Ghozie melihat saudara perempuannya asyik bermain ponsel di balkon kamar miliknya. Gadis itu memang sudah terbiasa menerobos kamar miliknya, meski diomel setiap hari pun, Prameswari tetap tak kapok. Prameswari senang berada di kamar kakak-kakaknya karena baginya, berada dekat dengan kedua kakaknya akan mengembalikan ingatan membahagiakannya di masa kanak-kanak.
“Hei Ghozie, lihat ini, aku menemukan stelan baju yang bagus untukmu. Kau pasti akan sangat tampan jika mengenakan ini di hari ulang tahunku!”
Semula Ghozie ingin menghardik Pram yang semena-mena mendatangi kamarnya. Padahal baru saja ia meletakkan serbuk racun yang ia dapat dari Pangli, serbuk yang nantinya akan ia gunakan untuk menghabisi nyawa Prameswari.
“Whoiy… Kok malah bengong, sih? Ayo buruan sini, kamu suka gak? Kalau suka langsung nih aku Check out, aku minta kirim ojol hari ini ya… Trus kamu pengen apa lagi? Mumpung aku lagi sok baik nih, hehe.” Prameswari beranjak berdiri menghampiri kakaknya yang terdiam membisu. Ia menarik paksa Ghozie ke sofa panjang di sisi kiri kamar. Ghozie pun terhempas duduk di sofa, diikuti oleh Prameswari yang kemudian mendekap lengannya manja.
“Hem… entah mengapa aku tadi di sekolah pengeeen banget buru-buru pulang. Rasanya kangen kamu sama Candy. Aku juga udah bawain sekotak coklat buat Candy, sayang dia masih tidur. Ya udah aku main ke sini nyari kamu.”
Hati Ghozie berdegup kencang, antara gugup, bingung, dan sedih. Rencana untuk membunuh Prameswari sudah bulat dan matang. Tapi batinnya terusik dengan tingkah Pram yang manja. Bagaimana pun, Ghozie merupakan kakak laki-laki dari seorang adik perempuan yang manis dan penyayang. Ghozie menengok daftar belanjaan adiknya di Marketplace, ternyata Pram sedang memilihkan aneka stelan Jas yang cukup mahal untuknya. Ghozie bahkan tak pernah sekali pun memberi hadiah-hadiah mewah untuk adiknya. Ada rasa sedih yang menjalar ke dadanya, bahkan, menjelang akhir hayat adiknya, ia belum memberi sesuatu yang berarti.
“Pram, apakah Kau menyayangiku?” Agak ragu, pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Ghozie, tanpa permisi.
“Hei hei… pertanyaan macam apa ini? Bukti cinta yang seperti apa yang kau minta wahai kakakku yang tampan dan bersahaja?” Prameswari mendekap pipi Ghozie dengan kedua telapak tangannya. Matanya berbinar memandangi muka kakaknya yang seperti kebingungan.
Kemudian, dengan refleks Ghozie memeluk Pram dengan begitu erat. Air mata mulai mengucur deras di pipi hingga ke dagu hingga mengalir membasahi pundak Prameswari,
“Ghozie lepaskan aku. Kau memelukku terlalu erat. Ada apa? Tumben kau cengeng begini!”
Ghozie melepas pelukannya dan membuang muka dari Prameswari. Dengan suara pelan Ghozie bergumam,
“Aku sedang rindu Mama, dan hanya dari matamu aku bisa menemukan mama kembali. Karena itulah aku menangis, kurasa.” Ghozie berbohong, ia menangis atas keluguan adiknya yang begitu bergembira padahal besok ia akan mati dengan cara yang sangat tidak menyenangkan. Bahkan, Ghozie sudah diperintah untuk membuat kalimat-kalimat kejam yang bertujuan untuk membuat kematian Prameswari menjadi semakin dramatis. Ghozie terisak semakin menjadi. Mengenang kembali betapa Pram selalu menggelayut manja di pundaknya, betapa setiap waktu Pram selalu menyelamatkan Ghozie dari amukan ayahnya yang kerap menyiksa Ghozie dan Candy. Dan setelah sekian tahun hidup dengan begitu disayangi oleh adik kecilnya yang manis dan menggemaskan, Ghozie memilih takdir untuk membunuh gadis malang itu.
“Oooh… So Sweet… Come to Mama, baby…” Prameswari yang melihat Ghozie membuang muka sambil terisak kemudian mendekat dan melingkarkan tangannya ke tubuh Ghozie. Dengan gaya centilnya, jemarinya mempermainkan dagu dan hidung Ghozie, kemudian mengelus-elus rambut Ghoizie seolah Ghozie adalah putera kecilnya. Sementara itu, Ghozie larut dalam kebimbangan yang menyiksa.
Ghozie dan Candy adalah saudara kembar yang lahir pertama. Mereka memiliki Prameswari ketika mereka beranjak di usia 3 tahun. Itulah mengapa saat dewasa mereka tampak seperti teman sepermainan. Prameswari sangat menyayangi kedua kakaknya tanpa pernah tahu jika kedua kakaknya merupakan orang yang sangat berharap Prameswari mati bahkan sejak Pram baru dilahirkan ke dunia.
“Ghozie, tahu gak sih, semalam aku mimpi buruk. Aku kira aku tercebur ke sumur berhantu sementara kamu sama Candy hanya tertawa melambaikan tangan dari atas sumur! Huft… meski hanya mimpi, untuk sejenak aku merasa geram sama kalian. Tapi oh, bukankah itu hanya mimpi, aku yakin di dunia nyata, jika nyawaku terancam, aku tahu kau adalah orang pertama yang akan berjuang menyelamatkanku. Iya kan, Ghozie.”
Pertanyaan Prameswari sontak membuat Ghozie gemetar. Antara takut, kaget, dan sedih, dan kecewa pada dirinya sendiri yang memilih menjadi kakak jahanam.
Pram… Segeralah mati dengan caramu sendiri agar aku tak perlu membunuhmu dengan tanganku. Kumohon…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Vince Radja Kudji
znopu
2021-02-19
0
🥚⃟ˢˢᵃ•ԃσɳԃσɳ✴️
Hidup oh hidup..
2020-10-31
0
MeeGorjes🍌Peak_fam😜
harta harta harta
2020-10-31
0