas dengan tawa kecil dan melirik Bulan.
"Kau sedang berbicara kepada siapa, Lan?"
Bulan tidak menyahut dan pergi meninggalkan Yolan.
Suasana di ruang guru begitu mencekam bersama gemuruh kecemasan hati dan pikiran guru-guru yang menghadiri rapat.
"Hal ini tidak bisa di biarkan, kita harus mengadakan pengajian di sekolah hari ini juga."
Seluruh staf guru mengatur acara pengajian di mushola dan mengundang ustad untuk membacakan doa selamatan di sekolah. Sementara di sisi lain di kantor guru tampak pak boy, pak Rudi bersama bu dea merencanakan sesuatu yang tidak di ketahui kepala sekolah dan guru lainnya.
"Ya benar sekali.. saya sangat setuju!" ucap bu Dea.
"Baiklah, kita mulai saat pulang sekolah", sahut pak boy.
Pak Rudi mengacungkan dua jari jempol kepada mereka.
...🔥🔥🔥...
"Amin, Alhamdulillah."
Ucap kepala sekolah beserta guru-guru yang ikut melaksanakan pengajian dan doa bersama di pimpin oleh ustadz yang sering hadir di sekolah mereka. Siswa-siswi yang masih lemas dan pingsan berangsur sadar dan bisa normal kembali.
Mau sampai kapan kejadian ini meneror anak-anak? gumam Tante fera.
Siang itu selepas kegiatan para siswa-siswi pulang menuju rumah mereka masing-masing. Ikhsan yang tersenyum menarik sudut perhatian Bu Fera di depan meja piket berubah bingung memperhatikan kerutan pada dahi Tante Fera.
"Ikhsan, apakah kamu melihat Bulan?" tanya Tante Fera.
"Tidak Bu, saya akan berusaha menemukan dimana keberadaan Bulan."
"Hati-hati ya jangan lupa kabari ibu."
Ikhsan berlari masuk ke dalam gedung melambungkan segala pertanyaan dimana bekas langkah kaki Bulan terakhir kali agar bisa dia deteksi.
Bulan, kamu dimana? gumam Ikhsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
V3
Ikhsan benar² misterius bgt deh. Alhamdulillah dr zaman msh Sekolah dulu belum prnh melihat spt itu , spt Kesurupan Massal
2022-08-12
0
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
kakak adik hadir 😘
2022-06-15
0
gulla li
Teringat sekolahku dulu, kesurupan massal. Persis kek gini murid² berlarian. Kadang juga lagi senam dan upacara siswa kesurupan membuat suasana ricuh. Ngeri bgt!
2022-06-10
0