Saat mataku benar-benar tertutup rapat, kukira aku akan menghilang dan tak merasakan apa-apa. Aku salah, rasa sakit yang menusuk-nusuk itu tak menghilang, semua inderaku masih bekerja kecuali mata. Telingaku mendengar tawa riang semua orang di ruangan. Kudengar seseorang menyeru untuk menyerbu pohon kado milikku. Itu adalah aneka kado yang diberikan oleh para tamu dan kolega ayah untuk ulang tahunku. Dalam pendengaranku, kutangkap bahwa Pangli adalah makhluk paling serakah di ruangan, dia sepertinya tak segan-segan memukul siapa saja yang berusaha mengambil bingkisan yang ia inginkan.
********!
Selama ini dia hanya menampilkan wajah manis dan manja di depanku. Memuji semua yang ada pada diriku. Mengagumi seluruh lekuk di tubuhku. Mendadak aku menjadi sangat jijik dan malu pada diriku sendiri, bagaimana bisa aku memberi izin kepada ******** seperti Pangli untuk berwisata di seluruh tubuhku. Kemudian, malu yang kurasakan segera menjelma menjadi sebuah amarah. Aku berteriak menghardik siapa saja, meraung sekeras yang kubisa. Aku ingin mencekik semua orang di ruangan. Aku ingin beranjak bangun tapi aku tak tahu di mana kakiku, tanganku, bahkan aku tak tahu di mana aku. Yang terasa dari diriku adalah sebuah ngilu yang tak bertempat. Aku mendengar suara-suara tapi aku bahkan tak tahu di mana telingaku.
Apakah aku menjadi asap?
Apakah aku berwujud udara?
Sebelum semua kebingunganku terjawab, aku merasa diriku tersedot ke dalam pusaran angin. Mual dan pening membuatku benar-benar ingin muntah. Tapi Oh, bahkan aku tak tahu di mana mulutku.
Hening…
“Nona Prameswari…”
“Nona Prameswari…”
“Hey, bangun… Kau sudah dipanggil beberapa kali.”
Aku mengernyitkan dahi, mencoba memicingkan mata perlahan-lahan. Setelah kulihat tubuhku utuh dan aku berada di sebuah ruangan yang ramai dengan banyak orang, aku beranjak bangkit dan berteriak.
“Terima kasih Tuhan! Ternyata semua ini benar-benar hanya sebuah prank!”
“Nona, apa maksudmu, ayo bergegaslah, petugas sudah memanggilmu sejak tadi.”
“Gosh… Berapa duit Ghozie mempersiapkan prank gila macam ini? Kereeen!”
Aku berdecak kagum mengagumi sekeliling. Mengagumi pakaian gembel yang melekat di tubuhku. Ghozie benar-benar paham bahwa aku jijik dengan baju gelandangan. Sumpah! Ini adalah prank tergila yang pernah kualami!
“Nona Prameswari… di panggilan terakhir jika Nona tidak segera datang ke sumber suara, saldo rekening Nona akan dipotong sebagai denda!”
Seseorang dalam ruangan menyeretku. Aku masih menyeringai menikmati keadaan sekeliling yang begitu nyata dan seperti tak dibuat-buat. Aku dihempaskan pada sebuah meja informasi.
“Petugas, ini yang namanya Prameswari!”
“Nona, mengapa kamu menyusahkan semua orang! Antrian semakin mengular gara-gara kelakuanmu!
Seorang petugas informasi yang cantik tapi jutek itu menghardikku sambil menyeret tanganku untuk masuk ke sebuah ruangan.
Loket Registrasi Pasca Kematian
Haha… Apa-apaan ini? Tentu prank semacam ini akan memakan ratusan juta, oh, betapa gilanya saudara-saudaraku itu!
“Nona Prameswari, melihat tingkahmu itu sepertinya Kau belum paham di mana saat ini Kau berada!" Seorang lelaki penjaga loket yang usianya sekitar tiga puluhan tahun menginterupsi lamunanku.
Aku tersenyum riang.
"Di mana pun ini, aku tak peduli. Yang penting aku masih hidup dan tentu itu hal yang sangat membahagiakan. Kau tahu, sebelumnya kukira aku sudah mati, dan mati dibunuh! Oh, betapa mengerikan sekali jika itu nyata, haha!”
“Maaf, Nona, tapi Kau memang benar-benar dibunuh. Oleh saudara-saudaramu yang iri dengan perlakuan ayahmu. Oh sudahlah itu tak penting. Lagipula antrian sudah mengular, mari segera selesaikan registrasi, Nona.”
Aku mengernyitkan dahi dan masih 100% percaya bahwa ini semua adalah bagian dari prank yang direncanakan Ghozie dan Candy. Sampai akhirnya, layar LCD di hadapanku itu membuat bulu kudukku berdiri. Aku melihat kecanggihan teknologi yang tak mungkin dijangkau oleh manusia di masaku hidup. Teknologi yang tak mungkin mampu diupayakan oleh Ghozie dan Candy dengan cara paling mustahil sekali pun!
Saat itu, petugas memintaku duduk di sebuah kursi hitam. Ia meminta kepalaku bersandar rileks agar sebuah alat yang mirip dengan helm itu bisa terpasang sempurna di kepalaku. Kedua tanganku diletakkan di gagang kursi dengan melekatkan semua sidik jari pada sensor yang sudah terpasang di gagang kursi. Aku diminta menatap layar LCD di hadapanku. Pertama-tama, begitu jari-jemariku menyentuh sensor, aku merasa ada aliran listrik menyengat jemariku. Kemudian aliran listrik itu perlahan mengalir naik ke kepala bagian belakangku dan puncaknya, aku seperti tersengat ribuan tawon. Tubuhku menggelinjang sebentar dan kemudian semuanya kembali normal. Tapi, layar LCD di depanku membuatku bergidik ngeri.
Layar LCD itu mula-mula menampilkan adegan seorang ibu muda yang sedang melahirkan puterinya di sebuah ruangan sempit di rumah kumuh yang hanya ditemani oleh seorang pria kusam dengan wajah muram. Meski tampak berpuluh-puluh tahun lebih muda, aku mengenali bahwa mereka adalah ayah dan ibuku. Pikiranku bergejolak, jika aku memilih untuk percaya bahwa mereka itu ayah dan ibuku, sama artinya dengan aku sedang mempercayai bahwa aku telah mati.
Tentu aku tak pernah ingin percaya pada tayangan dalam LCD itu, tapi semakin ke belakang, semakin ia menampilkan semua kehidupanku. Dari aku bayi hingga anak-anak, hingga dewasa.
Cuplikan-cuplikan tentang perjalanan hidupku ditampilkan kembali dengan begitu sempurnanya. Membuatku tersadar juga bahwa ada beberapa poin dalam hidupku yang luput aku sadari.
Aku hidup bersama Ghozie dan Candy, saudara yang kusayangi, yang ternyata sedari aku kecil mereka sudah menginginkan kematianku. Ternyata itu dikarenakan oleh sikap ayah yang terlalu menganggapku special. Sebagaimana sebelum kelahiranku kehidupan ayah sekeluarga sangat memprihatinkan. Bisnis ayah selalu gagal dan kemiskinan pun tak terelakkan.
Setelah kelahiranku, semua bisnis yang digeluti ayah merangkak naik dan sukses. Ayah menganggap aku adalah anak keberuntungan dan memperlakukanku secara special. Dia lupa bahwa semua anaknya memiliki porsi yang sama-sama ingin disayangi, tapi karena menganggap bahwa kehadiranku adalah semacam jimat, ia tak bisa berlaku adil kepada kami. Meski berat menerima kenyataan, dengan melihat semua tayangan-tayangan di LCD, aku mulai memaklumi tindakan Ghozie dan Candy.
Gosh!!!!
Apakah itu artinya aku percaya bahwa aku ini sudah benar-benar mati???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Annisa lie
mengerikan begitulah nanti di akhirat kita akan di tuuunjukan bagaimana perjalanan hidup kita 😔😔
2021-07-02
1
Ning Putri
❤️
2021-06-18
1
Mirai Amthy
Lanjut
2021-03-14
0