Setelah puas bersenang senang, Sani dan kedua sahabatnya itu segera menuju rumah kontrakan yang sudah di temukan sepupu nita. Sani merasa lebih tenang setelah kedua sahabatnya itu mengajaknya bersenang senang. Setelah sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah kontrakan sani. Ketiga gadis itu bergegas menuju rumah setelah sepupu Nita memberikan kunci kontrakan itu. Ketiga gadis itu langsung melepaskan penat dengan menghempaskan diri di kasur yang ukuran sedang itu.
Kontrakan itu memang kontrakan yang siap huni, meskipun kontrakannya cukup sederhana, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi sani untuk tinggal. Kedua sahabat sani memutuskan untuk tinggal di tempat sani untuk satu malam. Mereka sengaja menginap karena mengingat keadaan sani. Mereka masih merasa cemas dengan sahabatnya itu.
"Loh berdua gak pulang?? ini sudah larut.....cepat kembali sana!!!" mencoba mengusir kedua sahabatnya. Dia ingin mengatakan bahwa dirinya kini baik baik saja.
" Kita bakalan nginap disini kok, iyakan sof??" menatap Sofi yang berbaring di sampingnya.
"Yap.... masa loh tega san ngusir sahabat loh..... " Sengaja membuat ekspresi sedih, ingin mendapat simpati Sani.
" Lagian ini udah mau hujan, loh tega lihat sahabat loh ini terkena macet, belum lagi nanti bunyi petir....ahhhh gue takut san.... jadi loh sebaiknya biarkan kita berdua nginap disini malam ini...ok???" segera menarik selimut menutupi tubuhnya.
Nita hanya bisa berusaha menahan senyumannya agar tak terlihat Sani. Dia tidak ingin membuat rencana mereka gagal.
"Lagian kita klo udah di tempat tidur bakal susah bangun....badan kita berdua udah nempel nih ke kasur....jadi loh gak bisa ngusir kita lagi..." tambah Sofi lagi ingin mempertahankan bahwa mereka harus menginap.
Karena desakan kedua sahabat itu, akhirnya sani menyerah. Dia sendiri pun merasa senang dengan kehadiran sahabatnya itu. Karena ini pertama kalinya dia harus hidup sendiri. Meskipun di rumah orang tuanya sani merasa di singkirkan, sani masih memiliki seorang asisten rumah tangga yang menyayangi sani.
Setelah lelah seharian, ketiga gadis itu akhirnya tertidur pulas. Mereka tidak lagi menyadari kedatangan hujan dan petir. Mereka terlalu lelap di alam mimpi.
kringgggggg.........
Bunyi alarm hp sani, dia bangun secara perlahan, takut mengganggu kedua sahabatnya yang masih berada di alam mimpi. Sani bergerak ke arah washtafel untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih tersisa. Setelah sani merasa segar sani bingung harus membuat sarapan pagi dengan apa, karena belum ada stok apapun di tempat barunya. Akhirnya sani memutuskan untuk melakukan pesan antar makanan dari aplikasi.
Sambil menunggu pesanan, Sani menuju kopernya. Dia sibuk memilih pakaian yang harus dia gunakan untuk bekerja. Sebenarnya Sani masih merasa kurang mood untuk bekerja, tapi karena memikirkan keadaannya sekarang Sani akhirnya memaksakan diri. Dia hanya bisa mengandalkan gajinya untuk kelangsungan hidupnya. Dia tidak ingin merepotkan kedua sahabatnya itu.
Akhirnya sani selesai memilih pakaiannya.
Ponsel Sani berdering. Sani segera menyambar ponselnya dan melihat ID pemanggil tidak ada nama pemanggil, Sani dengan mantap mengangkat telepon itu.
"Hallo, ini dengan siapa?" tanya Sani ingin mengetahui lawan bicaranya.
"Selamat pagi kak, apa ini dengan kak Sani? saya kak dari aplikasi pesan antar, pesanan kakak sudah tiba. Saya sudah berada di depan gedung kak" jelas si pengantar makanan.
"Ohh baik pak saya akan segera turun" segera memutuskan panggilan dan mengambil uang yang sejak tadi sudah dia sediakan untuk diberikan kepada si pengantar makanan.
Sani langsung bergegas turun untuk mengambil makanan yang dia pesan. Ketika kembali kerumah, kedua sahabatnya sudah sadar dari alam mimpi. Kedua gadis itu mendekat ke arah makanan yang Sani bawa.
"Looh berdua tidur kayak mumi, gak ada gerak geraknya sama sekali....heran gue.." ledek Sani.
Sani segera mengibaskan tangan Nita yang mencoba mengambil makanan yang dia bawa. Mungkin itu faktor perutnya yang sudah keroncongan.
"sana cuci muka dulu, trus cuci tangan, cuci kaki!, buruan!! gue mau kerja nih..." perintahnya kepada kedua gadis yang di hadapannya.
"Siap bos... Segera di kerjakan." jawab kedua gadis itu serentak dan segera berlari ke arah kamar mandi.
Ketiga gadis itu sibuk dengan makanan mereka. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Mereka terlalu menikmati rasa makanan yang sudah masuk ke mulut mereka. Setelah selesai makan, Sani langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia harus segera ke kantor karena dia harus menyelesaikan desain mesinnya. Dia tidak ingin Adrian CEO nya menolak hasil kerjanya untuk kedua kalinya.
"Loh berdua balik aja ya tanpa gue, loh bawa aja tuh kunci, gue masih punya satu lagi okkkk... gue buru buru nih... dada...." melambaikan tangan dan segera menghilang di balik pintu.
"Ok ok aman, serahin ke kita berdua. Hati hati ya seyeng!!" teriak Nita dengan suara tinggi. Mungkin Sani masih bisa mendengarnya.
Tanpa memperdulikan tingkah sahabatnya itu, sani langsung berlari menuju tempat kerjanya. Dia memutuskan berjalan kaki untuk mengirit biaya. Karena memang jarak tempuhnya hanya sekitar 5 menit jika jalan cepat dan 10 menit jika berjalan lambat.
Ketika tiba di gerbang perusahaan itu, Sani menarik nafas kemudian melangkah masuk ke gedung itu. Sani tiba di meja kerjanya, dia membersihkan mejanya itu. Dia mengeluarkan pensil dan kertas dan memulai desain mesinnya, karena berhubung jam kerja belum dimulai. Dia harus segera melaporkannya pada adrian.
Setelah di rasa cukup, Sani meregangkan badannya yang terasa kaku. Dia melirik jam tangannya, dan kemudian bergegas masuk ke ruangan CEO. Sani mengetuk pintu, setelah mendapat perintah masuk, sani melangkah dengan mantap menuju meja adrian.
"Selamat pagi pak.... ini hasil desain yang saya perbaiki" Sembari menyerahkan hasil desainnya.
"Kau perlu mengulanginya lagi, ini belum sesuai dengan standar saya!!! kau harus segera menyelesaikannya besok pagi.... sekarang kembali ke ruanganmu!!" kembali menolak hasil karya Sani.
Sani yang menahan rasa kesal, dan sedang mencoba memberikan senyum yang terpaksa, baik pak, akan segera saya perbaiki. "Permisi pak." sembari undur diri. Tak lagi mau membantah Adrian
Adrian merasa senang karena berhasil mengerjai Sani. Meskipun dirasa hasil desain sani sudah baik, tapi dia tetap ingin mengerjain gadis itu. Dia melakukan itu, karena masih memiliki waktu sebelum mengirimkan mesin itu ke jepang.
Disisi lain Sani melangkah dengan kesal, dia tidak mengerti dengan bosnya itu. Padahal kepala departemen sudah memuji hasil desainnya itu. Tapi adrian dengan santainya menolak hasil kerja kerasnya. Sani menghempaskan diri di kursi kerjanya. Dia mencoba memikirkan ide untuk desainnya.
(Dasar manusia aneh...... sepertinya dia sedang mempermainkanku, lihat saja aku akan membuat desain yang tak akan pernah terpikirkan olehmu. Aku akan lihat bagaimana singa ganas seperti mu tidak mengaum lagi di depan ku)
Sani memulai beberapa coretan di kertas, merasa kurang bagus, dia mengganti kertasnya lagi. Hal itu dia lakukan hingga meja kerjanya penuh dengan tumpukan kertas. Dia tidak memperdulikan omongan karyawan lain yang sedang menggosipinya.
"karyawan 1: apa dia masih waras?? lihat tumpukan kertas itu. Sepertinya dia tidak memiliki keahlian, tetapi kenapa dia bisa masuk ya, apa dia melalui jalur rahasia??"
"karyawan 2: iya benar saya rasa juga demikian, sudahlah abaikan saja, nanti kepala departemen menegor kita"
Karyawan disana tidak mengetahui kemampuan sani, mereka hanya menilai apa yang terlihat. Karena mendengar gosipan itu, sani bertekad akan menutup mulut mulut penggosip itu dengan hasil desainnya.
Karena terlalu fokus dengan desainnya, Sani melupakan bahwa jam kerja sudah selesai. Dia tidak menyadari bahwa sudah banyak karyawan yang pulang. Ketika Sani sadar akan hal itu, Sani bangkit dan membuang sampahnya ke dalam tong sampah, dia membawa pekerjaannya itu ke kontrakannya. Sebelum kembali ke kontrakan, Sani memutuskan untuk berbelanja di swalayan dekat kantornya. Dia harus membeli beberapa bahan makanan, dia juga membeli beberapa botol minuman mineral dan juga beberapa cemilan untuk menemaninya begadang. Setelah di rasa cukup, Sani membayarnya di kasir dan segera bergegas pulang.
Di kontrakan, Sani sibuk membereskan belanjaannya. Dia juga harus segera memasak untuk dirinya sendiri. Sambil memasak sani juga mencoba memikirkan sebuah ide kerangka mesin untuk dia serahkan kepada adrian CEO nya. Setelah selesai memasak sani langsung melahap makanannya, karena memang perutnya sudah merasa lapar.
Sani langsung mencucikan piringnya dan bergegas ke meja kerjanya. Dia harus bisa menyelesaikan pekerjaannya itu dengan baik. Dia sudah muak dengan permainan adrian yang sedang mencoba menyiksa dirinya. Entah apa kesalahan yang dia lakukan, dia tidak mengerti sama sekali dengan perbuatan adrian.
" Huhhhh..... sani alifah nugraha ...... kau pasti bisa.....fighting........jangan biarkan kau kalah dari singa itu. Jangan biarkan dia menindasmu. Kau harus bisa membuat singa itu tidak sanggup untuk mengaum di depanmu", tekad gadis itu.
Sani kembali membuat tingkat kepercayaan dirinya meningkat. Dia bekerja dengan begitu fokus hingga melupakan bahwa jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 subuh. Sani akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Dia kemudian mencoba mendesain gambarnya itu dilaptop. Hal ini berguna jika nanti kertas tempat dimana dia mendesain hilang.
Meskipun beberapa kali mengantuk, sani tetap menyadarkan dirinya dengan mencuci wajahnya dengan air. Setelah selesai dengan laptop nya Sani memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Dia merasa sudah terlalu menguras tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan desain mesinnya itu. Dia hanya bisa berdoa agar Adrian tidak lagi menolak hasil jerih payahnya.
Dia juga semakin penasaran dengan kesalahan yang dia buat, hingga membuat Adrian memiliki kesempatan untuk mengerjai nya. Dia mencoba memejamkan matanya, mencoba agar dia masuk ke alam mimpi dan melupakan semua kejadian yang dia alami. Dia harus segera tidur agar memiliki tenaga untuk bekerja dan mempersiapkan hati dan pikiran jika nanti karyanya di tolak Adrian.
sani saat di meja kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments