Ponsel Riri berbunyi nyaring pertanda sedang ada yang menelpon.
"Hallo, maaf Ini dengan siapa ? " jawab Riri
"saya ingin bertemu di cafe xx saat jam makan siang. saya tidak terima penolakan dan saya paling tidak suka ada keterlambatan" Dimas to D' point tanpa basa-basi.
Riri tidak langsung menjawab dia terkejut saat mengetahui siapa yang sedang berbicara dengannya di telepon.
" Apa kamu mendengarnya ? " tanya Dimas yang tidak mendapatkan respon dari lawan bicaranya.
"I..iya " jawab Riri tergagap.
setelah mendapat Jawaban, Dimas mematikan sambungan teleponnya tanpa memberi salam sedangkan Riri Hanya termangu menatap layar ponselnya.
"Dasar Jutek, muka datar" teriak Riri kesal saat sudah bisa menguasai kebingungannya.
Lilis yang mendengar Riri berteriak Langsung menghampiri.
" Mbak kenapa, tadi Lilis dengar dari depan mbak teriak ?"
" Ada kecoak tadi Lis, udah lanjut aja kerjaanmu" kata Riri sambil berdiri namun dalam hatinya masih dongkol dengan si penelepon
"Ada yah orang ngajak ketemuan modelnya kayak gitu, Ya Tuhan bagaimana kalau hamba sudah menikah dengannya, mungkin setiap hari hamba harus minum obat penurun tekanan darah" Batin Riri
tepat pukul setengah dua belas siang Riri sudah berada di Dalam cafe dan memilih duduk di balkon lantai dua.
"Saya paling tidak suka keterlibatan, sok banget padahal dia yang terlambat" Racau Riri sambil menyeruput kopi cappuccinonya.
"Sudah lama ? " tanya orang di belakang, Riri pun menoleh
" Tidak juga baru setengah jam yang lalu saya tiba karena ada yang mengatakan tidak suka keterlambatan" jawab Riri dengan nada menyindir. Dimas hanya manggut-manggut menanggapi.
"langsung saja pada intinya, sebab saya masih banyak pesanan bunga yang belum di antarkan"
"besok dengan jam yang sama seperti hari ini saya jemput, mama menyuruh untuk membeli cincin pertunangan"
"saya tidak bisa, banyak pesanan yang harus saya antarkan. bagaimana dengan lusa"
"baiklah, mana Ponsel mu". Dimas menjulurkan tangannya meminta ponsel Riri tapi Riri tidak memberikannya
"kemarikan atau kamu ingin saya menghubungi ibu kamu" ancam Dimas. dengan sedikit ragu Riri memberikan ponselnya ke Dimas.
"Apa yang kamu lakukan dengan ponselku ? "
Namun Dimas tidak menjawab dan mengembalikan ponsel Riri. saat Riri membuka ponselnya ternyata Dimas memasukkan nomor teleponnya dan yang membuat Riri kaget ada nama yang tertera "Calon Suamiku". Dimas memperhatikan Ekspresi wajah Riri hanya tersenyum Dalam hati. sedangkan Riri sudah Jengkel setengah mati.
dalam perjalanan pulang dari cafe, Riri meluapkan emosinya dengan memukul - mukul stir mobilnya sudah dari tadi dia memendam kekesalannya.
Dalam Ruangan kerjanya Dimas sedang memeriksa beberapa laporan untuk di tanda tangani, namun senyuman tidak pernah luntur dari wajahnya dia sangat yakin bahwa saat ini Riri sedang kesal karenanya, sebenarnya dia ingin berlama-lama menikmati wajah Riri yang terkejut bercampur dengan rasa kesal entah kenapa itu selalu membuat Dimas merasa ingin terus melihat ekspresi Riri yang seperti itu.
asisten Herman melihat kearah Bosnya dan membatin.
"Ternyata ada juga gadis yang bisa meruntuhkan Tembok Es tidak sia - sia saya begadang mencari informasinya. Sebentar lagi masa tertekan akan berakhir. ayo Herman semangat Kawal terus hingga puncak".
" Ada apa dengan wajah ku Her, kenapa kamu menatapku seperti itu" tanya Dimas sarkas
"eee... ti..dak pak" jawab asisten Herman sambil menunduk dan melanjutkan pekerjaannya dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Wanti
😂😂😂😂tembok es runtuh her bentar lagi
2020-12-26
2
Ruby_
semangatttt
2020-11-19
1