Adrian merupakan salah satu investor terbesar di mall bahagia
Jadi setiap bulannya, Adrian akan selalu melakukan pengecekan ke mall. Dia tidak ingin uang yang dia investasikan sia sia tanpa dapat keuntungan.
Ketika Adrian dan Hendro keluar dari mall itu, tiba tiba di depan mereka Sani dan kedua sahabat nya melintas. Adrian mengikuti arah kepergian Sani diikuti Hendro.
Ketika tiba di parkiran Adrian dan Hendro di kejutkan dengan pertarungan Sani dan kedua sahabatnya. Adrian dan Hendro membulatkan mata melihat pertarungan di depan mereka. Mereka tidak menyangka, akan mendapatkan kejutan tak terduga dari Sani dan sahabat sahabatnya.
Ketika Adrian dan Hendro akan menuju pertarungan untuk membantu Sani dan kedua sahabatnya, mereka kembali terkejut ketika terdengar erangan dari salah satu preman. Itu adalah preman yang Sani hadapi. Adrian dan Hendro hanya bisa menghentikan rencana penyelamatan mereka. Mereka hanya menjadi penonton di sana, karena sudah melihat kemampuan Sani dan kedua sahabatnya.
"Bos.....Sani dan kedua sahabatnya sangat unik, lihat lah kondisi para preman itu....hahahahaha......saya setuju bos jika dia jadi pendampingmu...."
"Diam saja....perhatikan mereka, jangan sampai preman preman itu menyakiti mereka..."
"Tenang saja bos....saya yakin kok kemampuan nona Sani dan kedua sahabatnya itu....hahahaha.....bukkk....bukk... bukkk...bagus nona Sani, serang terus....jangan kasih ampun......hahahaha"
Ketika pertarungan sudah selesai Adrian dan Hendro melihat ke empat wanita di sana sudah berlari ke tempat aman. Adrian memerintahkan Hendro untuk mengatasi sisa pertarungan Sani dan kedua sahabatnya. Adrian tidak terima preman preman itu mengganggu gadis idaman hatinya.
Dengan cepat Hendro langsung menuju preman preman yang sedang berusaha membersihkan mata karena semprotan yang di berikan Sofi. Hendro sangat senang karena dia bisa berurusan kembali dengan para preman. Dengan cepat Hendro memberi pelajaran kembali kepada ke 2 preman itu. Hingga sampai satpam tiba di tempat itu.
Mereka melihat Adrian dan Hendro di sana, dengan cepat mereka langsung memberi salam kepada Adrian dan Hendro.
"Bagaimana kualitas kalian bekerja?? kenapa preman preman ini bisa masuk??"
"aaf pak atas kelalaian kami, kami berjanji hal ini tidak akan terulang lagi....", jawab satpam sedikit gugup.
"Bereskan mereka, mereka telah berani menyentuh calon nona besar ku....huh.......kalian ini...untung calon nona besarku tau bela diri.....jika tidak.....mampus lah kalian.....tamat riwayat kalian.....cepat sana urus...."
"Hendro....cari kemana ke empat wanita tadi pergi!", perintah Adrian. Matanya masih mencoba mencari ke segala sudut ruangan. Tapi tak juga menemukan Sani.
"Sepertinya mereka ke arah pintu masuk parkiran bos...."
Adrian langsung pergi ke arah yang Hendro maksudkan. Tapi di sana dia kembali mendapatkan kejutan dari Sani. Adrian sangat geram dengan orang yang menindas Sani. Tetapi dia di tahan Hendro agar tidak pergi ke arah Sani.
"Sebaiknya jangan bos....nanti nona Sani merasa malu, karena selama ini kita melihat nona Sani yang selalu teguh.....jadi kita lihat saja dari sini, tetapi jika nanti ibu disana sampai kelewat batas, baru kita menyusul nona Sani..."
Adrian dengan susah payah menahan amarahnya. Dia tidak tega melihat orang yang dia cintai di hina hina di depannya. Tetapi karena memikirkan perkataan Hendro dia pun berusaha menahan amarahnya.
"Hendro apa kau sudah selesai menyelidiki tentang kehidupan sani??"
"Oh, sudah bos....maaf saya tidak segera menyerahkannya, nanti saya akan mengirimkannya padamu"
"Mm...secepatnya..."
Adrian terus memerhatikan pergerakan di sana, terkadang dia ingin segera berlari dan memeluk Sani yang merasa sedih. Tetapi karena kedua sahabat Sani sudah menenangkan sani, Adrian mengurungkan niatnya.
Adrian terus memandang kepergian Sani hingga mobil mereka jauh dari parkiran. Adrian dan Hendro kemudian berangkat pulang menyusul kepergian ketiga gadis itu.
Di mobil Adrian hanya diam membisu, dia masih memikirkan keadaan Sani. Dia berharap Sani tidak lagi merasa sedih
(Aku akan berusaha membuat mu bahagia sani....), tekadnya dalam hati.
Setiba di rumah Adrian tidak sabar ingin meminta info tentang kehidupan Sani dari Hendro. Ketika akan menghubungi Hendro, teleponnya langsung berdering. Dengan cepat Adrian langsung menghubungkan panggilan itu.
"Dimana info tentang sani??"
"Sudah saya kirim kan ke emailmu dri..., apa kau ingin info singkat dariku sebelum membuka email??"
"Ceritakan.....", karena begitu penasaran.
" Baik lah....berhubung saya setuju nona Sani sebagai nyonya bos ku...."
"Jangan berbasa basi, atau sebaiknya aku baca saja.....", merasa kesal dengan omongan Hendro.
" Tunggu tunggu tunggu... kau tidak sabaran.... info pertama yaitu nona Sani tidak pernah di anggap kehadirannya di keluarga nugraha, orang tua nona Sani tidak pernah memberikan perhatian kepada nona Sani, dia bahkan membuat Sani seperti pembantu di rumah mereka....".
"info kedua....meskipun nona Sani tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, nona Sani masih memiliki saudara laki laki yang menyayanginya. Namun saat ini saudaranya tidak ada di kota ini, dia sedang di luar negeri"
Dan info yang ke tiga, apa kau ingat dengan kontrakan nona Sani??? kau pasti bingung kan mengapa nona Sani tinggal di kontrakan, nona Sani melarikan diri dari rumah karena di marahi habis habisan dengan nyonya nugraha. Itulah mengapa nona Sani melarikan diri dari rumah. Sampai sekarang mereka tidak peduli dimana nona sani berada...", mejelaskannya dengan seksama.
"Menurutmu apa yang membuat mereka melakukan itu pada Sani??"
"Dari info yang beredar, kedua orang tua Sani menginginkan anak laki laki, mereka tidak ingin anak perempuan. Makanya orang tua Sani hanya memberi kasih sayang pada saudara laki laki Sani..."
"Hm.....baiklah, besok kirimkan bunga mawar merah ke rumah Sani sebelum dia berangkat kerja!!"
"Ok ok aman.....percayakan padaku....sudah dulu, saya mengantuk karena mengikutimu seharian"
"Apa guna mu jadi sekretaris....sudahlah kututup", tidak ingin Hendro yang terlebih dahulu menutup panggilan.
Tut....adrian memutuskan panggilannya. Dia kemudian membuka emailnya. Dia membaca dengan teliti setiap laporan tentang Sani, dia sangat penasaran bagaimana kehidupan Sani. Sani yang selalu dilihatnya teguh dan ceria, ternyata memiliki penderitaan. Adrian semakin ingin membuat wanita itu bahagia, hatinya merasa sakit setiap kali melihat gadis itu merasa sedih.
Keesokan paginya, Sani siap siap berangkat kantor. Tidak lupa dia menyiapkan rantangan makanan adrian. Sani harus melaksanakan hukuman yang Adrian berikan untuknya. Ketika akan memakaikan sepatunya, tiba tiba ada ketukan di pintu.
"Siapa sih ketuk pintu pagi pagi begini...huhh....mengesalkan...", berjalan dengan sedikit tergesa gesa.
Sani kemudian berjalan ke arah pintu, tiba tiba di depannya dia menerima bunga mawar merah. Sani terkejut dengan mawar merah yang dihadapannya. Dia bingung siapa yang mengirimkannya bunga mawar merah.
"Apa ini dengan nona Sani??"
"Ya benar..."
"Nona sani..., bunga ini untuk anda", menyodorkan bunga mawar di hadapan Sani.
"Jika boleh saya tau, ini dari siapa pak??"
"Disini hanya ada nama penggemarmu nona...", menunjukkan tulisan penggemarmu.
Dengan sedikit merasa bingung, Sani menerima bunga itu dengan terpaksa. Dia kemudian membubuhkan tanda tangan sebagai bukti terima. Dengan segera Sani membawa bunga itu kembali kedalam rumah.
Sani memandang lekat ke bunga itu. Disana dia melihat ada kartu. Sani mengambil kartu itu dan membukanya. Sani terkejut dengan tulisan di kartu itu.
*penggemarmu...😊*
selamat pagi Sani... tetap semangat kerja, jangan lupa dengan sarapan ku... sampai ketemu di kantor...🤗
"Puuufffttt... ada apa dengan manusia aneh itu?? ihhhh, bulu kuduk gue merinding... sepertinya hari ku akan sengsara lagi... ahhhh..., mengacak rambut.
Sani langsung meletakkan bunga itu di meja kerjanya. Dia mengambil rantangan Adrian dan langsung berangkat ke kantor. Karena merasa telat, Sani memesankan grabnya. Ketika grab sudah tiba, Sani naik grab dan melaju menuju perusahaan sutomo.
Sani tiba di depan ruangan Adrian, di saat dia akan mengetuk pintu, Adrian langsung memerintahkan Sani masuk. Sani juga sekali lagi merasa bingung dengan Adrian yang mengetahui keberadaannya. Sani melebarkan pandangannya ke atas pintu Adrian, berharap menemukan cctv di sana. Tapi kosong, Sani dengan segera masuk keruangan itu setelah selesai menyelidiki keberadaan cctv.
Sani masuk dan berjalan ke arah Adrian duduk. Dia dengan segera memberikan rantangan di tangannya, dan ingin segera pamit dari ruangan Adrian. Namun lagi lagi keberuntungannya tidak bagus.
Adrian menahan Sani di ruangan itu, dengan alasan mendesain mesin untuk sebuah projek. Entah itu hanya alasan semata Adrian atau benar benar untuk projek, Sani tidak mengetahuinya.
"Pak...bagaimana jika kepala departemen mencari saya, saya belum membuat pelaporan kehadiran di departemen saya pak..."
"Saya sudah memberitahukan kepala departemen mu, jadi sebaiknya kau fokus medesainnya. Saya ingin menikmati makanan buatan mu dulu, takut ada sesuatu dengan makananmu..."
"Jika bapak tidak percaya dengan masakanku, sebaiknya bapak tidak perlu memakannya. Atau bapak mungkin bisa membiarkan saya mencoba makanannya terlebih dahulu."
" Kita tidak tau kan.....mungkin kau punya dendam banyak padaku, karena aku banyak menyiksamu...."
Adrian langsung mengambil sesendok makanan itu dan menyodorkannya ke mulut Sani. Sani merasa tidak enak dengan perlakuan Adrian, dia ingin menolak tapi ketika dia membuka mulut untuk berbicara, Adrian langsung memasukkan sendok itu kemulut Sani. Sani hanya bisa diam mematung sambil mengunyah makanan yang di mulutnya.
Setelah memasukkan satu suapan kemulut Sani, Adrian kembali melahap makanan itu menggunakan sendok yang sama dengan sani. Dia tidak peduli dengan tingkah sani.
"Pak...sendok itu tadi dari mulut saya pak... apa bapak tidak masalah dengan itu??"
"Apa nona memiliki penyakit mematikan??"
"Tidak tidak pak...", menggeleng kepala cepat.
"Yasudah... jadi tidak ada masalah kan... lanjutkan saja desainmu, saya ingin fokus menikmati masakan mu ini... oh iya...bagaimana bunganya?"
Terkejut mendapat pertanyaan Adrian, " Ohhh...itu...bu...bunganya ada di rumah pak...terima kasih pak atas perhatiannya... tapi bapak tidak perlu melakukan itu, saya tidak apa apa kok pak... hehehe..."
"Jangan coba coba membuangnya, suatu saat aku akan memeriksanya...lanjutkan desainmu!!!"
(Huhhh....maksud loh kontrakan gue mau loh jadiin toko bunga....tapi untung saja gue gak jadi buang itu bunga....bos...jangan mempersempit kontrakan gue ... kotrakan gue udah sempit, jadi tidak sanggup menampung bunga bungamu...dasar manusia anehhhh....sani yang sabar ya... pasti ada faedahnya....)
Sani kembali diam setelah selesai dengan lamunannya dia masih merasa bingung dengan tingkah bosnya itu. Hatinya tersentuh ketika Adrian menyuapinya, dan juga ketika dia menerima bunga dari Adrian tadi pagi. Sani juga terkadang merasa lucu dengan tingkah Adrian yang seperti tidak biasanya. Namun Sani selalu saja mencoba mengabaikan perasaan yang dia rasakan untuk Adrian , dia hanya menganggap Adrian menaruh simpati padanya. Sani juga terkadang tidak enak jika harus di kasihani seorang Adrian.
Namun berbeda dengan Adrian, Adrian senang karena dia bisa menyuapi Sani dengan tangannya meskipun itu dengan cara liciknya. Dia kembali sibuk menikmati masakan Sani yang di anggapnya sangat enak di mulutnya. Dia selalu merasa ada sesuatu hal yang sangat dia rindukan setiap kali menikmati masakan Sani.
Adrian selalu mencoba mencari tahu apa yang dia rindukan dari masakan yang sani buat. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan adrian memerintahkan Sani untuk memasak untuknya. Selain alasan itu, Adrian ingin Sani selalu berada di dekatnya, sehingga Adrian bisa lebih mudah membuat Sani merasakan ketulusan cintanya.
Adrian selalu berharap Sani bisa merasakan ketulusan hatinya. Dia berharap Sani bisa semakin dekat dengannya. Adrian juga ingin sani menjadikan dirinya sebagai tempat sandaran di mana Sani sedang merasakan kesedihan.
kira kira Sani kapan ya bisa merasakan ketulusan Adrian??
baca terus ya...jangan bosan...
salam hangat😊....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments