Aku memberanikan diri berbalik badan, wajahku tepat berada di dadanya. Jantungku benar-benar tidak bisa diajak berdamai, dia berdetak semakin kencang, aku harap Arka tidak mendengarnya.
Aku buru-buru mengambil kunci yang ada ditangannya dan berlalu pergi dari kamar. Aku turun lalu keluar menuju mobil Arka, aku mengambil tas yang bisa dipastikan isinya adalah pakaian yang akan dikenakannya nanti.
Saat aku membuka pintu kamar aku melihat Arka sedang duduk sambil memainkan hp nya, lalu aku memberikan tas padanya.
"Gue kebawah duluan, mbok udah nyiapin makanan. " ucapku karena jika aku masih berlama-lama disini pasti jantungku ini benar-benar akan melompat keluar.
"Kok malah turun, lo nggak mau bantuin gue pakai baju, atau celana. " ucap Arka yang membuat aku langsung berbalik badan melihat kearahnya.
"Dasar mesum! " ucapku lalu berlari keluar.
Terdengar Arka tertawa dengan keras didalam kamar. Kurang ajar banget sih tuh manusia. Aku menggerutu sambil menuruni tangga.
Tak lama, terlihat Arka menuruni tangga dan mendatangi aku yang sedang duduk sambil menyantap makanan. Papa dan mama sedang berada di luar kota mengunjungi cabang restoran, jadi di dalam rumah sepi hanya ada mbok Lilis, aku dan Arka.
"Tante sama om kapan pulang Cin? " tanya Arka.
"Besok paling, kemarin pas mau berangkat gue tanya kapan pulang tapi belum bisa pastiin katanya. " jawabku sambil terus mengunyah makanan.
Saat dipertengahan kami menikmati makanan, hp Arka berdering, dan langsung diterimanya panggilan itu. Aku tidak tau Si penelpon berbicara apa, tapi yang jelas setelah panggilan itu berakhir Arka langsung pamit pulang tanpa menghabiskan makanannya.
Tidak terasa OSPEK pun telah berakhir beberapa hari yang lalu, jelas saja tidak terasa karena kak Riza selalu membantu aku. Dan pagi ini aku berangkat ke kampus berdua dengan Raya. Diperjalanan Raya bercerita bahwa dia sudah berpacaran dengan Putra mantan ketua OSIS di sekolah kami dulu.
"Wah selamat ya Ray. " ucapku dengan tersenyum.
"Eh Cit, kamu sadar nggak sih kalo kak Riza tuh perhatian sama kamu, jangan jangan dia suka sama kamu. " kata Raya.
"Apaan sih Ray, setahuku kak Riza itu baik dan perhatian ke semua orang. " jawabku.
Memang benar apa kata Raya, kak Riza selalu mendatangi aku dikelas, entah untuk mengajak makan atau sekedar berbincang, tak jarang kak Riza membawakan aku makanan saat aku sedang malas keluar dari kelas. Tapi aku hanya menganggap itu sebagai bentuk perhatian antara kakak ke adik saja.
Sore saat jam pelajaran telah selesai aku, Raya serta Cindy hendak pulang dan sedang berjalan menuju parkiran, tapi langkahku terhenti saat aku mendengar ada orang yang memanggil namaku.
"Eh kak Riza, iya ada apa kak? " tanyaku setelah tau yang memanggil tadi adalah kak Riza.
"Bisa kita bicara berdua, sebentar saja. " tanyanya.
Aku melihat Raya dan Cindy tersenyum mengejek kearah ku, lalu mereka pamit ke parkiran duluan. Kak Riza mengajak aku duduk di kursi dan setelah itu dia mengatakan ingin mengajak aku pergi malam ini. Dia tidak memberitahu aku akan mengajak pergi kemana, yang jelas dia akan menjemput ku di rumah malam ini. Awalnya aku ragu untuk menyetujui ajakannya, tapi aku tidak enak jika menolak, apa salahnya menyetujui, toh sejauh ini kak Riza sudah sangat baik kepadaku.
Akhirnya aku mengangguk tanda setuju, lalu aku ijin ke kak Riza pergi menyusul teman temanku.
Saat sudah sampai diparkiran jelas saja hal pertama yang diucapkan Raya dan Cindy adalah sederetan pertanyaan tentang apa yang tadi dibicarakan oleh kak Riza.
Aku menjawab kalau malam ini kak Riza mengajak aku keluar.
Malam hari saat aku duduk didepan cermin bersiap siap dan menunggu kedatangan kak Riza tiba-tiba pikiranku tertuju pada Arka.
Sedang apa dia sekarang, apakah dia sedang bersama pacarnya?
Tak lama setelah itu mbok Lilis mengetuk pintu kamarku dan mengatakan bahwa ada temanku yang datang, sudah bisa dipastikan itu kak Riza.
Setelah beberapa saat aku telah siap dan turun menghampiri kak Riza, ternyata kak Riza tampan juga ucapku dalam hati sambil menuruni anak tangga. Sebelum berangkat kami berpamitan kepada papa dan mama.
Diperjalanan,
"Memangnya kita mau kemana kak? " tanyaku.
"Kita hanya akan makan malam. " jawabnya.
Mobil terparkir didepan restoran, lebih tepatnya di restoran milik papa dan mama.
Kami masuk kelantai dua, saat duduk aku melihat sekelilingku sepi tidak ada orang lain, hanya kami berdua. Tidak biasanya seperti ini. Gumam ku dalam hati.
Tak lama pelayan datang membawakan menu, padahal kami belum memesan apapun. Pelayan itu kaget saat melihat aku namun dia tidak berani menyapa.
Selanjutnya kami makan dengan tenang, lalu aku bertanya,
"Kenapa disini hanya ada kita kak? " ucapku bingung.
"Apakah kamu tidak suka? " dia balik bertanya.
"Oh tidak, bukannya begitu, hanya saja sedikit aneh, " jawabku.
Lalu suasana menjadi hening.
"Citra, ada yang inginku tanyakan. " ucapnya ragu ragu.
Aku diam menunggu ucapan selanjutnya.
"Apa kamu mau menjadi pacarku, menjalin hubungan lebih dari sekedar teman." ucapnya dengan pelan.
Uhuk uhuk. Aku tersedak mendengar ucapannya.
"Maaf jika ini mengagetkan mu, aku tau ini terlalu cepat. tapi jujur saja sejak pertama aku melihat kamu waktu itu, aku sudah memiliki perasaan lebih. " jelasnya.
Cukup lama aku terdiam, aku berpikir aku harus menjawab apa, karena jujur saja aku tidak memiliki rasa apapun terhadap kak Riza.
Akhirnya aku meminta waktu untuk menjawab pertanyaan kak Riza tadi, kak Riza menyetujui meskipun aku bisa melihat diwajahnya ada rasa kecewa.
Kak Riza mengantar aku pulang, saat sampai di rumah, aku mengajaknya untuk masuk dulu namun dia menolak, akhirnya kak Riza pulang.
Aku masuk kedalam rumah, saat melewati ruang keluarga, aku melihat Arka dan papa sedang main catur di sana.
"Wih wih wih Tuan Putri habis dari mana sih? " tanya Arka.
Aku tidak menjawab lalu aku duduk disebelah papa.
"Kok cuma sebentar sayang? " tanya Papa.
"Iya pa, tadi cuma pergi makan. " jawabku.
"Halah kalo cuma makan ngapain harus keluar, di rumah kan juga bisa. " ucap Arka.
"Terus lo ngapain makan di sini terus, kan di rumah lo juga bisa. " tanyaku.
"Disini kan rumah gue juga. " jawabnya tanpa melihat kearah ku dan terus main catur.
Papa hanya geleng-geleng kepala mendengar obrolan kami. Sampai pada papa berkata ingin istirahat duluan dan berlalu pergi ke kamar.
Sekarang kami hanya berdua.
"Lo ngapain si disini malam malam Ar, mau nginep di sini? " aku bertanya.
"Iya lah, tidur sama elo. " jawabnya santai.
"Dasar otak mesum! " ucapku.
Akhirnya kami berdua main catur hingga larut malam. Arka berpamitan untuk pulang karena melihat aku yang sudah mulai mengantuk. Setelah Arka keluar aku langsung menuju kamar dan membersihkan diri lalu tidur.
Aku senang Arka masih sering datang ke sini, dan aku lebih senang karena Rika tidak menghubungi aku lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
niina a
Up up up 💕
gemes banget sama Cina dan Arab 😊
semangat terus Thor😍
2020-10-03
1
Umi Yan
lanjut thor..., ditunggu lagi up terbarunya😊
Maaf, ijin promo yah thor "Cinta Sang Desainer" terimakasih😊🙏
Semangat dan sukses selalu utk authornya😊👍💪🙏
2020-10-03
1