Rumah Riri Di penuhi dengan sanak saudara serta dekorasi rumah yang seperti taman bunga sebab sisa menghitung hari menuju akad. sudah beberapa hari berlalu dari acara makan siang yang menurut Riri membosankan kini Riri tidak di izinkan keluar rumah begitupun dengan Dimas.
Riri hanya mendekam dalam kamar sambil menikmati sensasi perawatan kulit dan wajah yang dikirimkan oleh calon ibu mertuanya. sedangkan Dimas Masih sibuk bekerja di temani asisten kepercayaannya siapa lagi kalau bukan asisten Herman yang semenjak beberapa hari lalu sibuk mondar-mandir ke kantor dan kerumah bosnya.
Proses acara dari pertunangan hingga resepsi semua di tangani langsung oleh ibu Erika mulai dari pemilihan cincin kawin, gaun pengantin, undangan, Wedding organizer, prasmanan serta gedung resepsi.
Jika Dimas protes tentang sesuatu yang menurutnya berlebihan, Ibu Erika selalu mengatakan pada Dimas "Cukup diam, duduk, dan hafal bacaan ijab qobul saja biarkan mama yang melakukannya".
Di dalam ruang kerjanya Dimas duduk bersandar, tangan kanannya memegang telpon genggamnya, dia menimbang - nimbang apakah akan menghubungi Riri atau tidak dia takut jika pada saat dia berbicara dengan Riri mamahnya dengar bisa - bisa kalimat wejangan yang menurut Dimas adalah dongeng bisa - bisa dia dengar lagi hari ini. Akhirnya Dimas memutuskan untuk tidak menghubunginya, dia melangkah kearah jendela yang ada di ruangan itu melihat pemandangan yang ada di balik kaca lebar itu sambil memikirkan sesuatu yang semakin hari semakin membuatnya harus berfikir keras mencari jalan keluarnya sebab beberapa hari lagi dia akan menjadi seorang suami dan pastinya dia tidak ingin terjadi apa - apa pada istri dan anaknya kelak.
Dimas terlonjak kaget saat ayahnya menepuk bahunya pelan.
"Ada Apa, sepertinya banyak beban yang sedang berada di sini" ucap sang Papah sambil menepuk pundak Dimas.
"Tidak pah' saya cuman memikirkan pekerjaan saja"
"jangan berfikir terlalu keras, Papah tahu bahwa Saat ini ada yg sedang mengusik kenyamanan mu, jika suatu saat kamu ingin bercerita papah siap membantu mencarikan solusinya." ucap pak Suryo kepada anak lelakinya.
" Iya Pah" ucap Dimas sambil menoleh kembali kearah jendela.
"Ya sudah kalau begitu papah temui mama mu dulu, ingat yah papah akan selalu mendukung mu" kata pak Suryo sambil berlalu meninggalkan Dimas yang masih berdiri menghadap jendela melihat matahari di ufuk barat yang sebentar lagi akan tenggelam.
Langit malam Dihiasi sinar Bulan dan kerlap - kerlip Bintang, Riri Duduk di balkon kamarnya menikmati Suasana malam yang syahdu di temani secangkir Susu coklat hangat. pikirannya berkelana mengembara entah kemana hingga tak menyadari kakak iparnya berdiri di ambang pintu.
"Ehem"
" Mikirin apa sih serius banget mukanya"
"Eh mbak ! nggak ada ko' mbak ayo duduk sini ceritain waktu mas Abram ngelamar mbak." ucap Riri sambil menggeser tubuhnya agar kakak iparnya bisa duduk. mereka asik bersenda gurau hingga ibu Atika menghampiri mereka.
"Apa kalian nggak tau kalau ini Sudah larut malam curhatnya di lanjut besok saja"
Riri dan kakak iparnya langsung menoleh dan dengan kompak nyengir kuda. setelah kakak iparnya berpamitan Riri Kembali memandang Bintang tiba - tiba bayangan Dimas terlintas begitu saja Riri tampak tersenyum namun beberapa detik kemudian dia sadar akan apa yang telah difikirkannya akhirnya Riri memutuskan untuk tidur mengumpulkan tenaga untuk esok hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Hadir lagi! Tetap semangat ya!
2021-02-21
2