“Bye Sha, Bye Mas Alex, Bye Abang Saaat.....” seru Viona dari balik kemudi Honda Jazz abu-abunya bersama Rara yang duduk di sampingnya.
Melambai-lambaikan sebelah tangan mereka pada dua cowok tampan macho menawan dan seorang gadis cantik pemilik senyum manis mempesona.
Danisha yang berdiri di antara dua cowok keren itu melemparkan senyum lebar nya pada kedua sahabat error nya seraya menggamitkan lengan kanan nya pada lengan Satria dan lengan kirinya pada lengan Alex. Dan menjatuhkan kepalanya di sisi bahu Satria.
“Shaaa....Menang banyak Lo, Sha!” teriak Rara sambil mengarahkan telunjuknya bergantian pada kedua cowok matang yang mengapit tubuh ramping Danisha.
“Danisha gitu loh!” sahut Danisha ikut berteriak.
“Sha, gue titip yang kotak-kotak, jangan sampe lepas!" Viona menjulurkan kepalanya keluar jendela mobilnya ikut berteriak pada mereka.
Yang dimaksud Viona adalah Alex yang tersenyum geli seraya melambaikan tangannya pada Viona.
“Beressss! Ntar gue kandangin!” sahut Danisha lagi.
Dan Honda Jazz abu-abu itu pun mundur perlahan keluar dari halaman rumah bercat putih abu-abu itu lalu meluncur ke jalanan dengan cepat.
Satria membalikkan badan hendak masuk ke dalam rumah menyusul Alex yang sudah lebih dulu menghilang ke dalam.
“Lepas, ah. Ribet. Gandengan mulu kayak nenek-nenek mau nyebrang,” protes Satria sebal seraya menepis pelan tangan Danisha yang masih menggamit mesra lengannya.
Gadis itu merengut kesal menatap wajah cool Satria.
“Abang gak kasian ama Ibu hamil ini?“ sungut Danisha seraya memanyunkan bibirnya.
“Gak! Ayo masuk,”
“Hubby, gendoooongg....” pinta Danisha manja seraya merentangkan kedua lengannya di hadapan Satria yang sudah melangkah beberapa meter darinya.
“Ogah, ah! Berat. Kebanyakan dosa,” sahut Satria seenaknya seraya melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Danisha yang masih berdiri terpaku di tempatnya.
“Huuuuu, percuma punya badan kayak Deddy Corbuzier....” ejek Danisha, lalu melangkah masuk juga mengikuti Satria.
****
“Thanx ya, Lex. Lo udah bantu gue persiapkan rumah ini dalam waktu singkat. Lo emang hebat,” puji Satria pada sahabatnya ketika mereka sudah menempatkan diri di sofa ruang keluarga.
“Ahhh, itu udah tugas gue, Sat. Gue kan asisten lo. Ya gue pasti siapin apapun keperluan lo, lah,” tutur Alex kemudian menyesap minuman bersodanya.
“By the way, Anna gimana, Sat? Apa dia tau lo pindah rumah?“ tanya Alex seraya meletakan gelas bertangkainya ke atas meja yang membatasi duduknya dengan Satria.
“Gak, Lex. Dia jangan sampe tau. Dia tau nya gue masih di rumah Ibu,”
“Kalo dia nyari lo ke rumah Ibu gimana?”
“Gue yakin Ibu gak akan ngasih tau, Apalagi Ibu gue keliatan banget kurang suka ama dia cuma karena profesinya. Heran gue juga sama Ibu yang selalu negatif thinking sama profesi Anna.”
“Ya, mungkin Ibu lo punya pemikiran lain, Sat. Terus, hubungan lo sama dia kayak gimana sekarang? Masih lanjut atau lo putusin?”
Sejenak Satria mengangkat wajahnya menatap Alex dengan kilau matanya yang meredup.
“Masih lanjut, Lex. Rasanya gue gak rela putus sama dia,” jawab Satria kemudian.
Alex menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban Satria yang menurutnya sangat mengherankan.
“Lo gak mau lepasin Anna, sementara lo udah nikah sama Sha. Gimana sih?”
“Complicated lah pokoknya. Yang pasti gue jalanin aja dulu. Lex.”
Satria meraup wajahnya kasar dan meremas rambutnya gemas pada dirinya sendiri.
Kesal pada dirinya yang merasa tidak bisa mempertahankan prinsip cintanya. Dan geram pada dirinya yang tak sanggup menolak permintaan ayah angkatnya yang memang sangat berjasa besar dalam hidupnya selama ini.
“Coba seandainya gue nikahin Anna lebih dulu, mungkin gue udah hepi sekarang dan gak berada di situasi sekarang,” lirihnya kemudian menoleh pada Alex.
“Lo gak boleh gitu, Sat. Ini udah jalan hidup lo yang harus lo jalanin. Optimis dong. Gue liat Danisha juga orang nya baik, asik lagi, rame kayak pasar malem,” ujar Alex menilai pribadi Danisha dengan tepat.
“Iya, gue juga heran sama bocah satu itu. Dengan keadaan dia sekarang kok masih bisa-bisanya ngakak sana sini kayak gak punya beban hidup. Kalo cewek-cewek lain yang ngalamin masalah kayak dia mungkin ada yang gantung diri atau bersedia ngopi bareng Jesica kali,” tutur Satria dengan dilingkupi rasa heran dalam benaknya.
“Hahaha, minum kopi sianida maksud lo?” Alex tertawa geli menanggapi ucapan Satria yang mulai tertular kegesrekan Danisha.
Satria mengangguk dan ikut tertawa renyah.
“Tapi lo emang kakak yang baik, Sat. Mau mengorbankan cinta lo ke Anna demi menjaga kehormatan keluarga angkat lo. Gue salut. Kalo gue di posisi lo mungkin gue udah kabur kali,“ puji Alex untuk Satria yang membuang pandangannya ke arah lain.
Dan dengan sorot mata nanar, dia membayangkan nasib percintaannya dengan Anna seperti apa selanjutnya nanti.
“Ya abis mau gimana lagi. Yang bisa gue lakukan sekarang cuma berdoa, semoga Allah kasih gue kekuatan untuk ngejalanin ini semua,” ucap Satria penuh kepasrahan.
“Amin, Pak Ustadz....”
Sementara di atas, di lantai dua,
‘Maapin Sha, ya Bang.’ gumam Danisha lirih seraya menatap punggung Satria dari sandaran tangga.
Dia mendengar semua pembicaraan kedua laki-laki yang duduk saling bersebrangan di sofa bawah sana. Hatinya terasa begitu miris mendengar apa yang Satria katakan.
Rasa bersalah yang membuncah tak dapat dia pungkiri lagi. Karena dia merasa dirinya menjadi sumber perusak masa depan kakak angkatnya yang kini berstatus suaminya.
****
Tok....Tok....Tok....
Terdengar tiga kali ketukan di pintu. Danisha mendongak dan menoleh ke asal suara.
Tampak Satria melongokkkan kepalanya seraya melemparkan nyengir kudanya pada Danisha yang sedang tertelungkup di atas ranjangnya dengan dua kakinya yang terangkat dan menyilang.
“Boleh masuk?” ijin Satria basa basi tanpa melepaskan senyumnya.
“Masuk aja, Bang. Kayak orang mau minta sumbangan aja masuk pake minta ijin segala,” sambut Danisha cuek dengan suaranya yang melemah.
Dia hanya menoleh sekilas pada Satria yang menghampiri tempatnya lalu kembali mengalihkan pandangan pada Iphone digenggamannya.
Satria geleng-geleng kepala melihat tumpukan baju-baju Danisha yang masih berserakan di lantai yang di lapisi dengan karpet tebal.
Kembali dia mengarahkan bola matanya pada Danisha dan menatapnya gemas.
Gadis itu sama sekali tak menggubrisnya, jarinya masih saja asyik menari-nari di atas layar gawainya.
“Sha, beresin nih baju-baju kamu. Cepetan!" perintah Satria akhirnya dengan nada suara meninggi.
Danisha menoleh sekilas pada Satria yang kini sudah berkacak pinggang dan melotot gemas padanya.
“Ntar aja lah, Bang, Sha cape banget nih.” Cuma alasan Danisha dan kembali dia mengutati layar Iphonenya.
Satria menarik nafas nya dan menghembusnya dengan kesal. Menunggu Danisha untuk menuruti perintahnya untuk bebenah seperti menunggu pohon pisang berbuah semangka, mustahil bin mustahal.
Akhirnya dia putuskan untuk turun tangan membereskan baju Danisha yang terhampar di depan matanya.
Satria memungut satu persatu baju yang sudah terlipat. Lalu di satukan ke dalam satu tumpukan dengan jenis yang sama. Dan membawa nya ke dalam lemari di walk in closet yang terletak beberapa meter dari tempatnya dan disusunnya dengan rapi.
Begitu juga dengan gaun-gaun Danisha yang terbungkus dengan kantong baju masing masing, dia satukan dengan yang sejenis, lalu kembali dia deretkan di dalam lemari khusus untuk pakaian formal.
Danisha memperhatikan Satria yang bolak-balik membereskan baju-bajunya, hanya cengengesan seraya menutupi mulutnya dengan Iphonenya.
“Malah cengar-cengir. Bantuin, kek!“ protes Satria dengan nada kesal melihat Danisha hanya berbaring terlentang santai sambil melempar senyum lebarnya.
“Sha bantu doa aja deh, untuk saat ini cuma itu yang Sha bisa,” jawab Danisha enteng tanpa peduli pada Satria yang makin melebarkan kelopak matanya dan menarik kedua sudut bibirnya dengan gemas.
Kesal, Satria meraih satu celana dalam Danisha berwarna hitam motif polkadot yang tergeletak didekatnya, lalu di remas remasnya seperti bola.
Dan..... Plok....!
Celana dalam hitam itu mendarat tepat menutupi wajah Danisha.
“Baaang, iihhh jahatnya kamu sama ibu hamil ini!” pekik Danisha setelah mengangkat celana dalamnya itu dari wajahnya.
“Bodo!” ketus Satria seraya membaringkan tubuh tingginya di lantai berkarpet persis di antara tumpukan-tumpukan pakaian dalam dan lingerie Danisha yang beraneka warna dan model.
Penat pun mulai menjalari seluruh persendiannya.
“Wuiiidihh, dia dapet posisi uenak, nyaman bener hidup mu, Bang.” ledek Danisha seraya bangkit dari rebahannya.
Satria hanya tersenyum kecil menanggapi ocehan Danisha, lalu memejamkan matanya sejenak meresapi dinginnya udara dari penyejuk ruangan yang melingkupi kamar itu.
Danisha turun dari ranjangnya dan ikut membaringkan diri persis di sebelah tubuh Satria. Pria itu hanya bergeming dan masih memejamkan mata.
“Bang....“ panggil Danisha pelan seraya menoleh pada wajah maskuline yang dekat di sampingnya.
“Hm....”
“Sha mau bilang makasih sama Abang.”
“Untuk?”
“Untuk pengorbanan Abang buat Sha.”
Satria membuka kelopak matanya perlahan, lalu menoleh pada Danisha di sisinya hingga pandangan mereka pun bertemu.
Satria mengukir senyum manisnya dan mengedipkan matanya satu kali untuk menjawab ucapan terima kasih Danisha.
Danisha ikut menyungging senyum pada pria pemilik hidung tegak dan bentuk rahang yang bagus disertai lesung pipi di kedua sisinya itu.
Satria menatap wajah mungil Danisha lekat, lalu lebih mendekat dan makin mendekat. Di liriknya bibir tipis Danisha yang sedikit terbuka. Hatinya pun bergemuruh, ada rasa tak menentu di sana.
Begitupun Danisha yang menyadari tatapan mata Satria yang mengarah pada bibirnya. Hatinya pun sangat kacau seperti ketika meletusnya balon hijau.
Jantungnya berdegub kencang, darahnya berdesir cepat, terlebih ketika bibir Satria yang nyaris menempel di bibirnya. Dia pejamkan sepasang kelopak matanya merasakan hembusan hangat nafas satria yang beraroma mint yang menerpa kulit wajahnya.
‘Waduh, kejadian deh nih kayaknya gue dicium abang gue. Haduuhh, incess gak yah? Bismillah, mudah-mudahan cuma Inces Syahrini aja yang dijulukin Inces. Gue enggak.’ ucapnya dalam hatinya yang kini tengah meletup -letup dahsyat.
Danisha menghitung detik demi detik, tapi tak kunjung benda kenyal empuk itu mendarat di bibirnya.
Perlahan dia angkat lagi kelopak matanya. Dan.... Mendapati Satria tengah mengangkat sebuah bra warna merah fanta miliknya dan mengamati benda feminis itu dengan seksama. Danisha pun terbelalak dan menganga melihatnya.
“Buset cup nya gede amat, ukuran berapa ni? Harganya mahal banget sih cuma untuk kain segini kecil,” ujar Satria terheran, seraya mengamati price tag nya yang masih tergantung di ujung tali bra itu.
“Bang Saaattt! Bikin malu Sha aja!“ omel Danisha seraya bangkit dari rebahannya dan mendaratkan cubitan gemas ke lengan Satria.
Pria itu gelagapan menangkap tangan Danisha yang siap mendaratkan cubitannya berkali-kali di sekujur tubuhnya.
“Idiiihh, emangnya aku bikin malu kenapa?“ protes Satria tergelak geli karena Danisha beberapa kali mencubit pinggang nya.
“Tau ‘ah...” rajuk Danisha seraya membuang muka ke arah lain, menutupi semu merah di kedua pipinya agar tak terlihat oleh Satria yang masih cengengesan menatapnya.
“Malu karena bra kamu yang segede gaban ini? Atau karena gak jadi cip0kan?” tanya Satria menggoda Danisha yang masih mengerucutkan bibirnya.
“Udah 'ah, jangan bikin Sha kesel mulu, ntar anak Sha mirip abang lagi,“ ketus Danisha dengan memasang raut judesnya.
“Ya bagus, dong kalo mirip aku. Aku kan tampan mempesona dengan wajah dingin dan datar persis CEO -CEO di novel -novel gitu,” jawab Satria sekenanya masih di sela-sela tawanya.
“Hadeeeeh.... Halu Abang ketinggian. Mana ada CEO mukanya dingin dan datar. Emangnya kulkas?” sahut Danisha seraya memutar bola matanya.
Drrrrttt....Drrrttt....Drrttttt....
Getaran dari Iphone Satria di dalam saku samping celananya. Lekas di raihnya gawai tersebut dan di tengoknya layar yang menampakkan wajah cantik Anna.
Danisha pun berusaha untuk melihat penampakan itu dengan rasa penasaran. Namun tak jelas tertangkap oleh netranya karena Satria lekas menghalanginya.
“Halo, Sayang....” jawab Satria mesra setelah menggeser logo terima panggilan.
“Mas, aku kangen,“ sahut suara manja dari seberang telepon.
“Iya sama, aku juga kangen. Kamu udah makan siang?”
Danisha yang memperhatikan mimik wajah Satria yang begitu sumringah dengan bola mata berbinar-binar segera mengambil posisi tepat di samping tubuh Satria yang masih merebahkan diri.
‘Ini saatnya gue bales lo karena PHP-in cip0kan tadi....’ Ide jahil Danisha seketika muncul dari otak bisulannya.
“Belum Mas, nanti pas break aja, sebentar lagi.”
Satria hanya membulatkan bibirnya.
“Mas, lagi apa, sibuk yah?“ suara Anna lagi.
“Ini aku lagi___”
“Ooohh....Mas. Aahhhh.... Ssssshh, pelan-pelan dong Maass....Oohhhh.”
Tiba-tiba Danisha membelah percakapan Satria dan Anna dengan mendesah-desah di ceruk leher Satria dekat dengan gawainya yang masih menempel di telinga.
Satria tersentak kaget menoleh pada Danisha yang menggeliat-geliat seduktif ke tubuh nya seraya memelet meletkan lidahnya seperti kadal lapar.
“Ehhh, Sha....? Wah, kacau nih anak!” Satria bangkit dari rebahannya dan mendorong jidat Danisha dengan telunjuknya.
“Heh! Siapa tu, Mas? Kamu lagi ngapain? Itu suara cewek, kan?” cecar suara Anna sengit.
Seketika emosinya memuncak karena menangkap jelas suara desahan-desahan Danisha di saluran telepon Satria.
“Ahhhh, Mas Satria ku sayang.... Asshhh, aahhhh....Ohhhh. Dorong, Mas....” lagi Danisha mendekatkan bibirnya ke gawai yang masih menempel di telinga Satria.
“Ehhh, Anna. Ini___ Si___” Satria terbata-bata seraya melotot geram pada Danisha yang tersenyum lebar menggodanya.
“Siapa? Kamu lagi ML ya? Buaya kamu, Mas. Ama aku gak mau tapi ama cewek lain kamu mau....”
“Ann....Ann.... Bukan.... Ini aku lagi nonton drama Korea, itu suaranya Miyabi. Beneran....” dusta Satria dengan raut panik.
Kemudian bergegas bangkit dari duduknya dan berusaha menjauh dari Danisha yang terus memepet tubuhnya masih dengan mengeluarkan desahan dan lenguhannya yang dibuat-buat sedemikian hot.
“Miyabi? Sejak kapan Miyabi main di drakor. Dia kan artis bokep, Mas.....” seru Anna setengah melengking terdengar di telinga Satria.
“Aaahh iya, aku lagi nonton bokep. Ini___” jawab Satria gugup lalu mencubit pipi Danisha dan memelintirnya dengan geram, membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Ahhhh, sakitttt, Mas Satria.... Aku masih perawan, Mas, sakiiittt, pelan pelan.... Aaahhhh.....” pekik Danisha masih disertai suara desahannya.
Namun kali ini memang benar-benar sakit yang dirasakan Danisha di pipi kirinya.
“Hah? Miyabi kok nyebut nama kamu? Dan masih perawan? Tukang bohong! Dasar buaya darat!”
“Ann... Ann. Bukan. Ini si mie yamin____”
Klik....
Sambungan telepon seketika terputus diakhiri oleh Anna.
Satria melempar kasar gawainya ke atas ranjang. Lalu melotot geram pada Danisha yang meringis kesakitan di sampingnya seraya mengelus-ngelus pipinya yang tampak memerah karena cubitan Satria.
“Kamu puas, Miyabi?!” ketus Satria geram pada Danisha dengan gigi-gigi rapinya yang menggeretuk ketat seolah-olah akan mencabik-cabik tubuh Danisha.
Namun gadis itu tampak terkekeh-kekeh tanpa rasa bersalah.
“Ya elahhhhh. Becanda, Bang. Segitu esmosinya....”
“Parah kamu nih! Untung aja cuma sampe sembilan bulan aku jadi suami kamu, kalo selamanya aku bisa ketularan gila, Sha!” umpat Satria seraya berlalu dari hadapan Danisha dengan hati dongkol dan geram.
“Jiaahhh.... Hahaha....Dia marah, pemirsa.” ledek Danisha menunjuk punggung Satria yang hendak memasuki kamarnya melalui pintu konekting.
“Abang Cakeeep, nih handphonenya ketinggalan, Sayang,” panggil Danisha masih dengan nada menggoda menunjuk gawai Satria yang tergeletak di atas ranjangnya.
“Oh iya, lupa.....” Satria membalikkan badannya lagi lalu menghampiri gawainya di atas ranjang dan meraihnya kasar.
Dengan bola mata yang masih melotot gemas pada Danisha dia kembali menuju kamarnya dan membanting pintu itu dengan keras.
Dasar tak berperikesatriaan, Danisha malah terkekeh-kekeh menyaksikan kemarahan Satria yang disebabkan oleh kelakuan jahilnya.
Haiii Readers, Jangan Lupa Like, Love, Vote, kritik dan saran di komeng ya.
visual cast Satria Sechan, brewok nyeeee.... mana tahaaaannn....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Widia Aja
Visual nya Satria mirip ama ponakan sy...😃
2023-02-24
0
dwi alfiah
seru thor ceritanya kocak ngakak mulu jdnya
2021-06-13
0
Yessyka June
tahan ga, tahan ga,
ya ga tahan lahhh.... meleleh aku makkk liat bang satria, 😁
2021-05-29
0