Sudah dua malam ini Satria berada satu atap dengan istri keduanya yang baru dia nikahi dua hari lalu.
Dua malam yang sangat indah menurut Satria yang di usia tiga puluh tahunnya baru merasakan kenikmatan bercinta, kenikmatan penyatuan badaniah seutuhnya dengan seorang wanita.
Walaupun ada sedikit rasa kecewa ketika mendapatkan kenyataan bahwa dia bukanlah laki-laki yang pertama berhasil mendobrak benteng dara milik Anna, namun kekecewaan itu mampu dia redam dengan cinta yang begitu besar yang dia miliki untuk wanitanya itu.
Malam ini, Anna keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk putih yang membelit tubuh rampingnya. Dengan gerakan seduktifnya Anna mendekati Satria yang sudah mengenakan celana jeans dan kemeja hitamnya.
Sambil menggulung lengan baju nya ke batas siku, Satria memperhatikan tampilan dirinya di muka cermin. Tampan. Satu kata yang tergambarkan untuk pria bertubuh tinggi dengan otot-otot yang tercetak sempurna di beberapa bagian tubuhnya itu.
Dibalik punggung pria itu, Anna melingkarkan kedua lengannya merengkuh tubuh tegap itu. Merapatkannya ke tubuh rampingnya.
Di rebahkan kepalanya tepat di bahu satria dengan manja, lalu mengirimkan beberapa kecupannya ke leher pria itu.
Satria yang mendapatkan serangan itu hanya mengulas senyum tanpa menoleh, hanya memperhatikan apa yang Anna lakukan lewat pantulan di cermin saja.
“Mas, jangan pulang dulu dong. Aku masih pengen di manja-manja,” pinta Anna merengek lembut di balik bahu tegap pria itu.
“Aku harus pulang, Ann. Besok-besok aku ke sini lagi,” jawab Satria santai masih berkutat dengan gulungan lengan bajunya yang sebelah lagi.
Jilatan liar dan gigitan-gigitan kecil dilancarkan Anna pada belakang leher satria, berusaha membangkitkan gairah kejantanannya.
Tentu saja memancing Satria untuk membalikkan badan nya dan berhadapan dengannya.
“Ann, aku udah rapi nih.” Satria berusaha menolak halus.
“Aku pengen main sekali lagi sebelum kamu pulang, please,” pinta Anna manja.
Dilingkarkannya kedua lengannya pada leher Satria dan menariknya untuk mendekat ke wajahnya. Satria pun tak kuasa menolak.
Di raupnya bibir Anna dengan bibirnya yang lembut. Namun Anna membalasnya dengan lumatann yang rakus dan sangat bernafsu.
Merasa tak mendapat penolakan dari Satria dan dirasanya suaminya itu memang menginginkannya, jari jemari Anna lincah membuka kancing kemeja Satria satu persatu dan menguaknya kasar kemudian melempar kemeja hitam itu ke sambarang arah hingga terpampang kembali dada bidang yang merebakkan harum maskuline yang sangat khas dan menyegarkan.
Tanpa melepaskan pagutannya, Anna membuka handuknya dan membiarkannya jatuh ke lantai.
Tangan Satria yang sedari tadi melingkar di pinggangnya, perlahan dia arahkan menuju dua gundukan berukuran sedang yang bergantungan di dadanya. Tak disia-siakan, Satria meremas salah satunya dengan lembut dan perlahan.
Dengan gairahnya yang kian memuncak, Anna mendorong tubuh Satria ke atas ranjang. Lalu dengan cekatan membuka ikat pinggang dan pengait celana jeans nya lalu di tariknya cepat. Tinggallah tubuh Satria yang hanya terlapisi dengan boxer abu-abu nya yang menutupi 'Si Jeki' nya.
Anna menaiki tubuh Satria dengan menatap wajah tampan pria itu penuh nafsu dengan sorot matanya yang liar. Dia menunduk untuk menjangkau bibir Satria yang sedikit terbuka, dikecup dan dilumatnya bibir tipis itu penuh gairah.
Satria yang berada di bawah tubuh Anna hanya terpejam merasakan nikmatnya sentuhan istri keduanya itu, terlebih ketika Anna memberikan begitu banyaknya tanda kepemilikan di sekujur tubuhnya, membuatnya makin melayang dan terbuai dalam nafsunya.
Anna begitu mendominasi permainan mereka. Seolah-olah ingin mengajarkan Satria bagaimana cara melayani hasratnya dengan kenikmatan yang penuh sensasi.
Deru nafas kedua insan itu pun terdengar jelas, erangan dan lenguhan saling bersahutan. Seperti di buru waktu, permainan ranjang itu pun ingin segera di tuntaskan oleh Satria. Dengan gerakan dan hentakannya yang dia percepat akhirnya keduanya pun mendapatkan pelepasan secara bersamaan.
Anna menjatuhkan tubuh nya ke atas tubuh Satria yang basah karena keringat ketika semua gairahnya tersalurkan sempurna. Dia mendongak perlahan kemudian menjangkau bibir satria dan mengecupnya lembut.
“Good player,” bisik Anna setelah mengecup dagu Satria.
Satria tersenyum manis mendapat pujian itu. “Lumayan lah yang penting bisa kukuruyuk,” candanya pelan.
Tiba tiba dia teringat ucapan Alex yang menirukan kata-kata Danisha yang terdengar sangat lucu baginya.
‘Sha, ngapain sih kamu tiba-tiba nongol di pikiran aku. Dasar bandel.’ umpatnya dalam hati.
“Yank, aku pulang ya. Udah malam,“ pamit Satria seraya merebahkan perlahan tubuh polos Anna ke samping nya.
“Nginep aja, ini udah malam banget, Mas.” Rengek Anna seraya melingkarkan tangannya ke dada Satria untuk menahan gerak pria itu.
“Gak bisa, Ann. Aku harus pulang,” tolak Satria dengan nada halus.
“Dasar anak mami. Takut sama ibu. Aku jadi ngerasa kayak istri kedua, Mas. Karena kamu lebih mentingin Ibu kamu di banding aku.”
‘Emang istri kedua.’ gumam Satria hanya dalam hati.
Anna sama sekali tak mengetahui bahwa Satria sudah lebih dua bulan ini tidak tinggal bersama Ibu nya lagi, sejak dirinya menikahi Danisha.
Itupun justru atas saran dari Ibu kandungnya yang sejak lama selalu mengingatkannya jika suatu hari dia menikah silahkan pisah rumah dari Ibu untuk kenyamanan Istri nya, walaupun sebenarnya Danisha lebih suka tinggal dengan Ibu mertuanya yang baik itu.
Namun begitu, hampir setiap hari Satria mengunjungi Ibunya sebelum memulai aktifitasnya di kantor, karena kebetulan rumah Ibu nya tak jauh dari lokasi tempatnya mengais rejeki.
Dan untuk mengurus semua keperluan sang Ibunda, Satria juga mempekerjakan dua orang asisten rumah tangga dengan tugas masing-masing, namun yang terpenting adalah menjaga Ibu nya dua puluh empat jam.
“Pokoknya kamu harus meyakinkan Ibu kamu untuk bisa menerima aku, Mas. Aku gak mau hubungan kita diumpet umpetin terus. Apalagi sekarang aku udah sah jadi istri kamu.” Nada suara Anna sedikit meninggi.
“Iya, sabar, Ann. Ibu kan lagi sakit, aku gak mau Ibu kenapa-napa pas tau aku masih berhubungan sama kamu. Pelan-pelan nanti aku coba bicara sama Ibu. Pokoknya aku minta kamu sabar, Oke.”
Anna menghela nafasnya kesal lalu mengangguk samar, walaupun dalam hati sama sekali tak setuju dengan apa yang diminta Satria.
Satria tersenyum kecil lalu mengecup pucuk hidung Anna sekilas. Dia memindahkan lengan Anna dari dadanya lalu bangkit dari ranjang dan meraih handuk yang tergeletak di lantai.
Dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk segera menunaikan mandi wajibnya sebelum pulang.
****
Pov Satria.
Ku parkirkan mobil ku ke dalam garasi persis sejajar dengan mobil sedan merah maroon milik Danisha. Ku toleh sebentar arloji di pergelangan tanganku. Sudah jam dua belas lewat tiga puluh menit. Aku yakin pemilik mobil sedan mewah ini pasti sudah terlelap dalam alam mimpinya.
“Sha udah tidur, mbak?” tanya ku pada Mbak Cicih. Asisten rumah tanggaku, yang membukakan pintu rumah untukku.
“Kayaknya udah, Pak,“ jawabnya dengan suara serak karena kantuk yang menyerangnya.
Aku hanya mengangguk samar, lalu melangkah ringan menuju kamarku di lantai dua. Aku berusaha langkahkan kakiku menapaki anak tangga satu persatu tanpa menimbulkan suara karena takut terdengar oleh Sha dan membuatnya terbangun.
Pintu kamar Sha masih terbuka. Tumben dia tidur tanpa menutup pintu. Ku putuskan untuk menengok sejenak penghuninya.
Ku langkahkan perlahan memasuki kamarnya yang tampak sangat berantakan, kertas-kertas bertebaran dimana-mana, baju-baju bekas pakainya pun tampak berserakan di lantai.
Ck, ck, ck.... Benar-benar seperti kapal pecah. Sebenarnya aku tak heran, karena aku tahu persis memang sejak dulu Sha paling malas merapikan kamarnya.
Indera rungu ku menangkap suara kucuran flush toilet di dalam kamar mandi. Dan seketika itu juga pintunya terbuka. Sosok cantik itupun keluar dari sana.
Dan....Ya Tuhan, terpampanglah pemandangan yang sangat menggugah gairah kejantananku.
“O my God. Baaang!!!” pekiknya kaget ketika dia menyadari ada aku di dalam kamarnya. Pandangan kami pun bertabrakan.
Dia berusaha menutupi bagian dada dan bawahnya dengan kedua tangannya.
Aku pun terperanjat. Namun kenapa aku tak memalingkan wajahku? Mubazir lah menyia-nyiakan pemandangan yang menarik itu.
Aku tergugu menatap tubuh semampainya yang hanya terbalut dengan bra dan cd hipster berwarna hitam.
Ya Tuhan... Seksi nya.
Walaupun baru beberapa saat lalu aku disuguhkan oleh tubuh Anna, namun melihat Danisha dengan keadaan polos seperti itu rasanya ada getaran yang sangat berbeda.
Entahlah, ku lihat dia kini lebih ranum dan lebih berisi. Si 'Jeki' yang tadinya sudah tertidur pulas di bawah sana, kini terjaga kembali dan mulai meronta-ronta hingga menegang. Please, Jeki, Not now!
Spontan Danisha masuk kembali ke dalam kamar mandi, dan menyembunyikan tubuhnya di balik pintu. Hanya kepalanya yang tampak tersorong dari baliknya.
“Ketok pintu dulu, kek, kalo mau masuk. Kebiasaan!” semburnya kesal pada ku.
“Sorry Sha, tadi pintunya nganga, ya aku langsung masuk aja.”
“Tolong ambilin bathrobe atau apa kek, Bang. Di dalam sini gak ada handuk.”
Aku celingak-celinguk mencari keberadaan bathrobe yang dia minta. Namun tak juga tampak.
“Gak ada, Sha. Jas ujan mau gak?” canda ku.
“Jangan becanda, Bang. Dingin nih, cepetan dong!” Setengah berteriak Sha menggerutu kesal. Aku tersenyum geli melihatnya yang kini melotot geram ke arah ku dari balik pintu.
Ku raih bathrobe yang dia minta yang ternyata tergantung di depan salah satu lemari di walk in closet nya. Dan bergegas ku berikan padanya.
Tak lama Sha keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe dan rambut panjangnya yang di cepol tinggi, menampilkan leher jenjangnya yang putih bersih dan sangat menggoda.
“Kamu abis mandi atau ngapaian?” tanyaku penasaran.
“Abis mandi, Bang. Gerah,“ jawabnya nyantai.
“Eh, kamu bisa masuk angin loh mandi tengah malam gini.” Namun peringatanku tak digubrisnya. Dia hanya berlalu dengan santainya melewati aku.
“Gimana kerjaan abang di Bali? Udah kelar?” tanya nya ringan namun dengan raut wajah datar dan tanpa senyum.
Aku meneguk saliva ku berat. Bingung menjawab apa. Karena aku tau jawaban apapun yang aku katakan saat ini tak akan membuat Sha percaya.
“Bang?” ulangnya. Sembari menghenyakkan dirinya di atas ranjang dan menghujam wajah ku dengan tatapan mata nya yang tajam. Jelas saja membuatku makin grogi dan salah tingkah.
“Iya, udah.” Hanya itu yang keluar dari lisanku dan menyungging senyum berusaha menutupi kegugupanku.
Tiba-tiba dia bangkit dari duduknya dan menghampiri aku. Dekat dan sangat dekat dia berdiri tepat di hadapanku. Makin gugup saja aku dibuatnya.
Masih dengan bola matanya yang menatap lurus ke kedua mataku, tangannya terangkat.
Dan .... Satu persatu kancing kemejaku di bukanya dengan cara yang sangat menggoda.
Jantungku berpacu cepat. Darahku berdesir kencang. Sumpah, Aku deg-deg an, pemirsah.
Terlebih lagi, di kuak nya kemeja hitam ku tanpa memutuskan tatapannya dari manik ku. Bahkan wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat dan wangi strobery menerpa kulit wajahku.
Ingin sekali ku kecup bibir mungilnya yang hanya berjarak hitungan senti saja dari bibirku, namun aku takut akan berlanjut ke hal yang lebih jauh.
My God, Please, Jangan Sha....!
Walaupun Sha istri ku yang sah tapi aku di larang keras untuk menidurinya saat ini.
“Jreng....Jreeeennggg! Waaah... Ada macan tutul...?!”
Aku terperanjat dengan pekiknya ketika dia menguak lebar kemeja hitam ku dan memperlihatkan seluruh bagian dadaku. Nyaris jantungku merosot jatuh dari tempatnya.
“Hahaha....Cupangan ni yeeee!!!” seru nya lagi seraya tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk leher dan dada ku.
Spontan aku menunduk memperhatikan area dada ku dengan seksama.
Yassalam....
Stempel kepemilikan hasil karya bibir Anna bertebaran disekujur tubuhku. Aku Malu sekali, terlebih lagi melihat Sha yang tergelak geli sembari meledekku.
“Ehh, ini....Mmm, apa ya.” gugup dan salah tingkah melingkupi diriku.
“Udahlah, Bang. Jangan grogi gitu. Kita udah sama-sama gede ini. Cuek aja lah,” ujar Sha dengan nada yang begitu santainya setelah dia menyudahi gelaknya. Aku jadi makin tak enak hati karenanya.
“Maaf, Sha....” desisku.
“Maaf kenapa? Karena Abang bohongin Sha ‘kan?”
Seketika aku terdiam, tak tau lagi harus berkata apa. Yang ku bisa saat ini hanya berusaha menenangkan jantungku yang tadi nyaris loncat dari tempatnya.
“Dua hari ini abang jalan sama pacar abang ya?” tebaknya seraya melangkah kembali ke ranjangnya. Dan duduk bersila di atasnya. Lagi-lagi aku terdiam tak mampu menjawab pertanyaannya.
“Seharusnya abang gak perlu pake acara bohong segala. Bilang aja terus terang abang pengen kencan sama pacar. Sha gak marah, kok. Waktu malam pengantin kita juga abang langsung ngacir ninggalin Sha untuk ketemu pacar abang. Sha maklum, Bang,” tuturnya dengan begitu lugas dan ringannya seolah tanpa beban.
Ku hela nafasku yang sudah mulai teratur. Ku hampiri ranjangnya dan ku dudukan diriku di sebelah nya.
“Beneran kamu gak cemburu, Sha?” tanyaku pelan sambil ku tatap maniknya yang masih bersinar cerah.
Tampak Sha menggeleng mantap sambil tersenyum.
“Berarti kamu gak cinta sama aku,” vonisku sembari menunjuk pucuk hidungnya dan mencubitnya gemas.
Sha hanya tersenyum lebar dan sama sekali tak membantah ucapanku barusan.
Apa aku berharap dia mencintaiku?
Entah ada apa denganku ini. Ketika dia menggeleng mantap ada perasaan tak nyaman menyelinap di hatiku.
Ya ampun, Satria. Serakahnya dirimu, Bang Satria. Di saat kamu sudah menikahi Anna sekarang kamu berharap Danisha punya perasaan yang lebih dalam pada mu?
Ingin rasanya ku tempeleng wajah ku sendiri karena rasa bersalahku pada Sha.
Aku pernah berjanji untuk tidak menikahi Anna sebelum Sha bersalin nanti. Tapi sekarang aku justru mengingkari janjiku sendiri.
Pengkhianat, mungkin itulah sebutan yang pantas disematkan untuk ku.
Haiiii....Readers.
Jumpa lagi di karya Othor yang kedua.
Cerita nya ringan-ringan aja yah. Udah Cape kan dengan konflik yang berat.
Yuk enjoy,
Jangan Lupa. Like, Vote, Favorite, kritik dan saran di komen yah.
Happy Reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Widia Aja
Jadi kezel, dasar cowok bang sat
2023-02-24
0
Yessyka June
hahhh.... entah lahh sakit sih di posisi shaa.....
jahara kamu bang satu🥺😡😭
2021-05-29
0
cahya.rien
dalam hati sha pasti nyesek bget..
rasanya ga karuan ☹️😢
2021-05-20
0