Dimas berangkat kekantor dengan terburu-buru pasalnya ada meeting di pagi hari. Ibu Erika yang baru keluar dari dapur melihat anaknya melangkah turun dari tangga.
"Loh Dim' tumben sepagi ini kamu sudah rapi ?"
"Ada meeting mah" jawab Dimas sambil melangkah turun dari tangga
"Nggak sarapan dulu, mamah sudah buatkan sarapan"
"Nanti saya sarapan dikantor saja mah".
Asisten Herman dengan sigap membuka pintu Mobil untuk Bosnya.
"Her,lewat jalan Bougenville" perintah Dimas ke asisten.
" tapi pak bukannya kita ada meeting sedangkan jalan Bougenville agak jauh dari kantor" jawab sang Asisten
" Sejak Kapan kamu berani membantah perintah saya "
"Baik pak" jawab Asisten Herman ada rasa lesu dalam jawabannya tapi Dimas tidak perduli.
saat melewati toko bunga Riri Dimas menyuruh asisten Herman berhenti.
"Her, Berhenti di depan toko bunga itu" tunjuk Dimas
Dalam hati asisten Herman bertanya - tanya ada apa gerangan yang merasuki atasannya namun saat melihat perempuan yang keluar dari toko bunga dia seperti mendapat penerangan.
"AHA, sekarang saya mengerti" (batin).
"Her, Saya kedalam sebentar" ucap Dimas sambil menepuk pundak asisten herman.
"Iya pak" dengan sigap Asisten Herman membuka pintu mobil untuk atasannya
Dimas melangkah memasuki toko bunga namun langkahnya terhenti saat mendapati sang asisten di belakangnya.
"tunggu saja saya di mobil"
"Baik pak". asisten Herman Hendak berlalu namun dia masih sangat penasaran apa hubungan atasannya dengan gadis berjilbab itu.
"Ada yang bisa saya bantu pak' " tanya Riri sambil menengadah namun saat itu juga langkahnya mundur dia kaget melihat orang yang tinggi menjulang di depannya.
"simpan Nomor telepon mu " ucap Dimas datar sambil menyodorkan Hp miliknya. Riri yang belum menguasai diri dari keterkejutannya dengan gugub meraih Hp Dimas.
"Apakah Anda bisa meminta dengan sopan tanpa memasang wajah tanpa ekspresi seperti itu" (batin Riri). Dimas yang melihat ekspresi Riri yang kaget bercampur kesal itu hanya tersenyum dalam hati.
"Cepatlah Saya ada meeting sebentar lagi" hentak Dimas, yang membuat Riri tambah kaget.
setelah Riri memberikan nomor teleponnya Dimas memberikan kartu namanya.
" Jika ada hal yang ingin kamu bicarakan hubungi saja nomor yang tertera di kartu itu"
sepeninggal Dimas Lilis terus menggoda Riri.
"Wah siapa tuh mbak, pacar mbak yah ? "
"apaan sih Lis, Sana - sana ada pesanan yang mau ku antar" jawab Riri yang mukanya sudah memerah.
"cie cie cie mbak di samperin pagi - pagi nih". Lilis terus menggoda Riri hingga membuat wajah Riri semakin merona merah.
🌷🌷🌷
Rapat Sedang berlangsung namun Dimas tidak fokus dia terus membayangkan wajah terkejut Riri.
"Kenapa Wajah terkejutnya Selalu membuat ku ingin tertawa terbahak-bahak" batin Dimas
tanpa dia sadari semua yang ikut rapat melihat kearahnya dalam benak mereka apa yang terjadi pada Bos yang selalu memasang muka datarnya.
"Pak, apa anda baik - baik saja" tanya Herman ragu - ragu.
"iya saya baik - baik saja, oh iya sampai mana pembahasan kita tadi". jawab Dimas yang sadar dari hayalannya. Setelah memakan waktu 2 jam rapat pun usai, Dimas berjalan keluar ruang rapat di dampingi asisten Herman dan sekretarisnya.
Hari ini Dimas sangat sibuk hingga dia lupa waktu, jam sudah menunjukkan pukul 9 Malam dia masih saja berkutat dengan file - file yang bertumpuk-tumpuk di atas meja kerjanya. Asisten Herman datang membawa beberapa makanan dan meletakkan diatas meja di sudut ruangan.
"Pak makanlah Dulu seharian bapak belum makan "
" Nanti saja tanggung ini " jawab Dimas tanpa menoleh ke arah Herman.
"Tapi pak' .... " Kata Herman menggantung karena mendapat tatapan tajam dari sang atasan. Dimas kembali serius membaca semua file - file yang hingga larut malam dia masih saja berkutat dengan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments