Maaf dan Terima Kasih

Renata merasa perjalanan pulang kali ini terasa sangat lama. Padahal jarak dari Kediri Town Square sampai rumah kontrakannya tidak lebih dari 10 km. Selama perjalanan pun tidak ada obrolan apapun antara dirinya dengan Calief, karena dirinya lebih memilih menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil dan memejamkan mata. Pura-pura tidur adalah cara terbaik menghindari orang yang tidak ingin dia ajak bicara.

Renata memang dalam keadaan sadar ketika menerima ajakan Calief untuk menjalani sebuah hubungan, namun dalam hatinya dia masih ragu apakah keputusannya kali ini benar atau tidak. Berbagai analisis muncul di otak cantiknya, seperti berapa lama hubungan ini akan bertahan. Atau akan seperti apa hubungan ini berjalan ke depannya.

Sebenarnya Renata ingin menolak saja ajakan Calief tadi karena benar-benar tidak ingin terikat dengan siapapun. Namun mengingat sikap pemaksa dan pantang menyerah dari laki-laki yang berada disampingnya ini, Renata mengurungkan niatnya. Dirinya tidak ingin pusing tujuh keliling karena selalu diteror dan ditekan oleh Calief dari segala sisi. Meskipun berat, Renata memutuskan akan menjalani komitmen barunya ini. Walaupun dirinya sendiri tidak tahu akan seperti apa hubungan mereka kedepannya. Dan berapa lama hubungan ini akan berjalan.

Meskipun Calief bilang tertarik padanya, namun Renata masih menganggap bahwa Calief hanya sebatas penasaran padanya. Mungkin dirinya harus bersabar sedikit sampai Calief memenuhi rasa penasarannya dan mulai merasa bosan dengan hubungan ini. Yang harus Renata pastikan adalah hatinya tetap pada tempatnya, tidak bergeser sedikitpun untuk laki-laki yang menjalin komitmen dengannya kini.

Renata membuka matanya ketika Calief membangunkannya. Dirinya mengerjapkan matanya pelan, mencoba berakting senatural mungkin. Ketika matanya terbuka, hal pertama yang Renata lihat adalah halaman rumah kontrakannya. Namun dia langsung mengernyitkan keningnya, ketika menyadari ada sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah.

“Mobil siapa? Apa Rara ada tamu?” Gumam Renata pelan seakan bertanya kepada dirinya sendiri, namun suaranya masih tertangkap oleh telinga Calief.

“Itu mobil Dery,” jawab Calief dengan santai.

“Dari mana Mas Calief tahu?” tanya Renata sambil memandang heran kearah Calief.

“Coba kamu perhatikan plat nomor mobil itu!” perintah Calief sambil menunjuk dengan dagunya plat nomor mobil didepannya, yang langsung dipatuhi oleh Renata. Matanya langsung memindai bagian belakang mobil yang bertuliskan D 3 R 1. Renata yakin nomor plat mobil itu pasti dipesan khusus oleh sang pemilik walaupun harus merogoh kocek lebih. Namun mengingat latar belakang keluarga Dery, Renata yakin masalah uang tidak akan menjadi masalah untuknya.

Yang menjadi pertanyaan dibenak Renata, untuk apa Dery datang ke kontrakannya. Kalau Dery ada disini kemungkinan besar sahabat sekaligus mantan kekasih dari laki-laki yang ada disampingnya juga berada disini. Tidak mau semakin penasaran, Renata langsung melepas sabuk pengamannya dan berniat akan langsung turun. Namun Renata spontan menoleh kearah Calief ketika tangannya ditahan Calief saat akan membuka pintu.

“Tunggu di sini dulu!” perintah Calief tidak ingin dibantah. Karena malas berdebat Renata hanya diam saja tanpa menjawab.

Calief terlihat langsung turun dari mobil. Kemudian dia berjalan memutar menuju kursi penumpang yang diduduki Renata dan membukakan pintu mobil Renata tanpa di suruh. Suatu tindakan kecil yang membuat Renata terpaku ditempatnya. Karena Renata tahu selama menjalin hubungan dengan sahabatnya, Calief tidak pernah berlaku semanis ini. Calief itu laki-laki paling cuek yang pernah Renata kenal. Walaupun saat ini wajah Renata masih terlihat datar, namun dirinya tidak bisa menampik ada desiran halus di dadanya yang dia rasakan karena tindakan Calief ini.

"Wah-wah berasa nonton film secara langsung." Suasana romantis itu rusak saat suara cempreng Rara menginterupsi. Hal itu juga yang mengembalikan jiwa Renata dari lamunannya. Renata langsung turun dari mobil dan menatap Rara dengan malas.

“Siapa tamunya Ra?” tanya Renata untuk basa basi.

“Dery sama Mitha, kebetulan Mitha mau pulang ke Pacitan jadi sekalian mampir katanya kangen kamu.” Renata menghela nafas panjang ketika mendengarkan penjelasan Rara.

Sejak kejadian di Malang waktu itu, Renata memang belum pernah bertemu dengan Mitha lagi. Berhubungan lewat ponsel pun tidak pernah. Karena Renata tidak pernah menggubris semua panggilan telepon atau pesan dari Mitha, padahal sudah tidak terkira berapa banyaknya pesan atau panggilan tak terjawab yang masuk ke ponselnya. Bukan karena dirinya masih marah, namun Renata hanya membutuhkan waktu untuk berpikir sejenak tanpa intervensi dari manapun. Karena demi Tuhan, rasa sayang Renata untuk ketiga sahabatnya melebihi apapun. Bahkan bisa melunturkan amarahnya dalam sekejap.

Renata melangkah santai memasuki rumah kontrakannya, dengan Calief yang berjalan di sampingnya. Dia hanya menemukan Dery yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Dery langsung meletakkan ponselnya ketika menyadari kedatangan Renata dan Calief. Mereka berbasa-basi sebentar, dan tanpa perlu diminta Dery menjelaskan kalau Mitha sedang ke toilet.

Renata kemudian meminta ijin untuk mengganti pakaiannya, karena dia merasa kurang nyaman dengan pakaian yang dikenakannya sekarang. Setelah kepergian Renata, Calief dan Dery tampak mengobrol santai meskipun obrolan didominasi oleh Dery karena memang Calief tipikal laki-laki yang irit dalam berbicara. Meskipun jaraknya semakin jauh, Renata masih bisa mendengar sekilas pembicaraan kedua laki-laki itu. Dia hanya menggelengkan kepalanya pelan karena tidak habis pikir, bagaimana mungkin kedua laki-laki itu bisa duduk dengan santai padahal pernah berkonflik gara-gara seorang wanita. Apakah semua laki-laki akan seperti mereka, padahal kalau itu terjadi pada wanita, Renata yakin akan membutuhkan waktu lama untuk berbaikan setelah berdebat masalah laki-laki.

Hanya butuh sekitar 10 menit bagi Renata untuk menyelesaikan segala keperluannya. Walaupun dirinya agak kurang nyaman dengan kehadiran 3 orang asing di rumah kontrakannya, namun Renata tidak ingin bersikap tidak sopan dengan tidak menemui mereka. Apalagi saat ini salah satu dari orang asing itu, telah mengeklaim dirinya sebagai kekasih. Ketika Renata membuka pintu hendak keluar, ternyata Mitha sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Renata menaikan satu alisnya memandang sang sahabat yang nampak kikuk di depannya.

“Ren, bisa kita bicara berdua?” tanya Mitha yang sedang berdiri tidak nyaman di depannya. Renata hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan menyingkirkan tubuhnya agar Mitha bisa masuk ke kamarnya. Walaupun tanpa suara, secara tidak langsung Renata mengajak Mitha berbicara didalam kamarnya.

Setelah menutup pintu, Mitha berjalan mendekati Renata yang saat ini sudah duduk di kursi yang biasanya digunakan Renata untuk belajar. Mitha berdiri didepan Renata, agar mereka bisa berbicara sambil berhadapan.

“Ren apa kamu masih marah sama aku? Sampai kamu enggak mau angkat telepon atau membalas pesan ku?” tanya Mitha dengan suara lirih, matanya mulai berkaca-kaca memandang sahabatnya yang sejak tadi belum bersuara sama sekali. Setelah kejadian di Malang itu, Mitha benar-benar tertekan ketika Renata tidak menggubris sama sekali panggilan atau pesan nya. Dia merasa sangat bersalah dan menyesal kepada sang sahabat. Mitha benar-benar tidak ingin kehilangan ketiga sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudaranya selama ini.

"Duduk Mi, aku enggak mau leher aku sakit karena harus mendongak terus saat bicara sama kamu." Ucap Renata setelah menghela nafas panjang. Mitha yang mendengarnya segera duduk di pinggir ranjang Renata.

"Rena," ucapnya lirih. Air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi ketika mendengar suara sang sahabat.

“Aku nggak marah sama kamu Mi, kemaren aku hanya butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Maaf kalau sikap ku membuat kamu salah faham.” Jawab Renata lembut. Wajahnya sudah tidak sedatar tadi.

“Jangan minta maaf karena kamu enggak salah, aku yang salah Ren.” Jawab Mitha sambil sesegukan. Air matanya meluncur semakin deras membasahi pipi mulusnya.

“Enggak ada yang perlu disalahkan Mi, aku sudah mencoba berdamai dengan keadaan. Aku mencoba mengikuti arus yang mengalir. Tapi Mi aku mau tanya sesuatu sama kamu.”

“Apa?” tanya Mitha cepat.

“Soal Mas Calief, apa kamu benar-benar sudah bisa melupakan dan merelakan dia buat orang lain?” tanya Renata hati-hati.

“Aku enggak bisa merelakan dia buat orang lain Ren ....” Mitha menatap sang sahabat dengan serius meski air matanya belum mau berhenti menetes. Renata jelas terkejut mendengar apa yang diucapkan Mitha.

Apa Mitha bermaksud ingin kembali lagi dengan Mas Calief? tanya Renata dalam hati.

Melihat ekspresi sang sahabat yang tampak kaget, Mitha hanya terkekeh pelan sebelum melanjutkan ucapannya “Tapi aku bakal merelakan dia buat kamu, kamu jangan kaget gitu dong Ren."

Sialan. Renata mendengus kesal ketika sadar dirinya dikerjai oleh sang sahabat.

“Aku cuma mau meyakinkan diri aku Mi, agar aku tidak salah dalam mengambil keputusan. Kalau kamu memang masih menginginkan Mas Calief bilang sekarang. Karena ketika nanti dia sudah menjadi milikku sepenuhnya, kamu enggak akan bisa merebutnya.” Renata menatap sang sahabat dengan serius. Meskipun dia tidak yakin hubungannya dengan Calief akan seperti apa kedepannya, namun ketika dia sudah memutuskan berkomitmen menjalani sebuah hubungan, Renata ingin hubungan itu berjalan sesuai jalur. Dia tidak ingin ada konflik dikemudian hari dengan sang sahabat hanya gara-gara seorang laki-laki. Mitha kemudian memegang kedua tangan Renata sambil tersenyum tulus.

“Kamu bisa tenang Ren, aku benar-benar sudah mengikhlaskan Calief. Aku mau dia bahagia juga Rena, meskipun enggak sama aku. Selama ini aku terlalu egois. Karena aku sadar aku sudah membuat Calief menderita dengan mengikatnya dalam hubungan yang tidak diinginkannya selama ini. Terima kasih Ren, kamu sudah mau menerima Calief. Aku bisa melihat dia lebih hidup dari pancaran matanya."

“Apa kamu bahagia sama Dery?” Tanya Renata lagi, dan dari mata sang sahabat yang berbinar ketika nama Dery disebut, Renata yakin saat ini Mitha benar-benar jatuh cinta dengan teman semasa SMP nya itu.

“Sangat Ren, dia laki-laki istimewa. Lelaki yang mau menerima aku apa adanya dan sabar dalam menghadapi semua sikapku." Renata kembali memandang Mitha lekat, mencoba mencari kebohongan di setiap kata yang diucapkan sahabatnya itu. Tapi lewat matanya, Renata menjadi yakin bahwa Mitha benar-benar sudah move on.

TBC

Terpopuler

Comments

Aas Kuningan

Aas Kuningan

lanjut thor

2021-01-23

0

soenaryati

soenaryati

moga mitha bahagia sam dery

2020-12-31

0

meme

meme

semangat kak
aku mampir sampai sini dulu
ditunggu feedbcknya💪🥰

2020-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Semuanya
2 Tamu Tak Diundang
3 Hari Penuh Kesialan
4 Pengkhianat
5 Teror
6 Ketenangan Sementara
7 Kesepakatan
8 Maaf dan Terima Kasih
9 Denial
10 Kejutan
11 Berbicara
12 Keributan
13 Hujan
14 Jangan Pergi
15 Beri Aku Sekeping Hatimu
16 Kedatangan Bunda
17 Mother and Daughter
18 Liburan
19 Ucapan Manis Ditengah Malam
20 Kejutan Spesial
21 Jawaban Renata
22 Lamaran
23 Sebuah Rahasia
24 Calon Mertua
25 Cemburu
26 Pengganggu
27 Masa Lalu yang Mengganggu
28 Kata Cinta yang Tertunda
29 I Love You
30 Acara Dadakan
31 Dia, Siapa?
32 Penjelasan
33 Perubahan Rencana
34 Rencana Renata
35 Bertemu
36 Berbagi Beban
37 Tetap Disampingku
38 Kenyataan
39 Pamitan
40 Firasat
41 Belahan Jiwa
42 Tangisan Renata
43 Duka
44 Deja Vu
45 Keributan
46 Tetap Setia
47 Bukan Akhir
48 Mengamuk
49 Alasan
50 Masa Lalu Ratih
51 Meyakinkan Calief
52 Rindu Mama
53 Hari Penuh Emosi
54 Kejutan dari Renata
55 Wedding Day
56 Suami
57 Larangan Calief
58 Takut
59 Honeymoon
60 First Night
61 Menghisap Madu
62 Beban
63 Sharing
64 Masalah yang Serupa
65 Keras Kepala
66 Keputusan Renata
67 Maaf
68 Obat Alami
69 Insiden Pagi
70 Terbuka
71 I Trust You
72 Ada Aku
73 Masalah lagi
74 Mengembalikan Semuanya
75 Kembali Dekat
76 Taruhan
77 Anugerah
78 Reuni Masa Lalu
79 Tangisan 3 Hati
80 Women's Talk in Night
81 Minta Izin
82 Keputusan Calief
83 Titipan Tuhan
84 Tanggung Jawab
85 Persahabatan
86 Agresif dan Sensitif
87 Mood Bumil
88 Pertemuan yang Tak Diharapkan
89 Kecelakaan
90 Kejadian Sebenarnya
91 Aku Memaafkan Kamu
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Awal Semuanya
2
Tamu Tak Diundang
3
Hari Penuh Kesialan
4
Pengkhianat
5
Teror
6
Ketenangan Sementara
7
Kesepakatan
8
Maaf dan Terima Kasih
9
Denial
10
Kejutan
11
Berbicara
12
Keributan
13
Hujan
14
Jangan Pergi
15
Beri Aku Sekeping Hatimu
16
Kedatangan Bunda
17
Mother and Daughter
18
Liburan
19
Ucapan Manis Ditengah Malam
20
Kejutan Spesial
21
Jawaban Renata
22
Lamaran
23
Sebuah Rahasia
24
Calon Mertua
25
Cemburu
26
Pengganggu
27
Masa Lalu yang Mengganggu
28
Kata Cinta yang Tertunda
29
I Love You
30
Acara Dadakan
31
Dia, Siapa?
32
Penjelasan
33
Perubahan Rencana
34
Rencana Renata
35
Bertemu
36
Berbagi Beban
37
Tetap Disampingku
38
Kenyataan
39
Pamitan
40
Firasat
41
Belahan Jiwa
42
Tangisan Renata
43
Duka
44
Deja Vu
45
Keributan
46
Tetap Setia
47
Bukan Akhir
48
Mengamuk
49
Alasan
50
Masa Lalu Ratih
51
Meyakinkan Calief
52
Rindu Mama
53
Hari Penuh Emosi
54
Kejutan dari Renata
55
Wedding Day
56
Suami
57
Larangan Calief
58
Takut
59
Honeymoon
60
First Night
61
Menghisap Madu
62
Beban
63
Sharing
64
Masalah yang Serupa
65
Keras Kepala
66
Keputusan Renata
67
Maaf
68
Obat Alami
69
Insiden Pagi
70
Terbuka
71
I Trust You
72
Ada Aku
73
Masalah lagi
74
Mengembalikan Semuanya
75
Kembali Dekat
76
Taruhan
77
Anugerah
78
Reuni Masa Lalu
79
Tangisan 3 Hati
80
Women's Talk in Night
81
Minta Izin
82
Keputusan Calief
83
Titipan Tuhan
84
Tanggung Jawab
85
Persahabatan
86
Agresif dan Sensitif
87
Mood Bumil
88
Pertemuan yang Tak Diharapkan
89
Kecelakaan
90
Kejadian Sebenarnya
91
Aku Memaafkan Kamu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!