Ruby merasa sangat khawatir. Thomas meninggalkan barang-barang miliknya di rumah Ruby. Bahkan ponselnya juga masih ada di rumah Ruby dan ponsel Ruby lah yang dibawa pergi oleh Thomas. Ruby merasa ada sesuatu yang salah disini. Ia menerka-nerka apakah Thomas akan pergi menemui Andrew? Atau ada masalah lain?
Namun Ruby merasa Thomas marah memang karena Andrew sebab hanya Andrew yang mengirimkan pesan dengan sangat berani pada Ruby yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih.
Ruby berusaha menelepon ke ponselnya dengan ponsel Thomas namun tidak ada jawaban.
Ia menghubungi teman-temannya di kelas tapi tidak ada yang tau. Dan Ruby memutuskan untuk menghubungi Andrew.
"Halo,Andrew. Ini aku,Ruby."
"Hai Ruby. Kenapa memakai ponsel Thomas?" tanya Andrew.
"Itu tidak penting. Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu," kata Ruby lewat sambungan telepon.
"Ada apa? Oh,kau belum menjawab pesanku tadi," Andrew tiba-tiba membahas isi pesan yang ia kirimkan dan Ruby sendiri tidak tau apa isi pesan itu.
"Nanti kita bahas. Apa kau mengetahui keberadaan Thomas?" Ruby berharap-harap cemas.
"Thomas? Tidak. Aku dari tadi di rumah menunggu balasan pesan darimu," jawab Andrew.
Dalam hati Ruby sedikit kesal karena Andrew terus-terusan membahas isi pesan. Ruby berterimakasih dan menutup teleponnya.
"Ruby,bagaimana jawabanmu?" Andrew malah mengirim pesan untuk Ruby ke nomor milik Thomas.
"Aku sudah memiliki Thomas. Maaf Andrew,kita tidak bisa lebih dari teman," Ruby menjawab secara baik-baik.
"Dari awal kuliah aku sudah tertarik padamu," kata Andrew.
"Lalu bagaimana? Aku sudah memiliki kekasih yang aku sayangi," jawab Ruby. Ia sebenarnya malas meladeni Andrew namun kemudian ia berpikir untuk menyelesaikan hal ini sebelum Thomas datang.
"Aku hanya ingin kau menjadi pacarku," jawab Andrew.
"Kalau itu jelas tidak bisa Andrew. Aku mohon. Mengertilah," Ruby berusaha agar Andrew merelakannya dengan Thomas.
"Aku tidak pernah menyukai seseorang sampai begini. Hanya kau yang bisa membuatku gelisah setiap hari," Andrew masih bersikukuh ingin menjadikan Ruby sebagai kekasihnya.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku sudah menjadi milik Thomas," Ruby mulai merasa kesal. Rasa khawatir juga semakin menggerogoti dirinya karena hari mulai malam dan Thomas tak kunjung datang.
"Bahkan aku rela menjadi yang kedua," kata Andrew.
"Andrew! Apa kau gila? Aku tidak akan pernah mengkhianati orang yang aku sayang," jawab Ruby.
Entah apa yang Andrew katakan,Ruby sudah tidak peduli. Ia tidak membaca lagi pesan-pesan yang Andrew kirimkan.
Ruby pergi mandi dan memasak makan malam. Ia masih berusaha keras untuk menghubungi Thomas namun tetap saja tidak ada jawaban. Dengan rasa gelisah ia tetap meyiapkan makan malam untuk Thomas.
Wortel dan daging ayam ia potong,tidak lupa kentang,daun bawang serta seledri. Malam itu ia memasak sup ayam karena cuaca cukup dingin padahal tadi siang sangat panas.
Ponsel Thomas terus bergetar,pesan masuk dari Andrew.
Ruby masih mengabaikannya hingga akhirnya Andrew menelepon. Ia yang sudah muak segera mengangkat telepon itu. Hampir saja Ruby membentak Andrew.
"Andrew aku..."
"Thomas!" seru Andrew.
"Thomas? Kenapa dia?" Ruby sangat panik.
"Thomas baku hantam," jawab Andrew.
"Apa maksudmu? Dimana dia?" Ruby berusaha mencari tau keberadaan Thomas sambil pergi ke kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motor.
"Di lapangan dekat rumahku," jawab Andrew.
Andrew mengirimkan lokasi rumahnya dan segera pergi kesana setelah mematikan kompor.
Malam sedikit berkabut disertai gerimis. Sekitar 20 menit Ruby sampai di tempat Andrew. Ia sedang duduk bersama Thomas dengan pakaian yang sudah tidak karuan.
Thomas terkejut melihat kedatangan Ruby.
Ruby yang awalnya khawatir berubah menjadi marah.
"Apa yang kau lakukan?" Ruby mulai menyerang Thomas dengan pertanyaannya.
Thomas gugup dan mengajak Ruby pulang ke rumah.
Setelah berterimakasih pada Andrew,mereka akhirnya pulang.
Sekitar 10 meter dari rumah Ruby hujan sudah turun dengan deras. Ruby yang awalnya sudah mandi harus mandi lagi. Kemudian disusul oleh Thomas yang mandi di lantai dua rumah Ruby.
"Apa-apaan kau?" Ruby mulai bertanya lagi.
"Sayang,aku lapar," Thomas merengek pada Ruby.
Ruby yang memang tidak bisa marah terlalu lama pada kekasihnya itu menghangatkan sup ayam yang sudah ia buat kemudian menghidangkannya di meja makan.
Thomas makan dengan lahap.
"Sekarang jelaskan," Ruby terus mendesak Thomas.
"Sayang ini urusan lelaki," kata Thomas.
"Itu terus yang kau katakan. Ceritakan semuanya dari awal," Ruby masih berusaha mencari tau.
"Sayang astaga," Thomas mendengus dan menatap Ruby.
Mereka menghabiskan makan malamnya. Hujan cukup deras di luar.
"Tadi aku pulang ke rumah. Aku bertemu orang tua ku dan aku bilang akan menginap di rumah teman untuk beberapa hari," Thomas mulai bercerita.
"Rumah teman? Siapa? Berapa hari? Kenapa?" Ruby bertanya-tanya.
"Menginap di rumah teman hidupku," Thomas tertawa sambil menggetok kening Ruby dengan sendok.
"Sayang aku serius," Ruby sudah tidak tahan lagi.
"Aku akan menemanimu di rumah beberapa hari sampai keluargamu kembali," kata Thomas.
Ruby sangat terkejut sekaligus senang. Ia melompat ke pangkuan Thomas dan Thomas menggendongnya menuju kamar.
"Aku kira kau akan menemui Andrew," kata Ruby mengungkapkan kekhawatirannya.
"Awalnya aku menemuinya," jawab Thomas.
Thomas mengambil ponselnya dan mengembalikan ponsel Ruby.
"Aku sudah berbicara dengan Andrew tentang hubungan kita," sambung Thomas.
"Dan pesan yang dikirimkan Thomas padamu tadi sore. Itu aku yang menyuruh," Thomas melanjutkan ceritanya.
"Apa maksudmu?" Ruby tidak paham dengan apa yang Thomas perbuat.
"Maaf sayang. Aku tadi hanya melakukan eksperimen," Thomas tertawa.
"Hah?" Ruby malah planga-plongo tidak karuan.
"Setelah aku menemui Andrew dan memohon padanya agar tidak mengganggu hubungan kita kemudian aku meminta tolong padanya. Aku ingin tau reaksi mu saat ada orang lain yang menggoda mu disaat aku tidak berada di sampingmu," terang Thomas.
"Lalu siapa yang kau ajak berkelahi," tanya Ruby.
"Dia sainganku yang lain. Lebih berbahaya dari Andrew," kata Thomas.
"Aduh aku tidak paham. Siapa lagi?" semakin dijelaskan malah membuat pikiran Ruby semakin bingung.
"Intinya aku tidak akan membiarkan pria lain merebut mu dariku," jawab Thomas.
Ruby belum mendengar jawaban yang memuaskan dari Thomas namun ia sudah tidak tertarik lagi mengetahui apa yang Thomas maksud urusan lelaki. Yang ia tau hanyalah Thomas benar-benar tidak mau kehilangan Ruby.
Mereka menghabiskan waktu di tempat tidur dengan saling bercerita satu sama lain serta menyusun kegiatan untuk besok. Mereka sangat bersemangat karena akan menghabiskan waktu berdua.
"Sayang,aku matikan lampunya ya?" tanya Thomas.
Karena hari sudah malam mereka berencana untuk tidur. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan tapi entah mengapa mereka sudah diserang oleh rasa kantuk yang amat sangat.
"Cium," Thomas mendekatkan dirinya pada Ruby.
Mereka mengakhiri hari itu dengan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
mantap ❤️
2021-03-15
1