“Nona Prameswari, Kau mungkin kaya di duniamu yang dulu, tapi saat ini, kamu harus tahu bahwa kau miskin. Bahkan lebih miskin daripada gelandangan,”petugas Kematian menjelaskan kepada Prameswari terkait Rekening Pahala Prameswari yang sangat sedikit.
“Bisakah kamu memberiku bukti ilmiah bahwa aku benar-benar sudah mati?”
Sepanjang sesi registrasi dan pencocokan data, Prameswari selalu memaksa Petugas Kematian untuk berkata bahwa semua itu hanyalah prank belaka. Prameswari memaksa Petugas untuk mengaku bahwa ia dibayar mahal oleh Ghozie dan Candy untuk berpura-pura sebagai petugas kematian. Bahkan, Prameswari sempat mengancam Petugas Kematian akan memenjarakannya karena telah melakukan tindakan kurang menyenangkan yaitu membuat Prameswari kesal dan geram.
Petugas Kematian lelah dengan desakan Prameswari yang menjengkelkan, Petugas Kematian pun mengambil senapan angin yang tergantung di belakang kursi kerjanya. Dengan sangat geram Petugas Kematian memantik senapan itu dan mengarahkannya tepat di dahi Prameswari.
DORRR!!!
Prameswari terhempas ke belakang dan menjerit. Darah mengalir deras dari dahinya dan terus membanjiri wajahnya. Prameswari menjerit-jerit memohon pertolongan. Petugas Kematian yang menembak kepala Pram mendekati Pram dengan masih menodongkan senapan. Kini senapan itu diarahkannya ke jantung Pram. Pram kian menjerit memohon ampun. Pram memohon belas kasihan karena ia belum ingin mati.
“Kumohon, aku masih ingin hidup… Kumohon…” Pram bersujud di kaki Petugas Kematian, tangannya memeluk erat kaki si petugas sambil sesekali mengusap darah yang mengucur menutupi matanya. Dengan keji, petugas itu menendang Prameswari hingga sekali lagi Pram terhempas ke belakang. Tanpa aba-aba, petugas itu menembakkan lagi beberapa tembakan sekaligus ke dada Prameswari.
DORR… DORR… DORR…!!!
Prameswari sekarat. Petugas Kematian menelepon pihak rumah sakit dan meminta mereka untuk membawa Pram segera.
Pram dibopong beberapa orang ke atas tandu. Dengan menahan rasa ngilu dan perih di sekujur tubuh, Pram kesulitan menjaga kesadarannya. Ia yakin sekali ia akan mati dengan segera. Di tengah kesakitan yang menderanya, ia teringat Ibunya, Ayahnya, Ghozie dan Candy. Prameswari rindu keluarganya, ia pun terisak-isak dalam sekarat.
“Pram, kau tak bisa mati! Di dunia ini, kau tak bisa mati dengan cara apa pun kecuali memang sudah waktumu mati. Di dalam database registrasi tadi sudah kujelaskan, usiamu di dunia ini 105 tahun. Itu artinya, meski tadi kuhujamkan seribu peluru pun, Kau takkan mati, hanya saja Kau tetap merasakan sakit. Maafkan aku, aku sedang lepas kontrol, tapi setidaknya kau sekarang akan percaya bahwa Kau benar-benar sudah Mati dari duniamu yang dulu.”
Petugas Kematian yang tadinya garang, mendadak menjadi lemah lembut dan tampak berempati melihat Prameswari yang sekarat. Petugas kematian membelai rambut Prameswari yang sudah basah akan darah, matanya memandangi mata Prameswari yang memerah karena bercampur darah dan karena terisak-isak menangisi nasib hidupnya yang malang.
Pram melihat wajah Petugas Kematian itu dan berusaha mengeja nama yang ada di dada kanannya, D E N T A
“Denta, Kau tampan… Tapi Kejam…” Prameswari seperti dijalari hawa hangat ketika rambutnya dielus-elus oleh Petugas Kematian yang berdarah dingin itu. Sebelum akhirnya Prameswari hilang kesadaran, sekuat tenaga ia memanggil Denta yang terlihat sedang mencuci darah di tangannya di wastafel. Merasa dipanggil, Denta menengok gadis di tandu yang barusan ia tembak.
“Denta, tolong jenguk aku di Rumah Sakit. Kumohon…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Bintang mehong
baru pemula 😁 jangan lupa mampir sebentar 🙏 MERMAID LOVE (SWEETNESS OF LOVE)
2021-04-08
0
Bintang mehong
bagus 👍
2021-04-08
0
࿇ωΐຮε࿐🅟🅖 ✈️
sadeeeesss🙈🙈🙈🙈
2020-11-21
0