*Sesampai di parkiran cafe itu, sani langsung melepas helm nya dan berlari ke arah sahabat yang sudah melambai padanya. Sani sangat senang bisa mengenal sahabatnya itu, karena hanya pada saat bersama sahabatnya itulah dia bisa merasa senang. Meskipun demikian dia juga memiliki seorang saudara laki laki yang selalu memanjakannya. Meskipun dia masih memiliki orang tua, dia selalu merasa tak memiliki orang tua karena orang tuanya selalu tak menganggap kehadirannya. Orang tuanya hanya menganggap kehadiran saudara laki lakinya itu, karena saudara nya itu lah yang dianggap penerus keluarga mereka.
Di cafe itu ketiga gadis itu sibuk menikmati roti dan minuman kesukaan mereka. Sesekali mereka bercanda ria, mereka tak peduli dengan pandangan orang orang yang merasa risih dengan suara mereka. Mereka hanya mengganggap orang orang disana seperti patung, hal itulah mengapa mereka selalu bercanda ria.
"bagaimana wawancara mu???" tanya nita yang penasaran.
"ohh....tenang saja, pasti di terima...siapa dulu donk sani gitu loh...." jawab sani yang selalu percaya diri.
"ohhhhhh......sahabat kita gitu loh........hahahahaha....." nita dan sofi serentak memuji sahabatnya itu.
Begitulah mereka, selalu membanggakan diri mereka. Ketiga gadis itu tidak pernah peduli dengan omongan orang lain untuk mereka, ketiganya akan selalu bersama meskipun salah satunya sedang bersedih. Mereka akan selalu menghibur nya, meskipun harus bertingkah konyol di depan orang banyak.
Karena terlalu asik dengan candaan, mereka melupakan waktu yang terus berjalan.
"wahh..... gawat, gue harus segera pulang jika tidak, bisa bisa gue kenak repetan mamak rempong nih...." kata sani yang mulai panik karena melupakan waktu.
"ok ok... no problem, kita ngerti kok. Hati hati ya baby..... muahh...." jawab nita yang sudah tau keadaan sani sejak mereka duduk di bangku SMA.
"uekkkk..... gue mau muntah nit, please lah bisa gak loh gak lebay gitu, sobek kantong celana gue...." jawab sani yang terkadang merasa aneh dengan tingkah lebay sahabat sahabatnya.
" hahahahaha.... ok ok hati hati di jalan sayank....." serentak kata sofi dan nita yang senang berhasil membuat sani merasa ilfil.
Sani segera berlari ke arah parkiran motor. Dia tidak ingin mendapat ceramah dari ibunya. Di rumah dia tidak akan mendapat pembelaan, karena saudara laki lakinya sedang belajar di amerika, Ayahnya hanya akan mendukung ibunya. Hal itulah penyebab kenapa sani selalu berusaha pulang tepat waktu, terutama disaat saudara laki lakinya tak ada di rumah.
Sesampai di rumah, Sani berjalan mengendap endap menuju kamar nya. Namun sialnya dia harus bertemu dengan ibunya, yakin dengan apa yang akan terjadi, sani menarik nafas kuat dan menghembuskan nafas nya dengan kuat. Hal itu dia lakukan untuk memperkuat telinga dan hati untuk menerima repetan dari ibunya.
"wah wah wah.... anak gadis baru pulang sekarang.....!!! darimana saja kamu?? kamu tidak lihat ini sudah jam berapa??? apakah kau melupakan tugasmu?? cepat, masuk dapur siapkan makanan!!!" bentak ibu sani dengan suara memenuhi rumah.
"maaf bu, sani akan segera memasaknya setelah berganti pakaian.." jawab sani dengan wajah sedikit tertunduk. Dia tidak pernah berani memandang wajah orang tuanya.
"tidak ada untuk nanti, ibu bilang sekarang....... emang perut mu bisa di perintah agar tidak lapar???? tidak kan.... cepat masuk dapur!!!" kembali membentak sani.
Sani hanya bisa mengangguk menandakan iya akan memasak. Meskipun di rumah nya ada asisten rumah tangga, dia harus selalu menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Karena jika tak mendengarkan ibu nya, kata pahit akan keluar dari mulut ibu. Dia tak ingin dikatakan bahwa dirinya anak tak bermoral juga anak yang durhaka.
Asisten rumah tangga mereka yang sudah berkepala 4 itu hanya bisa merasa kasihan melihat majikan kecilnya itu, dia hanya bisa membantu majikannya itu secara diam diam,karena takut akan nyonya besar rumah itu, dia juga tidak ingin kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber kehidupannya dan juga anak perempuannya yang masih berusia 12 tahun.
Di lain tempat adrian sudah puas memandangi laut di hadapannya, dia pun bergegas pulang karena hujan akan turun. Sesampai di rumah,seperti biasanya adrian akan segera membersihkan diri dan segera turun ke dapur. Dia tak ingin bu surti asistennya rumah tangganya merasa kawatir karena dia lama kembali ke rumah. Adrian juga tidak ingin bi surti makan terlambat karena harus menunggu kedatangannya.
Entah sejak kapan perasaan sayang untuk bi surti muncul. Adrian hanya merasa hatinya menerima bi surti di perlakukan seperti layaknya seorang ibu. Itulah mengapa adrian selalu berusaha bersikap seperti seorang anak kepada ibunya.
Setelah selesai makan dia memasuki kamar nya dan bermain ponsel . Adrian yang ingin membantu bi surti membersihkan piring kotor di larang bi surti.Bi surti tau bahwa Adrian merasa lelah karena habis menempuh perjalanan jauh. Karena itu bi surti menyuruh Adrian ke kamar dan segera beristirahat. Benar saja adrian yang baru saja membaringkan tubuhnya di kasur sudah langsung tertidur lelap.
Adrian tidak lagi memikirkan bagaimana keadaan perusahaannya hari ini, karena dia sudah sangat yakin dengan kualitas Hendro sekretarisnya. Begitulah adrian setiap melewati hari spesial ini. Dia pun terkadang merasa bingung, apakah hari itu dianggap spesial atau hari kemalangan. Dia hanya berharap suatu hari, dia mengetahui ada kenangan apa di laut itu.
Sejak ayahnya mengajak dia ke laut itu untuk memancing perasaan itu mulai timbul. Adrian tidak pernah menanyakannya pada ayahnya. Dia lebih memilih mendiamkan saja, hanya saja selalu berharap dan berharap kelak pertanyaan pertanyaannya terjawab dengan seiring berjalannya waktu. Ayah Adrian juga tidak pernah bercerita tentang laut itu. Ayah dan anak itu hanya memilih diam dan fokus dengan pancingan mereka.
Setelah memancing mereka tidak akan membawa ikan ikan itu kembali kerumah, mereka justru akan melepas kembali ikan ikan itu. Mereka hanya ingin menenangkan pikiran mereka yang sudah terasa panas karena harus mengurus urusan urusan perusahaan. Mereka menganggap dengan memancing otak mereka akan merasa refresh dan kembali bisa berpikir jernih agar bisa menghadapi kembali masalah masalah yang menimpa perusahaan mereka.
Kedua orang itu harus selalu siap atas tantangan tantangan yang menghadang mereka. Kedua nya harus tetap kokoh dan harus selalu berjuang untuk mempertahankan perusahaan mereka yang selalu saja banyak yang ingin memilikinya. Mereka tidak akan membiarkan siapapun berkutik, mereka akan menghancurkan satu persatu musuh mereka.
Hingga tiba saat ayah Adrian meninggal, adrian harus berjuang sendirian. Dia tidak ingin mengecewakan ayahnya.
untuk masalah laut itu Adrian hanya selalu berharap kisah yang diinginkannya dari laut tidak lah kisah menyedihkan, dia berharap kisah yang dia alami itu adalah kisah bahagia. Kisah yang tidak akan mengecewakannya.
adrian*
sani
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Gina Gayatri
visual nya adrian kok peot banget
2021-02-19
0
Shiffa Aulia
visualnya capek bgt Thor....bikin semangat bacanya
2021-02-17
1