“Hai sweetie.” Setelah berhasil membuat Renata syok dengan dua kata itu, dengan santainya Calief duduk di samping Renata sambil menatap gadis yang akan dia jadikan pacar itu.
"Kenapa? Kamu senang banget Mas disini sampai tidak bisa mengalihkan pandangan kamu dari Mas?" tanya Calief sambil menyangga dagunya dengan satu tangan.
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Renata sadar akan kelakuannya yang memalukan sejak tadi. Dia hanya sedang berpikir dari mana laki-laki di sampingnya ini tahu kalau dia berada ditempat ini, sementara dia merasa tidak memberi tahu apapun. Saat satu pemikiran melintas di otaknya, Renata hanya mendengus jengah.
Renata kemudian menatap tajam Rara, yang tetap makan dengan lahap dan tidak terpengaruh kejadian barusan. Hal itu semakin membuat Renata yakin bahwa dirinya sudah masuk jebakan dua kakak beradik ini. Siapa lagi otak dibalik kejadian ini kalau bukan sahabat baiknya yang super ajaib itu. Pantas saja Rara sangat memaksa mengajak makan diluar. Renata juga bingung, entah Rara dapat kompensasi berapa dari kakak sepupunya itu, sampai mau mengorbankan sahabatnya seperti ini.
Ketika tanpa sengaja Rara menatap sang sahabat yang wajahnya berubah keruh, dia hanya nyengir dan mengalihkan pandangannya kepada sang kakak sepupu yang masih setia memandang gadis yang duduk disampingnya dengan mata tajamnya.
“Kak ayo dimakan. Aku udah pesan menu yang Kakak mau, tenang aja hari ini Rena yang traktir jadi kita bisa makan sepuasnya. Mandang Rena nya dilanjutkan nanti. Mandang Rena lama-lama hanya buat hati Kakak yang kenyang, tapi perut tetap kelaparan." Ucap Rara santai dengan nada menggoda kepada sang kakak sepupu. Sementara Calief hanya tersenyum tipis melihat keusilan sang adik.
Renata hanya diam saja sambil melihat piring makanan yang isinya baru berkurang setengahnya. Dia benar-benar tidak mood lagi untuk memakan makanan yang ada didepannya, padahal rasanya sangat enak.
Tuhan kenapa aku punya sahabat macam ini, batin Renata. Kalau tidak ingat tempat, Renata pasti akan langsung mencecar sang sahabat dengan banyak pertanyaan. Kalau tidak ingat persahabatan mereka yang terjalin sejak kecil, Renata ingin sekali memberi pelajaran pada Rara. Kalau perlu Rara akan dia masukkan ke dalam karung kemudian akan dia kirim ke Kutub Selatan biar berteman dengan pinguin di sana.
“Kenapa berhenti makannya?” pertanyaan yang berasal dari sebelahnya, menyadarkan Renata dari niat jahat untuk membalas Rara. Renata hanya melirik sekilas laki-laki yang ada di sampingnya. Bagaimana dia bisa makan kalau ada Calief yang duduk dengan santai disampingnya. Terkadang Renata bingung, apa laki-laki yang duduk disampingnya ini memiliki tingkat kepekaan yang sangat rendah sampai tidak bisa membaca situasi kalau orang yang ada disampingnya tidak nyaman dengan keberadaannya.
“Aku sudah kenyang.” Jawab Renata berbohong. Renata benar-benar malas berdebat dengan Calief saat ini. Yang dia inginkan adalah cepat-cepat pergi dari tempat ini.
"Nggak baik membuang-buang makanan, apa perlu Mas suapi agar makanan kamu tidak bersisa?" tanya Calief dengan nada serius. Membuat Renata langsung menggeleng tegas. Apa dikira dirinya anak kecil sampai harus disuapin segala, gerutu Renata dalam hati.
"Kalau begitu habiskan Rena!" lanjut Calief dengan nada tegas. Bagai kerbau yang di cocok hidungnya, Renata langsung melakukan perintah Calief. Sekarang Renata merasa aura Calief berubah seperti ayahnya. Sehingga apapun yang dikatakan tidak bisa ditolak oleh Renata.
Meja itu hanya diisi oleh suara obrolan Rara dan Calief sampai makanan mereka habis. Namun sekarang Renata terpaksa harus duduk berdua dengan Calief saja, karena Rara meninggalkannya dengan alasan ingin berbelanja dulu. Sahabatnya itu benar-benar minta dipecat jadi sahabat.
Bagi Renata duduk berdua dengan Calief lebih mendebarkan dari pada harus menghadapi dosen penguji yang killer. Karena membangun komunikasi dengan dosen bisa dipelajari dari materi yang akan disampaikan. Akan tetapi membangun komunikasi dengan seorang Calief, Renata bingung mau membahas soal apa. Mendadak otaknya kosong, sehingga yang dilakukan sejak tadi hanya mengaduk-aduk minumannya yang sudah hampir habis.
“Jadi kamu sudah ambil keputusan?” tanya Calief dengan mimik wajah serius guna memecah keheningan diantara mereka. Renata menghela nafas panjang sebelum mengangkat pandangannya guna menatap seraut wajah menawan yang ada disampingnya.
Renata memperhatikan wajah Calief dengan seksama, tidak ada yang salah dari laki-laki ini. Calief termasuk laki-laki yang memiliki ketampanan di atas rata-rata dan Renata tidak memungkirinya. Selain itu Calief juga termasuk golongan laki-laki yang sudah mapan, karena di usianya yang sekarang dia sudah memiliki usaha sendiri di bidang properti. Jarak usia mereka berdua pun hanya terpaut 5 tahun. Jarak ideal untuk menjadi pasangan menurut Renata, karena Calief jauh lebih dewasa sehingga bisa membimbingnya. Namun melihat alasan mereka harus menjalani hubungan, membuat Renata menjadi ragu.
"Berapa lama?" akhirnya Renata bersuara setelah berdiam beberapa saat. Mendengar pertanyaannya dijawab dengan pertanyaan juga, membuat Calief mengernyit bingung
"Apanya?"
"Rencana Mas buat jadiin aku kekasih, bukannya aku pengganti Mitha?"
"Sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dan Mas tekankan sekali lagi Renata, kamu bukan pengganti siapapun." Ucap Calief dengan nada tegas. Renata menatap mata Calief yang menatapnya intens, dia mencoba mencari kebohongan dari perkataan laki-laki disampingnya ini. Tapi selama apapun Renata melakukannya, dia hanya menemukan kesungguhan dari pancaran mata Calief.
“Jujur aku bingung Mas, sebenarnya apa yang membuat Mas Calief ngotot pengen menjalin hubungan sama aku? Enggak mungkin cuma karena aku terkait dengan perselingkuhan Mitha kan? Apa ini ada hubungannya dengan ego Mas yang terluka karena diselingkuhi Mitha atau Mas lagi membutuhkan pelampiasan?” Mendengar pertanyaan Renata yang terlihat frustasi, mata Calief langsung menatap Renata tajam.
“Hilangkan pikiran buruk itu dari kepala cantikmu Renata!" jawab Calief dengan dingin. "Mas menginginkan kamu, karena Mas memang tertarik dengan kamu. Apa salahnya kalau Mas ingin mencoba menjalin hubungan dengan kamu selagi kita berdua tidak terikat dengan siapapun?" lanjut Calief lagi.
"Tidak ada yang salah kalau Mas tertarik dan berniat menjalin hubungan sama aku. Dan nggak salah juga kan kalau aku nolak mas Calief ?" tanya Renata dengan alis terangkat satu.
"Kenapa kamu nolak Mas?"
"Karena hubungan itu bisa terjadi minimal harus ada ketertarikan dua belah pihak Mas. Sedangkan kita cuma satu pihak yang tertarik." Mendengar jawaban Renata, Calief mengangkat sudut bibirnya sedikit.
"Sekarang kamu tatap mata Mas, dan bilang kamu tidak tertarik sama sekali dengan Mas. Minimal tertarik secara fisik.” Renata diam tidak bisa menjawab pertanyaan Calief, dan tidak bisa melakukan perintah Calief juga. Karena seperti yang Renata bilang, Calief itu tipe laki-laki idaman baik secara fisik maupun finansial. Tapi tampilan fisik tidak menjamin kebaikan perilaku seseorang bukan, ditambah pengkhianatan yang pernah diterimanya membuat Renata sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Namun keterdiaman Renata yang sedang berpikir, diartikan lain oleh Calief.
“Kamu diam, Mas anggap kamu sebenarnya juga tertarik kepada Mas. Jadi ketertarikan kita bukan satu arah.” Calief tersenyum menang.
“Tung-tunggu," sela Renata sambil terbata setelah menyadari kebodohannya. "Oke, secara tampilan fisik Mas Calief memang menarik. Dan aku rasa bukan hanya aku yang akan tertarik melihat tampilan fisik Mas. Tapi Mas jangan lupa, dalam sebuah hubungan, kita membutuhkan lebih dari sebuah rasa ketertarikan secara fisik. Maksud aku rasa cinta.” Renata masih mencoba berargumentasi, karena tidak mau kalah.
“Cinta bisa datang seiring berjalannya waktu karena kita terbiasa bersama Rena. Dan bukannya cinta itu berawal dari sebuah rasa ketertarikan? Berarti kita sudah ditahap awal rasa cinta kan? Apakah kata-kata Mas salah?” Renata hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dia mengakui bahwa apa yang dikatakan Calief ada benarnya. Sepertinya dia salah memilih lawan debat, karena apapun kata-kata yang dia ucapkan Calief bisa menjawabnya dengan tepat.
“Aku punya 2 syarat kalau Mas Calief benar-benar ingin menjadi kekasihku,” jawab Renata akhirnya, ketika dia sudah tidak menemukan alasan yang tepat lagi untuk menolak laki-laki didepannya. Calief hanya mengangkat satu alisnya tanpa menyela ucapan Renata.
“Yang pertama jangan sampai ada wanita lain dalam hubungan ini, karena aku benci diselingkuhi. Kalau memang suatu saat Mas Calief menemukan wanita yang bisa membuat Mas jatuh cinta beneran, tolong bilang baik-baik. Aku bakalan lepasin Mas." Calief terkekeh pelan mendengar kata-kata Renata. Untuk sesaat Renata melupakan apa yang ingin dia sampaikan karena melihat tawa Calief. Indah. Selama ini Renata memang jarang melihat Calief tersenyum, apalagi tertawa seperti ini.
“Deal, tapi Mas bisa jamin tidak akan ada wanita lain. Dan Mas ingin itu juga berlaku untuk kamu Renata.Tapi kalau kamu menemukan laki-laki lain, kamu tetap tidak akan Mas lepas Rena, because your're mine. Jadi jangan pernah mencari laki-laki lain!” ucap Calief serius dengan mata yang menatap tajam lawan bicaranya. Mendengar ucapan Calief pipi Renata menjadi terasa panas. Jangan mudah baper Renata.
“Ekhm,”Renata berdeham sebentar untuk menghilangkan kegugupan yang mulai menyelimutinya. “Yang kedua kita pacaran dengan caraku!” lanjut Renata lagi.
“Pacaran dengan cara kamu? Maksudnya gimana?" tanya Calief dengan tatapan bingung.
“No kiss,” ucap Renata sambil menyeringai. Mungkin Renata mengira dengan mendengar kedua syaratnya Calief akan ilfeel dan mundur. Tapi yang terjadi malah diluar dugaan, laki-laki yang ada didepannya itu malah tertawa. Melihat itu sekarang gantian Renata yang melongo.
“Oke Deal, tapi Mas cuma tidak akan mencium kamu di bibir. Kalau mencium di pipi sama kening tidak masalah kan? Itu ciuman sayang bukan ciuman nafsu Rena.”
“Tapi ketika aku enggak mau, Mas juga nggak boleh maksa. Deal or No Deal?”
“Oke Deal, Jadi pacar, setelah ini kita mau kemana? Karena ternyata Rara bilang sudah pulang duluan karena ada urusan.” Renata mendengus. Dasar sahabat tidak setia, awas nanti ya Ra.
“Kita pulang saja Mas, aku mau istirahat dulu. Capek!”
Renata berdiri hendak berjalan, namun tiba-tiba pergelangan tanganku ditahan oleh Calief. Renata dibuat melongo karena takjub, ketika Calief menyelipkan jemarinya diantara jemari Renata.
“Ini bukan skin ship yang aneh kan? Lagi pula Mas tidak mau kamu hilang,” ucap Calief sambil mengedipkan sebelah matanya. Renata bukan wanita tanpa hati, mendapatkan perlakuan seperti itu membuat hatinya berdesir seketika. Merasakan sentuhan fisik mereka untuk pertama kali sebagai kekasih.
TTB
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
yosya
ceritanya lucu ... bikin senyum senyum sendiri ...
2021-12-17
0
jingga
baru baca ni Thor, sampek sini sih ceritanya menarik, cuss lanjut baca lagi,,
2021-08-01
1
Jujuk Jujuk
ceritanya top markatop q suka.
2021-07-26
0