"Sekian perkuliahan hari ini. Tugas dikumpul minggu depan," kata dosen mengakhiri sesi kuliah jam terakhir siang itu.
"Ruby aku ingin bicara," panggil Albert.
"Ah,iya. Silahkan," jawab Ruby.
Albert menggandeng tangan Ruby keluar kelas.
"Ada apa?" tanya Ruby.
"Aku tidak mau hubungan kita renggang," jawab Albert.
"Renggang? Tenang saja,itu tidak akan terjadi. Setidaknya untuk saat ini," jawab Ruby.
"Apa pernyataan ku tadi malam membuatmu tidak nyaman?"
"Sebenarnya,aku masih takut untuk menjalin hubungan cinta. Entah kenapa,jika ada yang menyatakan perasaan padaku baik itu serius atau main-main aku teringat kejadian malam itu," jawab Ruby.
"Tapi aku serius."
"Lalu? Kamu bilang serius tapi belum mau pacaran. Sejujurnya aku bingung," jawab Ruby.
"Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan padamu. Aku nyaman dan menyukaimu lebih dari teman. Tapi untuk menjalin hubungan dan menetapkan status aku belum bisa karena aku mau fokus belajar dan mengejar cita-citaku," terang Albert.
"Lalu intinya?"
"Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan," Albert menjawab pertanyaan Ruby.
"Baiklah. Jika itu yang kau inginkan,kamu fokus saja dengan apa yang ingin kamu capai. Kita jalani hari-hari kita seperti biasa sebagai teman," jawab Ruby.
"Apa kamu marah?"
"Untuk apa aku marah?"
"Karena aku tidak memberimu kepastian."
"Kepastian? Kepastian apa?"
"Status hubungan kita," jawab Albert.
"Albert,aku mengerti. Kamu harus fokus dulu. Aku juga sudah bilang,walaupun kamu meresmikan hubungan kita belum tentu aku mau. Kamu tau sendiri rasa takutku."
"Apa kejadian itu masih terus membayangi mu?"
"Di saat-saat tertentu saja. Misalkan seperti kemarin saat kau menyatakan perasaanmu entah kenapa bayangan itu muncul," Ruby menjelaskan keadaannya.
"Mau aku antar ke psikolog?"
"Ah,tidak usah. Nanti juga aku pulih sendiri," jawab Ruby.
"Ruby,apa kamu mau menungguku?" tanya Albert.
"Menunggu? Menunggu bagaimana maksudmu?"
"Kalau semua urusanku sudah selesai,aku akan meresmikan hubungan kita," kata Albert.
"Albert..."
Tempat sampah di dekat pintu masuk kelas jatuh menggelinding. Lauren,Rosa,Ava,dan Penelope sedang menguping pembicaraan mereka.
"Ya Tuhan,kalian sangat menggemaskan," kata Rosa.
"Hey,kalian menguping?" ekspresi Ruby dan Albert langsung berubah.
Ruby belum sempat menjawab pertanyaan Albert,Albert masuk ke kelas mengambil tas nya.
"Sudah aku duga kalian saling menyukai," kata Ava.
"Dia yang suka padaku," bantah Ruby.
"Apa kamu tidak menyimpan perasaan padanya? Sedikitpun?" tanya Lauren.
"Sebenarnya dia bukan tipeku. Tapi dia sangat baik dan sopan," jawab Ruby.
Mereka makan di kantin. Kali ini Albert tidak ikut karena ia makan siang dengan Thomas dan beberapa teman pria lainnya.
"Hah,apa ini. Sudah jam pulang tapi ada tugas mendadak," keluh Penelope.
"Tugas apa?" tanya Lauren kaget.
"Kalian cek sendiri saja di grup kelas," suruh Penelope.
Ruby,Ava,Lauren dan Rosa mengecek ponsel mereka. Ada pengumuman dari koordinator kelas mengenai tugas kelompok yang harus dikumpul dua hari lagi karena dosen minggu lalu tidak mengajar dan baru sempat memberikan tugas.
"Kenapa dia seenaknya memberi kita tugas?" Rosa mengeluh.
"Ini sangat menjengkelkan," Ava ikut mengeluh.
"Sudah. Ayo kita habiskan makanan ini lalu pergi ke perpustakaan. Semakin cepat selesai semakin baik," ajak Ruby.
"Hari ini? Ya Tuhan,ini sangat melelahkan," Rosa kembali mengeluh.
Perpustakaan ramai dikunjungi mahasiswa pada jam pulang kampus. Mereka sekedar membaca buku karena malas pulang ke rumah seperti yang dilakukan Ruby akhir-akhir ini,atau membuat tugas bersama.
"Hai," sapa Evelyn.
"Hai Evelyn. Kamu kemari membuat tugas juga?" tanya Ruby.
"Iya," Evelyn pergi berlalu.
"Ada apa dengannya? Sangat tidak sopan," kata Ava pada Ruby.
"Mungkin mood nya sedang tidak bagus karena tugas mendadak ini," Ruby berusaha berpikir positif tapi tetap saja sikap Evelyn yang dingin membuatnya berpikir apakah ia berbuat salah sehingga membuat Evelyn marah.
"Jangan terlalu dipikirkan," kata Ava sambil menggandeng tangan Ruby menuju sebuah meja. Rosa dan Lauren sudah duduk menunggu Penelope mencari buku sambil menggerutu dan menahan kantuk. Penelope datang dengan tiga buah buku tebal di tangannya.
"Ini buku yang akan kita gunakan sebagai sumber referensi untuk tugas sialan ini," kata Penelope mengumpat.
Suara umpatannya yang keras memancing perhatian kakak tingkat yang duduk di dekat mereka.
"Tugas sialan? Hati-hati kalau berbicara," saut seorang wanita.
Suasana menegang. Ruby berusaha mencairkan suasana.
"Maaf mengganggu kenyamanan mu." kata Ruby.
"Tentu saja itu sangat mengganggu. Gadis yang kasar," kata wanita itu pada Ruby.
"Hey,aku yang mengumpat. Kenapa kau mengatakan temanku gadis yang kasar padahal dia meminta maaf dengan sopan?" Penelope mulai naik pitam.
"Kalian semua sepertinya sama saja hahaha," kata orang itu sambil bangun dari kursinya.
Keributan itu memancing perhatian seisi perpustakaan hingga mereka ditegur oleh petugas perpustakaan.
Teman-teman sekelas mereka yang lain datang menghampiri mereka.
"Ada apa? tanya Thomas.
"Ah,tidak. Hanya salah paham," jawab Ruby.
"Ruby,kenapa kau tadi meminta maaf atas kesalahanku?" tanya Penelope.
"Akan lebih baik kalau kita mengerjakan tugas dalam keadaan tenang,kan?" jawab Ruby.
"Tapi kalian harus sopan. Dia kakak tingkat kita," kata Evelyn.
"Ruby tidak ada kaitannya dengan masalah ini," jawab Penelope.
"Tetap saja,karena kalian bersama-sama jadi bisa saja perangai kalian sama," jawab Evelyn.
Petugas perpustakaan menyuruh mereka keluar untuk menyelesaikan permasalahan mereka,setelah itu baru boleh kembali masuk kedalam perpustakaan.
"Evelyn. Jika kita bersama-sama dan berteman dekat artinya perangai kita sama? Aku tidak percaya pikiranmu ternyata sangat dangkal," kata Lauren.
"Ada masalah apa,Evelyn? Dari tadi kamu terlihat sangat marah padaku," tanya Ruby.
"Apa? Jangan sok tau!" jawab Evelyn dengan nada tinggi.
"Heh! Tadi kamu menyuruhku sopan. Sekarang sikapmu seperti ini pada Ruby yang bertanya dengan sopan padamu? Wah kamu baru saja menjilat ludahmu sendiri," kata Penelope.
"Teman-teman kalau kita begini terus tugas kita tidak akan selesai. Ayo kita kerjakan tugas saja,tidak penting memperdebatkan hal tidak penting," kata Ruby.
"Ruby!" seru Albert.
Ruby yang sudah berjalan beberapa langkah seketika berhenti dan membalikkan badan kearah Albert.
"Kenapa kamu begini?"
"Begini bagaimana?" tanya Ruby heran.
"Evelyn menasehatimu untuk kebaikanmu tapi kamu malah mengatakan hal itu tidak penting," jawab Albert.
"Albert kamu salah paham. Bukan begitu maksudku," Ruby berusaha menjelaskan.
"Aku tidak menyangka kamu seperti ini," kata Albert.
Ruby yang sedari tadi menahan diri sudah tidak mampu lagi menahan emosinya.
"Kalian!! Apa salahku? Tadi terjadi keributan di perpustakaan aku berusaha menenangkan dan masalah itu selesai. Tiba-tiba Evelyn datang dan membuat keributan dengan menuduhku bersikap buruk. Dan kamu,Albert. Kamu tidak ada di dalam saat kejadian itu. Aku berusaha menyelesaikan ini dengan baik-baik agar kami bisa segera mengerjakan tugas. Aku mengabaikan tuduhan tidak jelas Evelyn yang sepertinya sekarang membenciku. Tapi kamu mengatakan aku tidak menghargainya," Ruby pergi meninggalkan mereka.
"Albert sikapmu sungguh keterlaluan
Dan kamu,Evelyn. Jaga mulutmu. Banyak saksi di dalam yang mengetahui kejadian sebenarnya," kata Ava yang kemudian berlari menyusul Ruby.
"Albert. Aku tau kamu menyukai Evelyn tapi tidak sepantasnya kamu kasar kepada Ruby," kata Thomas.
Albert pergi meninggalkan mereka.
"Thomas. Apa maksudmu Albert menyukai Evelyn?
Penelope dan Rosa juga sangat terkejut dengan pernyataan Thomas. Karena baru saja mereka mengetahui Albert telah menyatakan perasaannya pada Ruby. Sementara itu entah apa yang dilakukan Lauren pada Penelope,mereka pergi bersama ke toilet wanita.
"Maksudku.. Albert mengatakan hal itu padaku bahwa dia menyukai Evelyn," jawab Thomas.
"Apa?"
Ruby muncul bersama Ava.
"Ada apa? Aku tidak paham dengan suasana ini," tanya Thomas.
"Albert baru saja menyatakan perasaannya pada Ruby," jawab Lauren yang muncul bersama Evelyn.
Ruby hanya diam menghadapi situasi itu.
"Aku pergi saja," Evelyn meninggalkan mereka semua.
"Evelyn bersikap seperti itu pada Ruby karena dia menyukai Albert. Itu intinya. Dia sudah aku beri pelajaran tadi," kata Lauren.
"Ayo kita selesaikan tugas kita," Ruby kembali ke perpustakaan.
Tugas hampir selesai. Jam dinding di perpustakaan sudah menunjukkan pukul 8 malam. Telepon Ruby berdering tapi ia mengabaikannya. Telepon itu dari Albert.
"Apa yang bajingan ini inginkan lagi setelah tertangkap basah," ujar Penelope kesal.
"Ayo kita pulang. Hari yang melelahkan," ujar Ruby.
Mereka pulang ke rumah masing-masing. Ruby langsung pergi ke kamar mandi dan berendam di bathtub nya.
"Tuhan,kenapa aku selalu begini kalau masalah percintaan," kata Ruby sambil merendam badannya.
Sekitar 45 menit ia berendam lalu ia menyelesaikan mandinya. Ia mengeringkan rambut,memakai skincare dan memakai baju tidurnya untuk bersiap-siap tidur tapi tiba-tiba Amy mengetuk pintu kamarnya.
"Kakak,temanmu mencari mu," kata Amy.
Ruby mengecek ponselnya. Tidak ada pesan dari temannya yang mengatakan akan datang ke rumah Ruby. Ruby merasa sedikit terganggu.
"Kak?" Amy memanggil Ruby sekali lagi.
Ruby mengintip dari jendela. Ada dua orang pria di tengah gelapnya malam.
"Amy,itu siapa?" tanya Ruby tanpa membuka pintu kamarnya.
"Aku tanyakan namanya dulu," suara langkah kaki Amy terdengar menjauhi pintu kamar.
"Kak. Namanya Sam dan Albert," jawab Amy setelah keluar dan menanyakan nama dua pria itu.
"Apa lagi yang mereka inginkan setelah merusak hariku," Ruby hampir saja mengatakan kata kasar untungnya ia bisa mengendalikan diri.
Ruby membuka pintu kamar dan menyuruh Amy masuk.
"Amy,katakan aku sudah tidur. Aku tidak mau bertemu mereka. Terserah kamu mau membuat alasan apa," kata Ruby.
Sekitar 10 menit Amy belum juga kembali memberi kabar. Ruby tidak berani mengintip karena takut ketahuan berbohong kalau dirinya sudah tidur. Hingga terdengar suara deru sepeda motor,Amy kembali ke kamar Ruby.
"Kak,tadi kak Albert berkata ia minta maaf. Dan kak Sam hanya menitipkan ini," kata Amy sambil memberikan flashdisk pada Ruby.
"Terimakasih Amy,sekarang tidurlah," Ruby mematikan lampu kamarnya. Amy keluar dari kamar Ruby.
Ruby bergegas mengambil laptopnya dan membuka flashdisk itu. Tapi tidak ada file apapun di dalamnya. Ia ingin menanyakan mengenai flashdisk pada Sam tapi ingat bahwa Sam telah memblokirnya.
Notifikasi pesan masuk ke handphone Ruby.
"Ruby aku menyesal. Aku ingin meminta maaf padamu," isi pesan Albert.
Ruby hanya membaca pesan itu lalu menghapusnya serta menghapus beberapa pesan lain. Ia berniat menghapus beberapa pesan chat yang ia terima beberapa hari terakhir,dan ia menyadari bahwa Sam sudah membuka blokir kontaknya.
Ruby memutuskan untuk mengembalikan flashdisk itu pada Sam tapi dengan cara menitipkannya pada seorang teman yang kebetulan sekelas dengan Sam. Ruby tentu saja tidak mau bertemu Sam lagi,dan juga Albert. Namun,itu baru sekedar niatan Ruby untuk mengembalikan flashdisk itu karena mungkin ada sesuatu yang membuat Sam memberikan flashdisk kosong pada Ruby.
"Aku harus memblacklist mereka dari hidupku," ujar Ruby pada bayangannya di cermin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nia
baru aja kuliah, udh mncul eragam masalah...
2021-02-14
2