Bagian 4 : Dia Muncul di Mana-Mana

Candy, sebagaimana dia selalu cuek dan jutek, ia tak pernah merasa takut pada apa pun yang berhubungan dengan dunia ghaib. Sampai di suatu malam sehari setelah kematian Prameswari, Candy mendadak menjadi sosok yang penakut dan parno.

Pada saat itu hari sudah merangkak di pukul 23.00, Candy terdiam di ranjang empuknya, menatap kosong jendela kamar yang ia biarkan terbuka. Ia ingin udara segar dari luar ruangan berkenan masuk dan menelisik ke dadanya yang panas.

Mula-mula Candy melamunkan berbagai hal, hingga di menit ke 30 ia tertidur tanpa sengaja. Mendadak, ia terbangun karena ponselnya bergetar.

Candy memicingkan matanya kearah ponsel yang tergeletak di samping kanannya, ternyata hanya sebuah notifikasi yang tak berarti. Candy hendak melanjutkan tidurnya karena kantuk yang tak tertahan, tapi matanya tertuju pada kursi di balkon kamarnya yang diduduki seorang gadis berambut sepunggung. Candy mendengus kesal dan berteriak,

“Pram! Kembalilah ke kamarmu sendiri! Aku mau tidur!”

Candy menghardik gadis itu tapi gadis di balkon itu tetap diam tak merespon sedikit pun. Kediaman yang janggal, gadis itu membisu seperti patung, membuat Candy geram dan sontak bangun dan melompat dari ranjang. Baru saja Candy ingin meneriaki gadis itu untuk kedua kalinya, Candy baru teringat bahwa Prameswari telah mati.

Di dalam rumahnya, hanya ada dua wanita yaitu Prameswari dan dia sendiri. Jika Prameswari telah mati, lalu, siapa perempuan berambut sepunggung di balkon itu?

Kaki Candy gemetar. Telapak tangannya dingin dan kaku. Ia tak percaya pada hantu, tapi ia yakin penglihatannya masih normal dan sehat…

“K..kk…Kau… Siapa?” Candy bertanya dengan suara tercekat.

Dengan mengerikan sekali, gadis di balkon itu menoleh dengan cukup lambat. Seperti sebuah adegan slow motion, rasa takut Candy semakin menjadi mengamati pergerakan kepala si gadis misterius itu, begitu pelan dan menyeramkan.

Tepat sesaat sebelum Candy bisa melihat wajah si gadis misterius itu, Candy dikagetkan dengan TV di kamarnya yang mendadak menyala. Tak hanya itu, TV itu menampilkan trailer adegan setan bermuka yang dipenuhi rambut yang sedang merangkak keluar dari sumur dan mendekati layar TV, itu adalah trailer Film The Ring.

Dengan sangat ketakutan Candy mengobrak abrik seluruh meja TV, mencari-cari remot untuk mematikan adegan yang masih berlangsung tersebut. Kini si setan di TV sudah semakin dekat dengan layar, dan itu artinya juga dekat dengan Candy. Candy tak menemukan remot TV. Ia pun menjamah kabel power dan menariknya keras-keras. Aneh, kabel colokan TV itu tak mau lepas, sedangkan setan berwajah rambut itu sudah semakin mendekatinya dengan adegan merangkak yang begitu pelan dan menakutkan.

Candy menjerit histeris sambil menarik sekuat tenaga kabel TV-nya, begitu tangan si setan menyentuh layar LCD TV, Candy berhasil mematahkan kabel TV dengan sisa-sisa keuatannya yang hilang karena rasa takut.

Jantungnya berdegup terlalu cepat, membuat napasnya terputus-putus dan kepalanya pening, matanya berkunang-kunang dan seluruh tubuhnya bergetar. Dia baru ingat bahwa dia masih memiliki satu ketegangan, yakni gadis misterius di Balkon. Candy memaksa lehernya untuk menengok, tenggorokannya masih tercekat.

Candy menghela napas panjang mendapati kursi di balkon telah kosong. Ia pun melompat ke ranjang dan bergegas menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Dengan terengah-engah Candy mengatur napasnya, ia meringkuk di dalam selimut dan mencoba meraih guling di sebelahnya. Naas, bukannya guling yang ia tarik, tangannya justru merasakan tekstur lain, bukan guling yang empuk dan hangat. Tapi sebuah kulit yang dingin dan kaku.