Di pagi hari, Sani dengan terpaksa harus membuka matanya yang masih terasa ngantuk, dia merasakan tubuhnya yang basah dan merasa kedinginan. Betapa terkejutnya dia setelah melihat seseorang di depannya. Sani segera bergegas bangkit dari tidurnya.
Tampak ibunya menyiram Sani dengan air dingin. " Apakah anak gadis bangun jam 7 pagi???? apakah kau sudah menyiapkan sarapan pagi??? dasar anak durhaka!!! anak tidak berguna!!! bangun kau!!!!" meneriaki Sani tanpa henti.
Dengan tergesa gesa Sani bangun dan berlari ke dapur dengan baju yang masih basah.
(Apa kesalahanku ibu....sehingga kau memperlakukanku seperti ini? apakah aku putrimu?? atau hanya anak pungutmu??) Membatin sambil menyiapkan makanan, menahan rasa kedinginannya.
Setelah selesai menyiapkan makanan, sani langsung bergegas ke kamar. Dia menangis tersendu sendu dan berusaha agar tidak menimbulkan suara kuat, takut di di ketahui ibunya.
"Apakah aku ini anak pungut?? kenapa aku tidak bisa mendapatkan kasih sayang ibu ku?? apa kesalahanku hingga membuat ibu membenciku?? bukan kemauanku untuk terlahir, tapi bukan berarti kalian berhak selalu menghukumku....aku tidak bisa lagi menahan semua ini....... " gumamnya dengan suara hampir tak terdengar.
Sani segera beranjak dari duduk, mengambil koper, dan memasukkan barang barangnya ke dalam koper, kemudian menuliskan pesan di sebuah kertas dan meletakkannya di meja riasnya.
Sani kemudian mengambil ponsel nya dan mengetikkan sesuatu di sana.
{sani to nita: nit bisa jemput gue di simpang rumah gue?}
{nita:<1 menit kemudian> kenapa loh???mau kemana loh??}
{sani:banyak tanya loh, nanti gue jelasin...sekarang loh buruan jemput gue ya...please🙏}
{nita: ok ok... 7 menit lagi gue sampai....
7 menit kemudian Nita tiba di tempat dimana Sani menunggu, dia terkejut melihat barang bawaan Sani. Tapi dia belum berani untuk bertanya, dengan cepat dia membantu Sani memasukkan koper ke dalam mobil dan bergegas pergi dari tempat itu. Di mobil Nita memberanikan diri untuk bertanya
"Loh kenapa bawa koper sgala san?? emang loh mau kemana??" sambil melihat wajah Sani penuh selidik.
Anehnya orang yang ditanyai malah menangis begitu kencang. "gue kabur dari rumah nit....sepertinya orang tua gue gak nerima gue lagi.....sepertinya gue gak di terima di keluarga itu lagi......selama ini gue sudah cukup bertahan nit.....gue udah gak tahan lagi nit.....gue lebih baik keluar dari rumah itu....." Adunya ke Nita.
Nita segera menghentikan mobil di pinggir jalan, dan berusaha menenangkan sani sahabatnya. Dia merasa turut serta merasakan kesedihan yang Sani alami.
" udah san...jangan nangis donk, gue jadi ikutan sedih nih....... loh yang sabar ya, lo masih punya gue dan sofi kok...... " menenangkan Sani, menggosok gosok punggung Sani.
"Gue terkadang bingung nit, apa coba kesalahan gue hingga gue gak di anggap kehadirannya di rumah itu??"
"Sudah donk san...jangan nangis lagi ya.... loh kan masih punya kakak laki laki loh yang baik" Sani berusaha memberi Sani ketabahan.
" Tapi gue gak bisa selalu bergantung padanya nit, dia juga harus mengurus hidupnya, dia gak mungkin cuman ngurusi hidup gue ini.... " merasa dirinya harus mandiri. Sani masih terlihat menangis, meski sudah tidak sekencang sebelumnya.
" Udah udah San.. yang sabar ya...loh harus kuat, pasti akan ada seseorang yang akan membuatmu bahagia...jadi sekarang loh mau kemana? atau loh kerumah gue aja??"
" Gue gak enak nit sama orang tua loh, sebaiknya gue cari kontrakan deh, loh bantuin gue ya cari kontrakan! pinta Sani meminta tomong lepada Nita.
" Yaudahlah klo lo gak mau ke rumah gue, kita bakalan bantuin loh cari kontrakan hari ini juga.... tapi sebelum kontrakannya dapat, loh harus selalu bersama gue dan Sofi ....ok!!" mengajukan syarat.
Sani hanya mengangguk tanda setuju dengan sahabatnya itu. Sedangkan nita sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi sofi sahabatnya. ketika sambungan terhubung,
"sofi: iy nit...ada apa?"
"nita: loh siap siap sekarang ya, gue nanti sani bakalan jemput....jangan banyak tanya dulu ok...byy......" Segera memutuskan sambungan telepon.
Di seberang sana Sofi hanya bisa menuruti perintah nita, dia segera bergegas mempersiapkan diri. Hingga lima menit kemudian bunyi klakson mobil nita terdengar, sofi langsung berlari sambil pamit kepada ibunya.
Sesampai di mobil, Nita menceritakan kejadian yang menimpa sani, Sofi hanya bisa menguatkan sani.
"Sebaiknya kita bersenang senang, dan lupakan masalah apapun itu....lets go girl, kita enjoy!!" berusaha menyemangati Sani.
"Guys.....gue masih punya permintaan satu lagi, kontrakannya dekat dengan tempat kerja gue ya, gue gak motor gue... gue cuman kabur bawa satu koper itu aja....."
"Ok ok aman... kebetulan sepupu gue ada tinggal dekat sana, gue nanti bisa minta tolong dia carikkan kontrakannya....jadi loh gak usah kawatir" jawab Nita yang teringat dengan sepupunya.
Begitulah mereka menghabiskan hari itu dengan bersenang senang, mereka harus bisa membuat sahabat mereka sani merasa bahagia.
Di rumah Sani, keributan telah terjadi karena hilangnya sani. Ibu sani marah marah tak menentu di rumah, setelah asisten rumah menyerahkan surat yang dia temukan di kamar sani.
#isi surat#
Maaf bu, yah..
Sani pergi tanpa pamit, sani ingin memulai hidup sani seperti yang sani inginkan. Sani tak ingin lagi harus terikat dengan aturan ibu. Maaf jika sani lancang, tapi sani sudah tidak sanggup lagi menahan luka yang sani terima di rumah ini. Rumah yang seharusnya memberi sani kebahagiaan, malah hanya memberi luka yang dalam untuk sani. Apa Sani salah jika sani mengharapkan kasih sayang dari orang tua sani?? Tapi Sani terlalu berharap hingga membuat sani merasa sangat terluka. Jadi kali ini sani memohon, biarkan sani pergi untuk mencari kehidupan sani sendiri. Jangan lagi mengusik kehidupan sani. Sani tau apa yang baik untuk hidup sani.
Sani sayang ayah, ibu, kakak dan bi asih...
sani tidak akan melupakan kalian.
sani
Begitulah sani menyampaikan isi hatinya kepada orang orang yang di sayanginya itu. Dia hanya bisa menyampaikannya melalui tulisan, karena tidak memiliki keberanian untuk berbicara kepada kedua orang tuanya. Dia bahkan dapat menghitung berapa kali dia berkomunikasi dengan orang tuanya itu. Dia hanya bisa berkomunikasi dengan asiten rumah tangganya, bi asih dan juga kepada saudara laki lakinya. Hubungannya kepada orang tuanya seperti layaknya asisten rumah tangga dengan majikan kejam. Bahkan ibu Sani lebih lembut dengan bi asih di bandingkan dirinya. Entah kenapa hubungan orang tua dan anak itu retak.
"Dasar anak yang tak tau diuntung, tidak tau berterima kasih!!! berani berani nya dia meninggalkan rumah...... biarkan saja, biarkan saja kau hancur di luar sana..... aku akan lihat bagaimana kau bisa bertahan dengan kehidupan sekarang ini.....Memang sudah seharusnya dari dulu aku mengusirmu, tapi kau akhirnya tau juga untuk keluar.... baguslah......selamat menikmati hidup sengsaramu anak sial..........", suara memenuhi seluruh ruangan.
Begitulah ibu sani memberi respon dengan kepergian sani, tak ada rasa bersalah sama sekali. Dia hanya menganggap sani sebagai anak sial.
(Kasihan nona muda, dia harus menerima nasib yang begitu malang sejak dia kecil, bibi hanya bisa berdoa untukmu, semoga Yang Maha Kuasa mengirimkan seseorang untuk membahagiakanmu, bibi juga tidak tau, bagaimana bibi akan memberitahu den reno mengenai kejadian ini....) batin bi asih yang ikut serta merasakan kesedihan Sani.
Di rumah, Adrian sibuk membersihkan kamar dan ruang kerjanya. Dia tidak pernah membiarkan bi surti membersihkan kedua ruangan itu. Kecuali jika adrian benar benar sibuk dengan urusan perusahaannya. Ketika tengah sibuk bekerja, tiba tiba pikiran adrian melayang ke wajah sani yang dia temui di bar tadi malam. Seketika itu, adrian langsung menggelengkan kepala seakan akan gelengan itu mampu menghilangkan wajah sani dari benaknya. Namun sia sia saja, pikirannya masih saja mencoba melayang ke wajah manis sani.
( ada apa denganku??? ini tidak benar, bagaimana bisa aku kalah dengan gadis bodoh itu....) "arrrgghhh"
Adrian kembali mencoba fokus dengan pekerjaannya itu, hal itulah yang dia lakukan agar wajah sani hilang dari pikirannya. Dia tidak dapat memahami keadaannya sekarang. Karena baginya, itu pertama kalinya ada seorang wanita yang memasuki pikirannya.
Entah apa keunikan Sani, hingga bisa memasuki kehidupan Adrian. Tetapi seorang Adrian selalu mengabaikan perasaannya itu, dia terlalu terobsesi untuk menang dari gadis yang selalu membuat nya sial. Hingga dia tidak menyerah untuk mencoba menyiksa gadis itu. Dia ingin melihat gadis itu berlutut meminta maaf padanya. Karena hingga pada saat ini, tidak ada yang berani bermain main dengan adrian, terutama orang kecil seperti sani.
Namun apa daya, Sani mulai merobohkan pertahanan Adrian. Dengan tingkah Sani yang selalu konyol. Namun bisa membuat Adrian terkadang senyum dan setiap kekonyolan gadis itu, Adrian tidak kuasa untuk marah dan menyingkirkan gadis itu. Dia hanya ingin menikmati masa bersenang senang dengan gadis itu.
perkenalan dulu ya untuk tokoh nita, sofi dan hendro*.....
#
apakah sani akan bersabar dengan permainan adrian?
Dapatkah sani menjalani kehidupannya dengan tenang?
Ikuti terus ceritanya, jangan sampai ketinggalan, karena di episode episode selanjutannya akan semakin menarik.
jangan lupa vote jika puas dengan ceritanya,
penulis juga menerima saran yang mendukung untuk kebaikan cerita ini.....
salam hangat....😊*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments