"Ruby aku mohon!" Albert berusaha mengejar Ruby yang berlari menghindarinya.
Deburan ombak di pantai,angin yang kencang dengan suasana awan gelap pertanda akan turunnya hujan menyertai aksi kejar-kejaran mereka.
Ruby berhenti berlari karena kakinya terluka menginjak cangkang kerang. Saat berlari,Ruby meninggalkan alas kakinya begitu saja karena terburu-buru ingin menghindari Albert.
Ruby memutuskan untuk pergi ke pantai untuk menenangkan dirinya. Namun,tidak disangka ternyata Albert juga ada disana.
"Albert,aku ingin menenangkan diri. Tolong tinggalkan aku sendiri."
Ruby berjalan dengan menahan rasa sakit karena luka yang ada di telapak kakinya.
Albert mengikuti Ruby dari belakang karena merasa khawatir,ia membawa alas kaki Ruby.
"Albert!" Ruby membentak Albert karena mengikutinya.
"Ini..." belum selesai Albert berbicara,datang seseorang mengambil alas kaki Ruby dari tangan Albert.
"Ruby,apa kamu kuat berjalan? Naiklah ke punggungku,aku akan menggendongmu," Thomas menggendong Ruby padahal Ruby belum menjawab perkataan Thomas.
"Bagaimana kau bisa disini?" tanya Ruby.
"Aku biasa lari pagi disini," jawan Thomas.
"Kamu mengajakku kemana?"
"Tunggu disini," jawab Thomas.
Ruby duduk di sebuah kursi pantai sambil menunggu Thomas. Albert masih tampak berkeliaran di pantai,seakan-akan ingin mendekati Ruby namun tidak mempunyai nyali yang cukup besar. Dia sadar telah mengecewakan Ruby,tapi dia sangat ingin menjelaskan secara langsung apa yang sebenarnya terjadi.
Albert terlihat mulai mendekati Ruby namun ia berbalik arah setelah melihat kedatangan Thomas.
"Ruby.."
"Ah,kamu sudah datang."
"Aku obati dulu lukamu," Thomas membersihkan luka Ruby dengan alkohol lalu mengoleskan salep luka.
"Thomas,maaf aku merepotkan," Ruby merasa tidak enak telah merepotkan Thomas yang tidak terlalu akrab dengannya.
"Aku hanya ingin lebih akrab denganmu. Aku tau kamu orang baik," kata Thomas.
Thomas kemudian mengantar Ruby pulang ke rumah.
Perkataan Thomas membebani pikiran Ruby. Ia duduk di teras rumah sambil mengamati lukanya.
"Apa maksud Thomas aku adalah orang yang baik? Jangan-jangan dia mendengar rumor yang beredar tentang aku dan Sam," pikiran-pikiran itu terus membayangi Ruby.
"Ruby," seseorang mengintip di pintu gerbang sambil memanggil nama Ruby.
"Kylie,kau mengejutkanku."
"Kenapa kau sangat sulit dihubungi?" tanya Kylie.
"Ponselku mati. Sengaja aku matikan tepatnya," jawab Ruby.
"Ada masalah apa lagi?"
Ruby kemudian menceritakan apa yang terjadi di perpustakaan dan di pantai.
"Sebenarnya aku tidak masalah kalau Albert menyukai Evelyn. Perasaanku pada Albert juga biasa saja,aku hanya terkejut dia menyatakan perasaan secepat itu. Aku dan dia juga tidak menjalin hubungan resmi jadi sah-sah saja jika dia menyukai wanita lain. Yang membuatku marah adalah dia memarahiku tanpa alasan yang jelas,tanpa mengetahui duduk permasalahannya dan ditambah dia melakukan itu di depan banyak orang. Aku malu," terang Ruby.
"Baiklah jadi intinya. Pertama,dia mempermainkan mu. Dia menyatakan perasaan padamu tapi menyukai wanita lain. Apa yang dia inginkan ya Tuhan..."
"Entah," jawab Ruby singkat.
"Dan yang kedua seperti yang telah kau jelaskan tadi. Hm,menarik."
"Apanya yang menarik?"
"Seharusnya aku ada di tempat kejadian saat itu,akan aku beri pelajaran wanita bernama Evelyn itu," ujar Kylie.
"Sudahlah aku tidak mau berurusan dengan dia. Baru saja kuliah sudah tertimpa masalah aneh-aneh," keluh Ruby.
"Ternyata kamu juga bisa mengeluh ya," Kylie tertawa terbahak-bahak.
Terdengar suara motor mendekat. Suara motor itu tidak asing di telinga Ruby. Tentu saja,itu suara motor Albert.
"Itu Albert," kata Kylie.
"Biarkan saja. Ayo masuk," ajak Ruby.
"Kasihan dia. Ajaklah bicara sebentar," saran Kylie.
"Baiklah," Ruby berjalan ke luar pintu gerbang.
Albert tampak baru saja memarkir motornya di luar rumah Ruby.
"Ada apa,Albert?"
"Ruby aku ingin meluruskan permasalahan kemarin," jawab Albert.
"Baiklah silahkan," Ruby menjawab.
"Pertama aku mau meminta maaf karena sikapku kasar kemarin. Aku bersalah karena telah menuduh sembarangan padahal aku tidak melihat kejadian dari awal," Albert mengungkapkan penyesalannya.
"Baik," jawab Ruby.
"Ruby,aku mohon."
"Mohon apa? Aku sudah maafkan. Sekarang pulanglah," seru Ruby.
"Aku belum selesai," jawab Albert.
"Ada apa lagi?"
"Masalah Evelyn. Aku akan jelaskan,kau salah paham. Memang benar aku pernah bercerita pada Thomas bahwa aku menyukai Evelyn tapi setelah bertemu denganmu aku merasa lebih nyaman bersamamu," jelas Albert.
"Apa semudah itu perasaanmu berubah?"
"Denganmu rasanya berbeda. Kamu seperti orang yang aku cari selama ini. Kamu bisa mengerti aku,tidak seperti beberapa orang lain yang aku dekati. Mereka lebih ingin dimengerti tapi tidak mau mencoba mengerti bagaimana perasaanku," kata Albert menjelaskan.
"Aku tidak masalah kau menyukai siapapun,kau dan aku juga tidak menjalin hubungan. Jadi lupakan saja masalah itu," kata Ruby.
"Apa kamu marah?"
"Tidak,Albert. Pulanglah," pinta Ruby.
Albert mengambil motornya lalu pulang. Entah mengapa perasaan Ruby campur aduk,antara sedih dan marah.
"Ada apa?" tanya Kylie.
"Dia meminta maaf. Sudah aku maafkan dan masalah selesai," jawab Ruby.
"Kenapa wajahmu seperti penuh tekanan?" Kylie bertanya sembari tertawa.
"Tidak apa," jawab Ruby singkat.
"Sepertinya kau mulai menaruh rasa pada Albert," Kylie menduga-duga.
"Aku tidak mudah menyukai orang,apalagi pria. Aku juga belum ingin menjalin hubungan pacaran," kata Ruby.
"Lalu?"
"Apa?" tanya Ruby.
"Apa yang membebani pikiranmu?"
"Aku tidak yakin hubunganku dengan Albert bisa kembali normal," jawab Ruby.
***
Kelas pagi sudah dimulai. Ruby datang sedikit terlambat. Baru saja ia duduk,tapi ia sudah ditunjuk dosen maju ke depan untuk menjelaskan paper yang sudah ia kumpul minggu lalu. Selesai presentasi,Ruby langsung pergi ke perpustakaan. Ia membolos kelas siang.
"Ruby,kenapa disini?" tanya Thomas.
"Oh,hai Thomas. Aku sedang badmood," jawab Ruby.
"Kebetulan. Aku juga," jawab Thomas.
Ruby hanya tersenyum lalu mengambil sebuah buku.
"Ruby.."
"Ada apa Thomas?"
"Aku ingin bercerita tapi bingung mau menceritakan masalahku pada siapa," kata Thomas.
"Coba pada Albert," saran Ruby dan ia melanjutkan membaca bukunya.
Dalam hati Ruby menduga bahwa Thomas ingin bercerita padanya tapi saat ini dia tidak ingin mendengarkan maupun bercerita dengan siapapun. Thomas hanya duduk diam di samping Ruby,membolak-balikkan bukunya namun tidak dibaca. Ia mengambil buku baru namun juga tidak dibacanya.
"Ada apa Thomas? Ceritakan padaku," kata Ruby yang merasa kasihan walaupun ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun.
"Apa aku tidak mengganggu?" tanya Thomas.
"Kalau kau ingin menceritakannya padaku silahkan ceritakan,"kata Ruby sambil menatap Thomas dengan matanya yang berbinar.
Thomas terdiam sejenak,kemudian ia menaruh buku yang sudah ia ambil.
"Sebenarnya masalah Evelyn," kata Thomas.
"Oh,dia. Ada apa dengannya?"
"Aku menyukainya. Aku sudah sempat mendekatinya bahkan kami setiap hari saling mengabari. Tapi tiba-tiba dia pacaran dengan orang lain," kata Thomas bercerita.
"Benarkah? Dengan Albert?" tanya Ruby.
"Bukan. Dia seorang polisi," jawab Thomas.
"Kamu sempat bertanya apakah Evelyn tertarik padamu?"
"Belum sempat. Tapi aku kira karena dia merespon ku berarti dia tertarik padaku."
"Kau mau mendengar pendapatku?" tanya Ruby.
"Tentu saja," jawab Thomas.
"Menurutku,saat dia sedang dekat denganmu mungkin saja dia dekat dengan beberapa orang yang lain. Maksudku,dia sedang memilih mana pria yang dia rasa benar-benar baik untuknya. Pria yang bisa membuat dia nyaman dan dia menjatuhkan pilihannya pada pria itu," kata Ruby mengemukakan pendapatnya.
"Bisa jadi. Tapi tetap saja aku yang lebih dulu mendekatinya kenapa dia memilih pria itu?" kata Thomas.
Ruby merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Thomas. Thomas terlihat terbawa emosi setelah menceritakan permasalahannya.
"Tenangkan dirimu Thomas. Aku tidak bisa banyak membantu," kata Ruby.
"Aku tidak apa-apa," jawab Thomas.
Ponsel Thomas berdering.
"Kenapa Albert meneleponku?" tanya nya pada diri sendiri.
Thomas mengangkat telepon Albert.
"Ayo masuk kelas. Dosen mata kuliah kedua sudah datang. Sepertinya kita hanya akan diberi tugas. Kata Albert dosen akan rapat hari ini," terang Thomas.
Mendengar kata dosen akan rapat,Ruby segera menaruh bukunya dan tampak sumringah.
"Sepertinya kau sangat menyukai jam kosong," kata Thomas.
"Siapa yang tidak menyukai jam kosong?" Ruby bertanya sambil tertawa.
"Baiklah. Ayo ke kelas."
Thomas dan Ruby berangkat ke kelas bersama.
"Ruby. Ayo ke kantin sebentar,aku haus," ajak Thomas.
Ruby mengikuti langkah kaki Thomas. Mereka memesan ice lemonade dan meminumnya dengan terburu-buru. Ponsel Thomas terus berdering,namun Thomas mengabaikannya.
"Ponselmu," kata Ruby sembari menunjuk ponsel Thomas yang ia letakkan di atas meja.
Thomas mengabaikannya dan terus meminum es jeruknya.
"Ayo ke kelas."
Mereka kemudian berjalan menuju kelas yang terletak di lantai dua.
"Ruby,Thomas."
"Oh,kenapa kau diluar?" tanya Thomas pada Albert.
"Sebenarnya aku berniat mencari mu karena kau tidak menjawab teleponku," kata Albert.
"Tadi aku ke kantin sebentar bersama Ruby," jawab Thomas.
Mereka bertiga lalu ke kelas bersama. Tampak dosen berada di mejanya. Seluruh mahasiswa yang ada di kelas menatap mereka.
"Darimana kalian?" tanya dosen.
"Maaf Pak,kamu dari perpustakaan," jawab Ruby.
"Bukankan kalian ke kantin," kata Albert.
"Awalnya kami dari perpustakaan tapi singgah ke kantin sebentar," jawab Thomas.
Thomas menatap Albert dengan heran.
"Baik. Silahkan absen kemudian ini tugas untuk dikumpul minggu depan," dosen memberikan mereka lembar soal.
"Baik Pak," jawab Ruby dan Thomas.
"Kalian pacaran?" tanya dosen mereka.
Ruby tampak terkejut dengan pertanyaan itu. Seisi kelas bersorak. Wajah Ruby memerah tapi Thomas terlihat santai.
"Iya Pak. Dia kekasih saya..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments