Di kampus.
Aku sedang duduk bersama dengan Cindy dan juga Raya, aku memberitahu mereka tentang kak Riza yang mengutarakan perasaannya kepadaku. Mereka terkejut sekaligus senang, karena dari awal memang mereka sering menjodoh-jodohkan aku dengan kak Riza.
"Terus kamu jawab apa Cit? " Cindy bertanya.
"Aku belum ngasih jawaban, ya kalian kan tau aku nggak ada rasa apa-apa ke dia. " jawabku.
"Kamu pernah dengar pepatah jawa Cit, Witing tresno jalaran soko kulino (Cinta tumbuh karena terbiasa). "
"Jadi menurutku coba kamu jalanin aja dulu, siapa tau cocok kan" ucapnya lagi.
"Iya lah Cit dicoba aja dulu, lagian kan kak Riza selama ini udah baik ke kamu. " ucap Raya.
"Nah jadi kalo kamu sama kak Riza udah pacaran kita bisa jalan bareng rame-rame, ah pasti seru. " lanjut Raya.
Aku terdiam memikirkan jawaban apa yang pantas untuk kak Riza nanti, apa aku harus menolak, atau mengikuti saran dari kedua temanku ini.
Tapi kalau aku menerimanya, lalu bagaimana dengan Arka, Ah tapikan Arka juga sudah memiliki Rika.
Pulang dari kampus aku langsung masuk kamar dan merebahkan diri di atas tempat tidur.
Ting (suara hp)
Kak Riza, lalu aku membuka pesan itu.
💬Citra, malam ini aku tunggu di Cafe Rainbow jam 20.00.
Hah jangan-jangan kak Riza mau menanyakan jawabanku, pikirku.
Mau tidak mau, siap tidak siap aku harus menemui kak Riza. Sebelum jam 20.00 aku sudah bersiap siap dan izin untuk pergi sebentar kepada papa dan mama.
Aku mengemudikan mobil menuju Cafe itu, tapi jalanan macet pasti aku akan terlambat pikirku.
Di lampu merah, saat aku melihat mobil yang sudah sangat tidak asing bagiku berada tepat didepan mobilku. Iya mobil itu mobilnya Arka, dengan pasti aku mengikuti mobilnya saat lampu sudah berwarna hijau. Sekejap aku lupa dengan tujuan awal ku untuk menemui kak Riza.
Beberapa puluh menit mobil itu berhenti diparkiran sebuah cafe, tepatnya Cafe dimana kak Riza menyuruh aku datang ke sana. Tak lama aku melihat Arka dan Rika turun dari dalam mobil itu dan masuk ke dalam Cafe.
Bahkan hanya melihat Arka pergi dengan perempuan lainpun hatiku merasa sesak, padahal perempuan itu adalah pacarnya.
Setelah mereka sudah tidak terlihat, baru aku keluar dari mobil lalu aku masuk juga ke Cafe itu.
Baru sampai di pintu, kak Riza sudah memanggil aku dengan melambaikan tangan.
"Maaf Kak aku telat. " ucapku setelah duduk berhadapan dengan kak Riza.
"Iya tidak masalah, lagipula aku juga baru sampai. Kamu mau pesan apa? " tanya Kak Riza.
"Terserah apa saja kak. " jawabku sambil melihat ke segala arah mencari keberadaan Arka.
Mataku menangkap sosok itu, aku melihat Arka sedang duduk berdua bersama Rika dengan Rika yang bergelayut manja di lengan Arka.
Aku sangat tidak suka melihat adegan itu, lalu aku menyibukkan diri dengan mengobrol dengan kak Riza agar tidak terfokus pada dua manusia itu.
"Jadi gimana Citra, apa kamu sudah bisa menjawab pertanyaan ku waktu itu? " tanya kak Riza.
Aku terdiam. Sekilas aku melihat kearah Arka dan Rika, kulihat Rika sedang menyuapi Arka. Lalu dengan pasti aku menjawab bahwa aku menerima kak Riza sebagai pacar.
Bisa kulihat dari matanya dia sangat bahagia dengan jawabanku, lalu dia memegang tanganku dan berkata,
"Aku janji aku tidak akan mengecewakanmu. "
Aku tersenyum. Semoga ini pilihan yang tepat. Ucapku dalam hati.
Saat makanan datang, kami menikmati makanan dengan tenang. Tapi sebenarnya mungkin hanya kak Riza yang tenang dan senang, aku tidak merasakan itu sama sekali.
Aku melihat Arka dan Rika keluar dari Cafe. Tak lama setelah itu aku mengajak kak Riza pulang.
"Kak, ayo pulang! "
"Nggak mau pulang kalo manggilnya tetap kak. " ucapnya.
"Terus maunya dipanggil apa, om? " tanyaku meledek.
Lalu kak Riza mengusap-usap pucuk kepalaku dan berkata "panggil sayang. "
"NGGAK MAU! " ucapku lalu aku berdiri dan berjalan meninggalkan (ak Riza.
Kak Riza tertawa.
Kami pulang dengan mobil masing-masing, awalnya kak Riza bersikeras ingin mengantar aku dengan cara mengikuti mobilku sampai di rumah, namun aku menolak.
Cukup malam aku sampai di rumah, saat aku turun aku kaget dengan adanya Arka duduk didepan pintu seperti yang biasa dia lakukan. Menatap aku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Saat aku mendekati dia, tiba-tiba tubuhku diarahkannya ke pintu hingga menempel di pintu, dia mencengkram pundak ku dengan kuat, aku terkejut dengan perlakuannya.
"Ada apa sih Ar? " tanyaku dengan gugup.
Dia diam tak membuka mulut sedikitpun, lalu dengan cepat dia mencium dan mel*mat bibirku dengan kasar. Spontan aku melepaskan ciuman itu namun dengan cepat tengkukku ditahan olehnya.
Beberapa menit kejadian itu berlangsung, hingga dia melepaskan bibirku dan melepas cengkraman tangannya dari pundak ku.
"Lo gila ya Ar, apa maksud lo hah? " tanyaku dengan nada tinggi, jelas saja aku marah dengan apa yang sudah dia lakukan.
"Lo habis dari mana tadi hah? " tanyanya dengan nada tak kalah tinggi.
Aku mengernyitkan kening mendengar pertanyaannya, apakah hanya gara gara aku pergi dia menjadi seperti ini, pikirku.
"Gue cuma pergi makan, ada apa sih Ar, biasanya juga nggak ada masalah. " jawabku.
Belum sempat Arka berbicara lagi tiba-tiba pintu terbuka.
"Kalian ini kenapa ribut malam malam begini di luar rumah? " ucap papa yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Enggak apa-apa pa, cuma ada masalah sedikit. " jawabku.
"Maaf membuat om jadi terbangun. " ucap Arka.
"Kalau ada masalah diselesaikan baik baik, pakai kepala dingin. Ini sudah malam lebih baik diselesaikan besok saja. " Papa berucap lagi.
Lalu Arka pamit pulang kepada papa tanpa melihat kearah ku, aku bingung dan sangat sangat bingung dengan sikap dan perilakunya. Besok aku harus kerumahnya untuk menyelesaikan semua ini. Gumam ku.
***
Terimakasih sudah mampir ❤
Jangan lupa like komen dan vote biar Author semangat nulisnya 💕
Menerima kritik dan saran 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments