Rasanya sangat menyebalkan ketika kita harus satu mobil dengan orang yang paling kita hindari. Dan itulah yang dirasakan oleh Renata saat ini. Selama di perjalanan Renata hanya diam seribu bahasa, dan membiarkan kedua orang didepannya mengobrol tanpa mau ikut menimpali. Bukannya Renata tidak tahu bahwa Calief kadang-kadang mencuri pandang lewat kaca spion mobil, tapi Renata memilih pura-pura tidak melihatnya.
"Kak Heppy stop, kita balik arah sekarang Kak!" Tiba-tiba Rara berseru dengan volume tinggi. Renata yang tidak tahu apapun menatap Rara dengan pandangan bingung.
"Kenapa mesti balik Ra? Lagi pula jalanan agak macet, kalau mau balik arah kita harus putar arah di jalan depan." Memang jalanan di kota Batu sedang padat-padatnya, apalagi ini adalah hari minggu yang merupakan hari libur sejuta umat.
"Mitha ... aku tadi lihat Mitha di depan sebuah Restoran Kak," ucap Rara dengan semangat.
"Kamu yakin itu Mitha, Ra?" Kali ini Renata ikut menimpali ucapan Rara.
"Yakin 100 % Ren. Aku tadi melihat Mitha masuk ke salah satu restoran di seberang jalan." Renata menatap lekat wajah serius sahabatnya, menghela nafas panjang akhirnya dia memutuskan percaya pada perkataan Rara.
"Oke, Kakak putar balik sekarang." Putus Calief akhirnya tanpa pikir panjang.
Setelah sampai di restoran yang diyakini Rara merupakan restoran yang dikunjungi Mitha, Renata langsung melangkah kedalam restoran dengan langkah pasti bersama Rara. Sedangkan Calief lebih memilih berjalan di belakang Renata.
Setelah memasuki restoran itu, Renata mulai menajamkan penglihatannya untuk mulai mencari keberadaan Mitha. Sampai akhirnya Renata menemukan sosok yang sangat dia kenal sedang duduk santai dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya. Mitha terlihat menikmati hidangan yang ada didepannya. Renata mulai menyipitkan matanya, ketika mendapati bahwa sang sahabat sedang bersama seorang laki-laki.
Renata mencoba memfokuskan pandangannya kearah sudut restoran dimana Mitha duduk dengan santai. Matanya langsung melotot sempurna ketika menyadari siapa laki-laki yang sedang bersama Mitha. Dia adalah Derry Prasagi. Melihat itu seketika membuat emosi Renata merambat naik. Bagaimana bisa sahabatnya itu tersenyum lepas dengan kekasih barunya, sementara meninggalkan bencana untuk dirinya. Belum lagi Mitha bahkan rela mengabaikan semua pesan dan panggilannya lewat telepon.
Sambil berjalan menuju meja yang diduduki sang sahabat, Renata terus merapal kan doa didalam hati semoga dirinya diberi kesabaran ekstra untuk menghadapi sang sahabat yang sedang menggila karena cinta semusim nya itu.
"Hai Mi ... long time no see?" sapa Renata dengan suara yang sangat lembut berbanding terbalik dengan wajahnya yang sudah merah padam karena menahan emosi, dan jangan lupakan tatapannya yang tajam. Mungkin kalau tatapan Renata adalah sebuah laser, bisa dipastikan wajah Mitha akan bolong karena dipandang setajam itu.
Mendengar namanya dipanggil Mitha langsung spontan menoleh. Dan matanya melotot sempurna ketika menyadari yang memanggilnya adalah Renata, yang terlihat siap mengamuk. Apalagi Mitha juga menemukan ada Rara dan mantan kekasihnya dibelakang Renata.
"H-hai Ren ...." Jawab Mitha dengan terbata, jangan lupakan wajahnya yang langsung pias ketika melihat Renata. Bahkan saat ini Mitha lebih rela bertemu hantu dari pada bertemu sang sahabat yang sedang menahan emosi.
"Ck ... sibuk banget ya Mi, sampai-sampai kamu enggak bisa menjawab telepon ku?" tanya Renata tanpa menyembunyikan nada sinis nya.
"O-oh itu ... itu ... anu Ren ... Aku tadi nyetir jadi enggak sempat cek ponsel sama sekali. Jadi maaf kalau tadi kamu telepon aku belum bisa menjawabnya," ucap Mitha sambil menundukkan wajahnya. Renata hanya mendengus keras ketika mendengar alasan sang sahabat.
"Tapi—" Kata-kata Renata terhenti ketika ada yang menepuk pundaknya pelan. Renata spontan menoleh, dan menemukan Rara yang tersenyum garing kearahnya.
"Jangan emosi Ren, ini tempat umum. Kita bicarakan masalah ini baik-baik. Kamu enggak mau jadi viral gara-gara masalah cowok kan? Lebih baik sekarang kita duduk dulu dan bicara pakai kepala dingin." Bujuk Rara pada sang sahabat yang masih terlihat emosi.
Renata menghembuskan nafas panjang untuk mengurangi emosi dalam dirinya. Apa yang diucapkan Rara ada benarnya, dirinya harus tetap tenang dan berpikir dengan kepala dingin agar mendapatkan solusi terbaik.
"Aku mau bicara empat mata sama Mitha bisa?" tanya Renata akhirnya setelah merasa emosinya sudah mulai terkontrol. Tidak ada jawaban dari orang-orang yang ada di dekatnya, tapi tanpa disuruh mereka bertiga pergi kemeja lain yang agak jauh. Dan memberikan waktu kepadanya dan Mitha untuk berbicara.
Renata langsung duduk didepan Mitha, menggantikan tempat yang tadi sempat diduduki oleh Derry.
"Sekarang tolong cerita yang sebenarnya Mi, kenapa aku jadi terseret ke dalam masalah cinta rumit kalian bertiga?" tanya Renata to the point.
Mitha mengangkat wajahnya yang sudah sejak tadi menunduk dan memandang Renata dengan mata yang berkaca-kaca. Renata bisa melihat tatapan penuh penyesalan dalam bola mata sang sahabat.
Tanpa pikir panjang Mitha mulai membuka mulutnya dan menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dia bercerita mulai dari awal perkenalannya dengan Derry hingga menjadi pacarnya. Bagaimana dia ketahuan selingkuh hingga minta putus dengan Calief. Dan syarat gila Calief agar dia mau menyetujui ajakan putus Mitha. Selesai bercerita air mata Mitha jatuh tanpa bisa dicegah, membasahi pipi mulusnya.
"Maafin aku Ren, ini semua diluar kendaliku. Aku benar-benar enggak nyangka kalau keisengan aku bisa berbuntut panjang seperti ini." Ucap Mitha sambil terisak.
"Kamu pengkhianat Mitha, kamu mengorbankan aku demi kebahagiaan kamu sendiri. Kamu benar-benar sahabat terbaik." Ucap Renata sambil memandang Mitha dengan raut kecewa.
"Maaf Ren, kamu tahu Calief selama ini seperti apa kan? Aku sudah capek dengan dia yang cuek. Aku capek berjuang sendiri dalam hubungan ini. Aku merasa hanya aku yang mencintai dalam hubungan ini, sedangkan Calief tidak," setelah mengatakan itu Mitha malah semangat terisak.
"Kalau kamu capek kamu tinggal minta putus baik-baik sama dia Mitha. Kenapa harus selingkuh segala hah?" tanya Renata emosi.
"Maaf Ren ...." Lirih Mitha sambil menunduk. Renata memijit pangkal hidungnya untuk mengurangi sakit kepala akibat masalah dadakan yang dihadapinya hari ini. Dia masih ingin menyalurkan emosinya kepada sang sahabat, tapi ketika melihat Mitha yang menangis tersedu-sedu didepannya entah kenapa membuat emosinya sedikit berkurang. Dia menjadi tidak tega.
"Ck ... udah jangan menangis terus Mi, kita dilihat orang-orang yang ada disini. Kalau memang benar yang kamu bilang Mas Calief enggak perduli sama kamu, kenapa dia minta syarat konyol itu untuk putus dari kamu? Kenapa kamu langsung bilang iya saat Mas Calief minta sarat itu. Aku ini sahabat kamu lo Mi, kamu enggak apa-apa bila suatu saat aku beneran jadi kekasihnya?"
"Aku enggak tahu apa alasan pasti Calief yang sebenarnya Rena. Tapi jika kamu benar-benar memutuskan menjalin hubungan dengan Calief, aku tidak masalah. Karena aku sudah benar-benar lelah berjuang sendirian Ren. Kamu tahu kan dulu aku yang mengejar dan meminta Calief supaya mau jadi pacarku. Benar aku berhasil buat dia jadi pacarku, tapi selama hubungan kami rasanya hampa Ren. Aku merasa dia enggak pernah memberikan hatinya buat aku walau sekeping pun Ren." Mitha menatap Renata sambil tersenyum sendu. Sedangkan Renata hanya diam saja, karena yakin sang sahabat masih ingin melanjutkan kata-kata nya.
"Dan ketika dia minta kamu sebagai syarat agar aku putus sama dia, aku bilang iya bukan tanpa sebab Ren. Aku bisa melihat dia tertarik sama kamu lewat tatapan matanya."
"Enggak mungkin Mi, lagi pula kamu bukan pembaca ekspresi jadi jangan sok tahu!"
"Aku memang tidak belajar bagaimana membaca ekspresi Ren, tapi aku sudah bersamanya selama dua tahun. Jadi sedikit banyak aku bisa memahami gestur tubuh Calief," ucap Mitha sambil menghapus air matanya. Renata diam tidak menanggapi. Mitha kemudian memberanikan diri menggenggam tangan Renata yang ada di atas meja.
"Percaya sama aku Ren, cobalah terima Calief! Aku jamin kamu akan bahagia. Aku juga ingin dia bisa bahagia Ren, walaupun enggak sama aku. Aku sayang sama kamu dan Calief. Aku benar-benar minta maaf karena melibatkan kamu dalam masalah ini, tapi demi Tuhan aku enggak ada niat jahat sama kamu sedikitpun. Setelah ini tolong jangan berubah sama aku." Ucap Mitha dengan tatapan memohon.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jujuk Jujuk
cinta Heppy ke Renata.
2021-07-26
0
Aestech
relate sih ini, ketika bersama seseorang selama bertahun tahun pasti bakalan kenal sama setiap kebiasaan gestur tubuh dan gaya bicaranya
2021-01-21
0
soenaryati
harusnya mitha mundur jangan selingkuh. klu yg diceritakan mirha benar. berarti heppy naksir renata
2020-12-31
1