Kejutan

Sesuai rencana Rara, mereka berdua akhirnya pergi ke Solo siang ini. Tepat pukul 7 malam mereka berdua baru sampai di kediaman Calief, karena mereka tadi mampir untuk membeli kue, hadiah dan beberapa perlengkapan untuk mendekorasi rumah Calief.

Rencananya mereka akan memberikan kejutan untuk Calief saat pulang kerja nanti, karena mereka tahu hari ini sang target sedang lembur di kantornya.

Sejenak Renata memperhatikan rumah sang kekasih yang tergolong besar, karena ini adalah pertama kalinya Renata menginjakkan kaki di rumah Calief. Calief memiliki 2 asisten rumah tangga yang membantunya mengurus rumah ini.

Dengan dibantu kedua asisten rumah tangga Calief dan pak Min, mereka berhasil menyulap ruang tengah rumah Calief menjadi tempat pesta sederhana. Walaupun sederhana bahkan mereka membutuhkan waktu hampir tiga jam untuk menyelesaikan nya.

“Rena, gimana kalau kita kasih kejutan double untuk Kak Heppy?” ucap Rara semangat. Dia sudah benar-benar merasa bosan menunggu sang kakak yang tak kunjung pulang. Dan saat otaknya menemukan ide itu, Rara merasa seperti menemukan berlian saja.

“Kejutan double?” tanya Renata tidak mengerti.

“Jadi kita ke kantornya Kak Heppy dulu, bawa hadiah kamu saja Rena. Dia pasti terkejut dengan kehadiran kita yang enggak bilang-bilang dulu. Nanti pulangnya kita akting pura-pura bodoh aja, padahal kita sudah menyiapkan kejutan ini buat dia.” Ucap Rara sambil bertepuk tangan heboh. "Gimana, ide aku briliant dong?"

“Nanti kita ganggu kerjanya Ra. Belum lagi nanti kalau kita berselisih jalan. Kejutannya bisa batal semua."

“Kalau masalah itu gampang, aku kan bisa kerja sama dengan supir Kak Heppy.”

“Terserah kamu lah Ra, aku ngikut aja.”

“Oke, kalau begitu ayo berangkat.” Ucap Rara semangat sambil menyeret sang sahabat ke garasi tempat mobil mereka berada.

Butuh waktu sekitar 45 menit untuk mereka sampai di kantor Calief. Ketika turun dari mobil, Renata mulai mengamati kantor tempat sang kekasih bekerja. Kantor ini termasuk besar dan terdiri dari 5 lantai. Di pintu lobby mereka dihadang dan diinterogasi oleh satpam yang berjaga.

"Kalian siapa dan ada keperluan apa kemari malam-malam begini?" tanya si satpam yang bernama Hendro itu kepada Rara dan Renata.

“Maaf Pak, saya adiknya pak Calief. Dan kami kemari mau bertemu pak Calief.” Jawab Rara sopan, tapi sepertinya Pak Hendro tidak percaya. Karena mereka datang di malam buta seperti ini. Apa lagi saat sang satpam mau mengkonfirmasi kepada Calief, Rara spontan berteriak melarangnya.

Tidak hilang akal akhirnya Rara meminta bantuan kepada sopir Calief yang sudah sangat dia kenal. Ketika laki-laki paruh baya itu menjamin kalau 2 gadis muda yang ingin bertemu bos besar itu memang kenal Calief, barulah sang satpam percaya.

“Maaf mbak, ini semua demi keamanan semata,” ucap Pak Hendro sopan.

“Tidak apa-apa Pak, kami mengerti.” Ucap Renata sambil tersenyum, sementara Rara wajahnya sudah jutek sejak tadi.

“Tapi Mas Calief masih ada di dalam kan Pak?” tanya Renata lagi memastikan.

“Masih mbak, Bapak hari ini lembur sama Pak Ardhan juga. Kebetulan juga tadi calon istrinya datang membawa makanan,” ucap Pak Hendro sambil tersenyum lebar.

“Calon istri?” tanya Renata dengan ragu.

“Iya mbak, Bu Sarah manager keuangan di kantor ini merupakan calon istrinya Pak Calief. Tadi saya juga diberi nasi untuk makan. Bu Sarah baik sekali mbak dengan karyawan disini.” Satpam itu terus berbicara tanpa memperhatikan kedua wajah wanita didepannya yang sudah berubah. Renata wajahnya sudah pias, sedangkan Rara wajahnya sudah merah padam siap mengamuk.

“Bapak jangan menyebar fitnah ya, Kakak saya belum mempunyai calon istri. Kalaupun punya kekasihnya bukan si Sarah-Sarah itu!” ucap Rara dengan emosi, sampai membuat si satpam berbadan tegap itu mendadak takut.

“Tapi bu Sarah sendiri yang mengatakan kepada para karyawan bahwa dia calon istri Pak Calief mbak, lagi pula mereka memang terlihat sering bersama—" ucapan Pak Hendro terhenti ketika Rara mengangkat tangannya.

“Dengar ya Pak, bilang ke para karyawan yang ada disini, kalau informasi itu semua hoax . Ih Bapak malam-malam bikin saya emosi saja.” Kemudian Rara memandang sang sahabat yang sedari tadi hanya diam. “Ren kamu—“ kata-kata Rara yang susah diujung lidah terpaksa harus ditelan kembali ketika sang sahabat memandangnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

“Aku bukan orang yang gampang termakan oleh gosip Ra, kita tanya langsung sama Kakak kamu.” Jawab Renata tenang, tapi Rara tahu ada gejolak kemarahan dan kekecewaan dimata sang sahabat. Rara hanya mengangguk sambil tersenyum garing.

Sepanjang jalan menuju ruangan kakaknya, Rara hanya berdo'a semoga apa yang dikatakan sang satpam bernama Hendro tadi adalah kebohongan semata. Dan kalau itu benar terjadi, Rara adalah orang pertama yang akan menghajar kakaknya itu. Sesekali Rara melirik Renata yang terlihat tenang.

Mereka menaiki lift menuju lantai 5, namun ketika pintu lift itu terbuka mereka berdua berdiri mematung ditempatnya. Karena didepan lift mereka melihat Calief sedang memeluk pinggang seorang wanita.

“Kak—" Ucap Rara spontan. Sedangkan Renata hanya diam ditempat dengan wajah datar namun kedua tangannya terkepal kuat di samping tubuhnya. Tidak ada yang tahu emosi apa yang sedang dirasakan oleh gadis cantik itu.

“Ra, Rena!” ucap Calief dengan wajah kaget. Dia kemudian melepaskan tangannya dari pinggang wanita yang ada di sampingnya ketika menyadari arah tatapan dari kedua gadis di depannya. Namun saat dia kembali menoleh, pintu lift itu sudah tertutup dan lift perlahan mulai turun.

“Sial!” umpat Calief dengan keras menyadari kalau Rara dan Renata salah faham terhadap kejadian barusan. Dengan berlari laki-laki itu memutuskan untuk turun menggunakan tangga darurat. Calief tidak memperdulikan teriakan Sarah yang memanggilnya meminta penjelasan.

Meski bisa dipastikan setelah ini kakinya akan sakit, namun Calief tidak perduli. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya dia bisa sampai di lobby kantor duluan sebelum kedua gadis itu.

Dengan nafas yang tidak teratur dia berlari di lobby, namun sayang kedua gadis itu sudah tidak ada. Tidak patah semangat, Calief menelepon Renata sambil berlari menuju pintu lobby. Panggilannya tidak diangkat sama sekali, kemudian dia berganti menelepon Rara. Namun selaras dengan Renata, Rara juga tidak mengangkat panggilannya.

“Pak, lihat dua gadis lewat sini?” tanya Calief pada sang satpam.

“Baru saja keluar sambil lari Pak, saya tanya tadi juga tidak dijawab,” ucap Satpam itu sopan.

“Itu tadi beneran adik bapak semua?"

“Yang satu Adik saya, yang rambutnya digerai kekasih saya Pak” ucap Calief sambil menghela nafas panjang.

“Kekasih?” Tanya satpam itu bingung. “Bukannya calon istri Bapak itu Bu Sarah?” lanjut satpam lagi lirih.

“Siapa yang bilang?” tanya Calief dengan dingin.

“Anu ... maaf Pak sebelumnya, tapi bu Sarah sendiri yang bilang kalau Bapak calon suaminya,” ucap satpam itu tidak enak. “Pantas saja mbak nya tadi marah waktu saya bilang begitu," lirih nya seperti bergumam pada dirinya sendiri, namun masih saja terdengar di rungu Calief.

“Kamu bilang apa?” Tanya Calief dingin, wajahnya sudah merah padam menahan emosi. “Kamu bilang pada mereka kalau Sarah calon istri saya?” lanjut Calief lagi ketika tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Dengan takut-takut satpam itu mengangguk pelan.

“Brengsek!” umpat Calief dengan keras. Hendro yang untuk pertama kali melihat bos besarnya mengumpat hanya menunduk takut.

“Maaf Pak, saya benar-benar tidak tahu kalau mbak nya tadi kekasih bapak. Apalagi Bu Sarah mengaku kalau Bapak itu calon suaminya hampir ke semua karyawan kantor. Jadi saya pikir itu bukan hanya sekedar gosip,” jelas sang satpam lagi. Saat ini dia benar-benar takut dengan kemarahan sang atasan. Jangan sampai karena mulutnya yang lemes, pekerjaannya jadi melayang.

Calief tidak mengatakan apapun, hanya melirik tajam sang bawahan sambil berjalan menuju mobilnya. Tangannya tidak berhenti mengirim pesan dan mencoba menelepon sang kekasih. Tapi tidak ada yang dijawab sama sekali oleh Renata.

Hingga dia memutuskan untuk pulang ke rumah dulu, karena ini sudah hampir jam 12 malam. Selama perjalanan Calief tidak berhenti mencoba menghubungi Renata maupun sang adik. Calief menghela nafas panjang ketika panggilannya masih tidak dijawab. Tubuh dan otaknya sudah sangat lelah memikirkan pekerjaan di kantornya. Dan dia berharap setelah kembali ke rumah dia bisa melepas rindu lewat telepon dengan sang kekasih walau cuma sebentar. Namun angan hanya sebatas angan saja, karena nyatanya saat ini kekasihnya sedang marah karena salah paham padanya.

Sesampainya di rumah, Calief berjalan pelan memasuki rumahnya. Ketika dia memasuki ruang tengah, tiba-tiba—

“Surprise!”

—ada yang berteriak dan itu sukses membuat Calief terkejut. Ketika lampu sudah dinyalakan, Calief memperhatikan dengan seksama ruang tengahnya yang telah dihias untuk acara ulang tahun. Tak lupa kedua orang asisten rumah tangganya yang berdiri sambil membawa dua kue ulang tahun dengan ukuran cukup besar.

“Lo Pak, mbak Rara sama mbak Rena kemana?” tanya wanita paruh baya yang bernama Ratna, dia merupakan asisten rumah tangga Calief yang sudah ikut dengannya sejak lama.

“Rara? Rena?” tanya Calief bingung.

“Iya, ini semua yang menyiapkan mbak Rara sama mbak Rena Pak. Tadi katanya mau jemput Pak Calief ke kantor terus sekarang mereka kemana?Apa masih dibelakang?” Diingatkan tentang kedua gadis itu Calief menghela nafas panjang.

“Mereka pergi karena salah paham bik. Tolong ini semua dirapikan saja. Saya mau langsung istirahat, karena badan saya benar-benar lelah bik.” Ucap Calief sambil berlalu menuju kamarnya. Bahkan tanpa meniup lilin ulang tahunnya.

Sampai di kamarnya ponselnya berbunyi sekilas menandakan ada pesan yang masuk. Tanpa pikir panjang Calief langsung memeriksanya. Dan matanya melotot sempurna ketika ada pesan dari—

From : Sweety

Selamat ulang tahun Mas. Kita bicara besok di kantor kamu.

—kekasihnya.

^^^To : Sweetie^^^

^^^Kamu dimana sweetie?^^^

Tapi pesan itu tidak kunjung dibalas oleh Renata. Bahkan ketika Calief hendak meneleponnya nomor Renata sudah tidak aktif. Seperti nya gadis itu sengaja mematikan ponselnya.

“Sial, sial, sial!” ucap Calief sambil membanting ponselnya ke atas ranjang besarnya. Kekasihnya sudah jauh-jauh datang kemari, menyiapkan kejutan untuk ulang tahunnya, yang bahkan dia sendiri lupa. Tapi malah terjadi kesalahpahaman seperti ini. Calief sungguh menyesal. Andai saja dia tahu bahwa Renata akan datang, dia tidak akan lembur hari ini. Dia juga tidak akan terlalu membiarkan Sarah bersikap semaunya terhadap dirinya. Sepertinya mulai sekarang dia harus bertindak tegas kepada seluruh karyawan yang mulai bertindak berlebihan kepadanya.

TBC

Terpopuler

Comments

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

yaaaaah gatot deh💔💔💔

2021-02-05

0

Aas Kuningan

Aas Kuningan

sebel si calief murahan pisan mau aja di pegang 2 sama karyawan nya.. emosi aq thor

2021-01-23

0

Sitihasanah Titi

Sitihasanah Titi

udah rena cowok g tegas tuh si calief

2021-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Semuanya
2 Tamu Tak Diundang
3 Hari Penuh Kesialan
4 Pengkhianat
5 Teror
6 Ketenangan Sementara
7 Kesepakatan
8 Maaf dan Terima Kasih
9 Denial
10 Kejutan
11 Berbicara
12 Keributan
13 Hujan
14 Jangan Pergi
15 Beri Aku Sekeping Hatimu
16 Kedatangan Bunda
17 Mother and Daughter
18 Liburan
19 Ucapan Manis Ditengah Malam
20 Kejutan Spesial
21 Jawaban Renata
22 Lamaran
23 Sebuah Rahasia
24 Calon Mertua
25 Cemburu
26 Pengganggu
27 Masa Lalu yang Mengganggu
28 Kata Cinta yang Tertunda
29 I Love You
30 Acara Dadakan
31 Dia, Siapa?
32 Penjelasan
33 Perubahan Rencana
34 Rencana Renata
35 Bertemu
36 Berbagi Beban
37 Tetap Disampingku
38 Kenyataan
39 Pamitan
40 Firasat
41 Belahan Jiwa
42 Tangisan Renata
43 Duka
44 Deja Vu
45 Keributan
46 Tetap Setia
47 Bukan Akhir
48 Mengamuk
49 Alasan
50 Masa Lalu Ratih
51 Meyakinkan Calief
52 Rindu Mama
53 Hari Penuh Emosi
54 Kejutan dari Renata
55 Wedding Day
56 Suami
57 Larangan Calief
58 Takut
59 Honeymoon
60 First Night
61 Menghisap Madu
62 Beban
63 Sharing
64 Masalah yang Serupa
65 Keras Kepala
66 Keputusan Renata
67 Maaf
68 Obat Alami
69 Insiden Pagi
70 Terbuka
71 I Trust You
72 Ada Aku
73 Masalah lagi
74 Mengembalikan Semuanya
75 Kembali Dekat
76 Taruhan
77 Anugerah
78 Reuni Masa Lalu
79 Tangisan 3 Hati
80 Women's Talk in Night
81 Minta Izin
82 Keputusan Calief
83 Titipan Tuhan
84 Tanggung Jawab
85 Persahabatan
86 Agresif dan Sensitif
87 Mood Bumil
88 Pertemuan yang Tak Diharapkan
89 Kecelakaan
90 Kejadian Sebenarnya
91 Aku Memaafkan Kamu
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Awal Semuanya
2
Tamu Tak Diundang
3
Hari Penuh Kesialan
4
Pengkhianat
5
Teror
6
Ketenangan Sementara
7
Kesepakatan
8
Maaf dan Terima Kasih
9
Denial
10
Kejutan
11
Berbicara
12
Keributan
13
Hujan
14
Jangan Pergi
15
Beri Aku Sekeping Hatimu
16
Kedatangan Bunda
17
Mother and Daughter
18
Liburan
19
Ucapan Manis Ditengah Malam
20
Kejutan Spesial
21
Jawaban Renata
22
Lamaran
23
Sebuah Rahasia
24
Calon Mertua
25
Cemburu
26
Pengganggu
27
Masa Lalu yang Mengganggu
28
Kata Cinta yang Tertunda
29
I Love You
30
Acara Dadakan
31
Dia, Siapa?
32
Penjelasan
33
Perubahan Rencana
34
Rencana Renata
35
Bertemu
36
Berbagi Beban
37
Tetap Disampingku
38
Kenyataan
39
Pamitan
40
Firasat
41
Belahan Jiwa
42
Tangisan Renata
43
Duka
44
Deja Vu
45
Keributan
46
Tetap Setia
47
Bukan Akhir
48
Mengamuk
49
Alasan
50
Masa Lalu Ratih
51
Meyakinkan Calief
52
Rindu Mama
53
Hari Penuh Emosi
54
Kejutan dari Renata
55
Wedding Day
56
Suami
57
Larangan Calief
58
Takut
59
Honeymoon
60
First Night
61
Menghisap Madu
62
Beban
63
Sharing
64
Masalah yang Serupa
65
Keras Kepala
66
Keputusan Renata
67
Maaf
68
Obat Alami
69
Insiden Pagi
70
Terbuka
71
I Trust You
72
Ada Aku
73
Masalah lagi
74
Mengembalikan Semuanya
75
Kembali Dekat
76
Taruhan
77
Anugerah
78
Reuni Masa Lalu
79
Tangisan 3 Hati
80
Women's Talk in Night
81
Minta Izin
82
Keputusan Calief
83
Titipan Tuhan
84
Tanggung Jawab
85
Persahabatan
86
Agresif dan Sensitif
87
Mood Bumil
88
Pertemuan yang Tak Diharapkan
89
Kecelakaan
90
Kejadian Sebenarnya
91
Aku Memaafkan Kamu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!