Sesampainya di kost, Asmaranda masih memikirkan tentang misinya besok malam. Dia akan masuk ke geng Macan Liar untuk menjadi mata - mata. Pikirannya kacau. Dia akan menghadapi Samudra, kawannya yang sudah dianggap sebagai saudaranya dalam sanggar beladiri A.
" Halo!" Asmaranda membuka telepon masuk dari ponselnya.
" Abang di depan! Cepat keluar dan bawa tas perlengkapan mu sekarang." kata seseorang di seberang sana yang menghubungi Asmaranda lewat telepon.
" Apa?" tanya Asmaranda.
" Tidak pakai lama! Abang sudah di gigit nyamuk." kata pemuda itu sambil menutup panggilan masuk.
Asmaranda segera keluar setelah mengambil tas ransel yang berisikan peralatan perang. Eh bukan? Bukan perlengkapan perang tapi baju ganti dan perlengkapan wanita. Tidak ketinggalan senjata andalan Asmaranda dauble stik.
Di luar Wiraguna sudah menunggu. Kali ini Wiraguna mengendarai sepeda motornya. Di bawah pohon mangga, Wiraguna menunggu dengan helm masih di kepalanya.
" Maaf ya lama menunggu!" kata Asmaranda berusaha lembut.
Wiraguna tersenyum, mendengar Asmaranda yang mengucapkan kata maaf. Tidak seperti biasanya sikap Asmaranda yang kasar,tidak punya aturan berubah jadi lebih sopan.
" Ayo naik! Tidak apa - apa kan Abang jemput pakai Ninja ini?"
" Tidak jadi masalah!" jawab Asmaranda singkat.
Asmaranda naik di boncengan. Asmaranda sebenarnya paling tidak suka kalau naik motor Ninja yang tempat duduk belakang nya super tinggi menjulang. Kwatir juga kalau kesangkut kabel listrik di jalan. ( hahahaha)
" Sudah makan?" tanya Wiraguna sambil berteriak.
" Sudah!" jawab Asmaranda sambil mendekati kepala ke arah telinga sebelah kiri Wiraguna.
" Langsung ke rumah saja ya! Nanti akan Abang jelaskan langkah - langkah untuk misi besok malam." cerita Wiraguna.
" Siap!" jawab Asmaranda singkat.
Tidak berapa lama Ninja hitam itu sampai di rumah Wiraguna yang bertembok tinggi itu. Asmaranda mulai turun dari boncengannya dengan berpegang pada pundak Wiraguna.
" Maaf!" kata Asmaranda sambil turun dari motor itu.
Wiraguna kembali tersenyum dengan perubahan Asmaranda yang lembut.
" Kamu pasti bukan Asmaranda yang aku kenal." kata Wiraguna sambil meneliti seluruh penampilan Asmaranda dari atas kepala sampai ujung kaki.
" Apaan sih?" tanya Asmaranda yang merasa risih di perhatikan seperti itu.
" Ya sudah! Ayo kita masuk!" kata Wiraguna sambil menarik bahu Asmaranda.
Di ruang tengah sudah berkumpul anggota geng Srigala. Sekitar 10 orang sedang duduk sambil meminum kopi dengan batang rokok yang menyala di tangan.
Wiraguna duduk di kursi yang menjulang tinggi yang berbeda dengan kursi - kursi yang lainnya.
Sedangkan Asmaranda, duduk di pojokan menanti instruksi selanjutnya.
Pembahasan demi pembahasan telah di bicarakan. Langkah - langkah pergerakan program sudah matang. Asmaranda sebagai mata - mata sudah siap dengan segala resiko antara hidup dan mati. Di sarang yang penuh tindakan kriminalitas.
Wiraguna menyudahi pembahasan itu dan berlalu masuk ke ruangan pribadinya. Matanya memberikan kode kepada Asmaranda untuk mengikutinya. Asmaranda dengan langkah pelan dan sopan melewati beberapa pemuda yang berotot dan sangat atletis.
Beberapa pasang mata memperhatikan Asmaranda dengan tanda tanya. Beberapa pasang ada yang tersenyum dengan kehadiran Asmaranda di markas Srigala. Pimpinan geng Srigala di kenal tidak mau kenal dengan wanita, sekarang sudah mulai dekat dengan wanita. Bahkan melibatkannya dalam misi yang besar.
Di ruangan yang terang dengan cahaya lampu yang menyilaukan. Di sana ada meja dan kursi untuk kerja. Di pinggir nya ada kursi sofa yang panjang dengan meja di depannya. Wiraguna duduk di kursi sofa.
" Bagaimana perasaan kamu Asma!" tanya Wiraguna.
" Tentang apa?"
" Untuk pergerakan besok!" jawab Wiraguna.
" Kalau kamu ragu - ragu dan tidak berani, lebih baik mundur saja dari sekarang." kata Wiraguna yang berusaha mempengaruhi Asmaranda.
" Tekad ku sudah bulat. Apa yang aku takutkan?" kata Asmaranda.
" Pekerjaan ini sangat berbahaya. Nyawamu akan menjadi taruhannya." kata Wiraguna lagi.
" Aku tidak takut!" sahut Asmaranda.
" Tapi Abang jadi takut!" kata Wiraguna sambil menatap Asmaranda penuh kekwatiran.
" Hah? Bukankah Raden Wiraguna di kenal sangat kejam dan tidak berperasaan,apalagi dengan wanita." kata Asmaranda sambil menatap Wiraguna.
" Ais!" keluh Wiraguna sambil memukul tembok di dekat nya.
" Kenapa jadi marah?" tanya Asmaranda.
" Baru kali ini aku menjadi lemah menghadapi wanita." cerita Wiraguna sambil memukul tembok yang sekeras beton.
" Jangan kamu runtuh kan rumah ini dengan tanganmu bang!" sahut Asmaranda sambil menahan tangan yang di gunakan untuk memukul tembok itu.
" Ini pasti sakit yah." kata Asmaranda sambil mengusap tangan yang menjadi memar dan berdarah itu.
Darah itu di hisapnya sampai bersih tinggal bengkak nya.
Wiraguna melihat Asmaranda yang melakukan itu jadi bergidik.
" Aku akan selalu baik - baik saja. Aku akan kembali dengan selamat." kata Asmaranda membuat tenang Wiraguna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments