Tuyul

Ikhsan kembali lagi masuk ke dalam air. Bulan berkali kali memanggilnya. Namun dia belum muncul juga dari kolam renang membuat Bulan khawatir. Bel tanda masuk ke dalam kelas sudah berjalan sepuluh menit yang lalu. Dia tidak mau kena hukuman akan tetapi dia juga tidak ingin terjadi sesuatu dengan Sahabatnya. Bulan mendekati kolam renang dan melihat dimana ikhsan.

"Ikhsan..!" jerit Bulan.

Baiklah aku harus mencarinya di dalam sana. pikirnya. Bulan melepaskan sepatunya sebelah kiri. Di saat dia akan berganti melepas satu sepatunya lagi. Ikhsan keluar dari dalam kolam bersama tuyul hijau tersebut. Ikhsan mengsikut tuyul itu dan menyeretnya keluar kolam.

"Bulan, apakah dia yang menjadi biang permasalahan mu?"

Bulan membelalakkan mata, dia sangat kaget dan heran kenapa Ikhsan bisa menangkap Makhluk nakal dan jahil itu. Kuku tuyul yang tajam itu sudah menekan ke dalam kulit Ikhsan. Suara-suara aneh keluar dari mulut si tuyul. Bulan tidak bisa mendengar jelas dan mengetahui ucapannya. Anak tuyul itu meronta-ronta ingin melompat atau mencari sasaran menuju Bulan.

"Ikhsan pegang dia kuat! aku mau mengatakan sesuatu kepadanya."

Bulan melangkah perlahan mendekati makhluk aneh itu. Rahangnya hampir terbuka berbentuk huruf A menerkam Bulan. Tangan Ikhsan mendarat ke kepala makhluk tersebut. Dia menangis dan berhenti meronta-ronta.

"Jaga sikapmu, apakah kau tidak kenal siapa aku ya?"

Suara Ikhsan mengeras, dia menekan leher anak tuyul dengan tatapan mengerikan.

Tidak pernah Bulan mengetahui bahwa Ikhsan bisa menyetel raut wajah mengerikan seperti itu. Tuyul tersebut sontak melihat Ikhsan lalu menunduk dan melipat kedua tangan memohon ampun.

"Sudah Ikhsan hentikan, dia sudah jauh lebih terkendali."

"Ahahah", tawa Ikhsan menggema seisi ruangan.

Bulan melihat mata Ikhsan yang berwarna coklat, wajahnya pucat dan anehnya dia bisa kembali keluar dari permukaan air dengan membawa tuyul. Pikiran Bulan melayang di sisi lain dia harus kembali ke dalam kelas. Bulan berdiri di tepi kolam dan menumpahkan segala kekesalan.

"Kau makhluk salah satu penghuni gedung sekolah ini tolong hentikan membuat keonaran. Jika kau mengabaikannya maka aku tidak segan-segan memasukkan mu ke dalam botol! lalu membuang mu ke laut. Oh ya juga satu lagi pesan ku! Kau jangan suka mengintip teman-teman perempuan ku yang sedang di kamar mandi!"

Masih banyak lagi segala praduga yang ingin terlontarkan, dia sangat kesal. Arloji sudah menunjukkan pukul 12.10 WIB. Berjarak dua puluh lima menit lagi jam pelajaran akan usai. Bulan berlari meninggalkan Ikhsan dan makhluk itu menuju ruang kelas.

Tok,tok. "Permisi Bu, maaf saya terlambat."

Keheningan seisi kelas tertuju pada Bulan. Mereka sudah mengangkat tas di pundak, sepertinya Bu guru sedang menginstruksi doa karena kelas hari ini sudah usah.

"Masuklah Bulan, ikut berdoa juga dan jangan tinggalkan kelas jika semua siswa sudah keluar."

Bulan menuju mejanya, Sasa melirik Bulan sinis lalu mencubit kecil Bulan. Sinyal bisikan bentuk bibir seperti orang bisu sedang tertuju pada Bulan.

"Nanti gue tunggu Lo di gerbang depan."

Bulan mengangguk setuju. Setelah do'a bersama usai mereka semua bubar. Terkecuali Bulan yang menghadap bu Dea untuk memberikan alasan mengenai keterlambatannya. Mau bagaimana lagi, Bulan adalah keponakan Tante Fera. Bu Dea sudah memaklumi karena Bulan adalah siswa yang mempunyai sikap baik di sekolah.

Percakapan mereka kembali menuju kabar Tante Fera. Mendengar kabar teman Bu Dea itu membuat Bu Dea ingin ikut pulang bersama Bulan.

"Ibu turut prihatin dan sedih."

Penggalan kalimat Bu Dea yang berjalan keluar kelas bersama Bulan.

Sasa yang sudah menunggu Bulan melihat nya Dea dan Bulan berjalan bersama. Niat untuk berdiskusi dengan Bulan di tunda dengan lambaian tangan kepada Bulan dan memberi salam kepada Bu Dea.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***







Episode sebelumnya

Mulai

Episode berikutnya

Sosok lain



Terpopuler

Comments