Adrian yang sedang berusaha mendapatkan hati Sani melakukan banyak hal agar Sani tersentuh. Adrian yang dahulu terlihat dingin berubah menjadi seseorang yang sedang mengemis cinta dari Sani. Namun meskipun demikian, Adrian masih menyembunyikan maksud dari perlakuan ini dari Sani. Adrian selalu mengatas namakan pekerjaan sebagai alasan untuk membuat Sani mau menerima setiap perlakuan khusus darinya.
Sedangkan Sani yang sangat menghargai pekerjaannya hanya bisa menerima perlakuan khusus Adrian tanpa memikirkan banyak hal.
Dia hanya ingin menghargai Adrian sebagai bosnya. Dia juga tidak ingin pekerjaannya di pertaruhkan.
" Nyonya sani, jika kau ingin permintaan maaf mu saya terima, bisa kah kau menemaniku makan malam? Aku tidak terbiasa makan malam sendiri, ibu ku sedang pergi ke suatu tempat. Jadi jika nona sani berkenan, saya akan memaafkan nona sani."
(Hahhhh...... hanya makan malam saja??? segampang itu saja, tentu saja aku mau, lagian ini keberuntungan ku juga hehehe.... jika bukan aku yang bayar, tentu saja aku mau....) tersenyum senang.
"Apakah nona tidak menerima syarat saya??, baiklah jika nona sani tidak berkenan, saya akan mengganti hukumanmu menjadi......"
"Tidak bos....siapa bilang saya tidak mau.... saya sangat tersanjung jika bisa menemani bos saya makan malam.....justru saya merasa tidak pantas jika menemani bapak makan malam.....tapi jika bapak mau memaafkan saya hanya dengan makan malam, saya akan sangat senang menemani bapak....." memotong pembicaraan Adrian.
"Baiklah.....sebelum berangkat untuk makan malam, ikutlah dengan ku ke suatu tempat!!"
(Apa lagi yang ingin manusia aneh ini lakukan, di kasih hati malah minta jantung....hah.... sudah lah ikuti saja permainannya..... tetapi saya harus selalu berjaga jaga dengan singa ini....)
"Baik pak, sesuai keinginan bapak, asalkan bapak tidak menjadikanku menjadi santapan singa itu saja" membuat wajah takut.
"Hahahahaha..... nona sani nona sani..
bukankah sudah ku katakan singa itu tidak selera dengan tubuhmu, jadi tidak perlu kau takuti"
"Tidak mungkin pak, singa itu pasti tertarik dengan tubuhku yang menarik ini. Bapak jangan salah, saya ini mantan primadona di sekolah saya pak....jadi saya harus kawatir pak... "mencoba membela diri.
"Baik lah nona sani....saya tidak akan pernah membuat mu jadi santapan singa, lebih baik aku memberikan Hendro saja...." tidak sadar kedatangan hendro.
" Puft....benarkah pak?? bukan kah bapak sangat menyayangi sekretaris hendro?? " Sudah menyadari kedatangan Hendro.
"Apa kau pikir saya gay, hingga harus menyayangi Hendro.....?"
Menatap tajam Adrian, sambil kesal "jadi bos tidak memerlukanku lagi???
saya sakit hati pak......"
"Tentu saja saya memerlukanmu.....bagaimana mungkin saya mengabaikan sekretarisku yang hebat...... terkejut akan kedatangan Hendro.
"Bagaimana jika suatu saat keahlian saya hilang pak, berarti bos akan membuangku??"
Adrian seperti sadar bahwa dirinya sedang di pojokkan "tetapi kenapa kalian jadi memojokkanku?? yang bos disini kan saya!!"
"Hahahahahaha..........." tawa pecah dati mulut Sani dan Hendro
"Maaf pak, kami hanya senang ketika bapak seperti orang yang sedang mengkawatirkan sesuatu....saya kira bapak hanya manusia yang tidak akan mengkawatirkan apapun...."
"Baiklah.....sepertinya pengeluaran untuk membayar gaji karyawanku bulan ini akan sedikit berkurang....."
"Tidak tidak pak.....kami salah...." sadar akan ancaman yang di terima.
"Jangan potong gaji saya pak, apa bapak tega melihat karyawan bapak mati kelaparan?" memasang wajah memelas
" Baiklah, sepertinya saya harus menambah hukuman nona sani....." merasa kembali ke kemenangan.
" Tidak masalah pak, asal bapak tidak memotong gaji saya ya pak....."
"Baiklah, saya ingin nona sani membuatkan saya sarapan setiap pagi, saya akan memberikan biaya belanja, tetap nona Sani harus rela memasak khusus untuk saya tanpa bayaran!!!"
" Baiklah pak, dengan senang hati, jadi pak, apakah saya harus mengantarkannya ke ruangan bapak setiap pagi?" kembali melontarkan pertanyaan.
"Tentu saja nona sani.... apa nona sani tega membiarkan seorang bos mengambil rantangannya dari ruangan karyawan??"
"Pufftt.....tentu saja nona Sani tidak berani bos....benarkan nona Sani??"
"Tentu saja saya tidak enak pak..." memaksakan senyuman Agar terukir di bibirnya", saya akan akan mengantarkannya pak.... katakan saja bapak serapan pagi pukul berapa, agar saya tau waktu mengantarkan ke ruangan bapak..."
"Nanti Hendro akan memberikan jadwal serapan saya kepada nona sani.... sebaiknya kita berangkat sekarang!!!"
"Mari bos, mobil sudah siap."
Adrian, Sani dan Hendro berangkat menuju parkiran setelah selesai dengan debat mereka. Tetapi meskipun demikian, Sani merasa hukuman yang dia terima tidak adil. Tetapi dia hanya bisa pasrah dengan nasib yang dia terima. Setidaknya dia masih bisa mempertahankan pekerjaannya. Namun berbeda dengan Adrian yang merasa menang, dia berhasil membuat sani semakin dekat dengannya. Meskipun itu dengan mengandalkan kekuasaannya. Tetapi adrian sangat senang karena sani akan selalu memasak untuknya, dia merasa telah berhasil melangkah ketahap awal.
Ketiga orang itu berangkat ke sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Ketika mereka tiba di pintu utamanya, para karyawan dan pemilik mall itu memberi salam kepada Adrian. Bagaimana tidak, Adrian merupakan investor terbesar mereka. Sani yang melihat itu merasa takjub dengan yang terjadi. Dia tidak menyangka adrian sangat di hormati. Berbeda dengan hendro yang mengikuti langkah mereka dari belakang, dia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu.
"Pak... kanapa kita kemari? bukankah bapak tadi mengatakan akan makan malam saja?"
"Kau tidak perhatikan pakaianmu itu?? bagaimana mungkin kau ikut makan malam denganku?"
"Pakaianku tidak terlalu buruk kok pak..." memperhatikan pakaiannya.
"Ikuti saja aku, aku yang memutuskan!!"
Sani hanya bisa mengikuti kemauan bos nya itu. Dia tidak ingin membuat suasana bos nya itu menjadi buruk.
Adrian mengintruksikan karyawan di sana agar mengurus Sani. Dengan serentak seluruh karyawan di sana membawa sani ke sebuah ruangan. Sani merasa tidak enak dengan perlakuan khusus itu, karena baginya ini pertama kalinya dia diperlakukan bak seorang ratu.
Beberapa menit kemudian, seluruh karyawan
keluar dari ruangan itu diikuti oleh Sani dari belakang. Adrian yang melihat pemandangan itu hanya bisa menelan ludah. Adrian langsung melihat ke arah Hendro yang juga ikut terpesona dengan kecantikan Sani. Adrian yang tidak terima dengan itu, langsung menatap tajam kearah Hendro. Hendro yang sadar akan hal itu, hanya bisa memalingkan pandangannya dari Sani.
Sani keluar dari ruangan itu dengan sedikit malu karena merasa pakaian yang dia gunakan terlalu terbuka. Dia keluar sambil berusaha menutupi bagian yang terbuka. Dia bersembunyi di belakang salah satu karyawan di depannya karena Adrian selalu memandangnya. Dia merasa enggan untuk menunjukkan diri ke Adrian.
"Tunjukkan dirimu nona sani!! saya menyuruh mereka menghias mu bukan untuk di sembunyikan... "
"Tapi pak, sepertinya pakaian ini terlalu aneh pak, apa sebaiknya saya ganti saja ya pak??"
"Tidak.....saya sudah memutuskan, kenapa kau berani mengubah keputusanku!"
"Apa bapak pikir aku ini patung....hingga harus di hias... " Segera keluar sari persembunyiannya karena merasa kesal dengan adrian.
"Saya tidak mengatakannya nona sani, anda sendiri yang merasa.... sebaiknya mari kita berangkat...!!" Sambil berjalan keluar dari perbelanjaan itu.
Hendro dan Sani mengikutinya dari belakang. Sani sedikit kesulitan karena harus menggunakan sepatu high heels nya. Dia tidak terbiasa memakai high heels setinggi 9cm. Dia juga merasa tidak nyaman karena pakaiannya.
Adrian yang sadar akan kesulitan sani, membuka jasnya dan menutupi tubuh Sani. Adrian juga tidak ingin pria lain menatap sani dengan tatapan menggoda. Adrian akhirnya memutus berjalan bersama Sani, dia juga membuat langkahnya seirama dengan Sani.
Sani berusaha berjalan dengan elegan, namun tiba tiba.....Sani hampir saja terjatuh.
Dengan cepat adrian menangkap sani, hingga membuat sani berada di pelukan adrian. Seketika itu, detak jantung Adrian berdetak lebih kencang. Dia sangat terpesona dengan gadis yang di pelukannya.
"Huh..... hampir saja.... " bernafas lega.
"Nona sani.... bagaimana mungkin nona sani bisa menjadi wanita primadona jaman dulu, apakah nona sani bercanda?? pakai sepatu saja tidak bisa"
" Saya tidak berbohong pak...saya memang primadona masa SMA, bahkan di kuliah juga saya masih primadona...." tersadar berada di pelukan Adrian.
"Benarkah?? tapi lihat lah keadaan mu sekarang ini.."
Tersadar akan posisinya yang masih belum melepaskan diri dari pelukan Adrian, langsung bangkit berdiri." ehh.... apa sih pak peluk peluk segala....."
"Siapa juga yang mau memeluk wanita teledor sepertimu.... bersyukurlah aku menangkap mu....", berusaha menenangkan detak jantung yang sudah tidak beraturan.
"Terima kasih pak...." langsung berlalu menuju mobil adrian.
"Dasar wanita aneh...."
Adrian dan Hendro yang masih mematung akhirnya mengikuti langkah Sani. Keduanya juga merasa aneh dengan sifat wanita yang mereka hadapi. Tapi apa daya, Adrian sudah mencintai gadis aneh itu. Dia hanya bisa mengalah agar gadis yang dia cintai merasa bahagia, dia tidak ingin gadis idamannya itu sedih bahkan menjauh darinya. Dia merasa sudah terikat dengan gadis itu. Entah apa yang akan terjadi pada adrian jika harus kehilangan gadis idamannya itu.
Mereka akhirnya tiba di restoran XX yang sudah di booking adrian.
Adrian membooking restoran itu agar tidak ada yang melihat mereka bersama. Adrian tidak ingin Sani merasa kesusahan karena harus berurusan dengan para wartawan dan juga para saingan adrian yang ingin menjatuhkan adrian. Terutama saat dia belum mengetahui perasaan sani untuknya. Dia tidak ingin Sani kesulitan, terutama saat sani tidak memiliki perasaan dengannya. Itulah hal yang mengakibatkan adrian harus berhati hati sebelum sani benar benar menjadi miliknya.
"Wahhhh restoran ini sangat mewah pak.... tapi pak kenapa hanya kita saja di restoran ini, jangan bilang bapak membooking restoran ini khusus untuk makan malam bersamaku?" memberi tatapan menggoda adrian
Merasa tertangkap basah Sani "haha... apa nona sani tidak terlalu meninggikan diri?? ini saya booking karena saya tidak ingin banyak gadis yang akan mengagumi saya..... benarkan Hendro?" menatap Hendro tajam.
"Ohhhhh..... benar benar nona Sani, bos Adrian sangat tidak senang dengan itu....."
"Ya sudahlah saya tidak peduli, mari makan pak saya sudah kelaparan... hehehe" Sambil berjalan cepat menuju meja yang sudah di sediakan khusus untuk mereka.
Adrian yang melihat tingkah sani itu hanya bisa tersenyum. Dia tidak menyangka dirinya akan mencintai seorang gadis aneh. Dia hanya bisa mengikuti gadis itu ke arah meja yang sudah di sediakan. Sebelum dia duduk dia memberi isyarat pada hendro, seakan mengerti maksud adrian hendro langsung berlalu pergi meninggalkan mereka.
Hendro senang karena bisa mendapatkan kebebasan dari adrian meskipun hanya sementara.
Sani yang sudah tidak sabar menyantap cake dihadapannya menatap adrian berharap agar adrian mengijinkannya untuk memulai menyantap cake yang sudah di sajikan. Setelah mendapatkan anggukan dari adrian, sani langsung menyantap cake strowberry itu dengan wajah berseri seri. Dia tidak menyangka adrian akan mengetahui cake kesukaannya.
"sani: pak... apa bapak dukun? "
" adrian: apa saya terlihat seperti itu?"
"sani: hehe tidak pak, bapak terlalu tampan jika jadi dukun....hahaha.... tapi bapak kok tau cake kesukaan saya?? apa jangan jangan bapak penasaran dengan kehidupan ku ya, makanya bapak menyelidiki tentang saya??
"adrian: hahaha.... nona sani nona sani... nona sani terlalu sering meninggikan diri, cake ini hanya kebetulan saja... menu pembuka restoran ini memang cake strowberry untuk malam ini.... jadi makan saja nona sani jangan terlalu bangga....
" sani: apa mungkin begitu ya pak?? haha... yasudahlah pak, mungkin hari ini hari keberuntungan saya.
Adrian kemudian mengintruksikan karyawan restoran untuk membawa hidangan berikutnya. Ketika sani melihat hidangan berikutnya, dia mulai tergiur ingin segera menyantap steak di hadapannya. Dia sangat jarang memakan makanan yang mewah seperti itu. Di karenakan orang tuanya tidak pernah mengajaknya makan bersama di restoran, dia hanya pernah makan makanan itu saat kakak laki lakinya mengajaknya makan bersama.
Ketika melihat hidangan itu, Sani merindukan saudara laki lakinya. Sudah sangat lama dia tidak bertemu dengan saudara laki lakinya. Mereka harus berpisah di saat sani baru masuk SMA. Dia dan saudara laki lakinya memiliki jarak umur 6 tahun. Pada saat itu, kakak sani di perintahkan ayahnya untuk belajar bisnis ke luar negeri supaya kelak bisa melanjutkan karis ayahnya. Dengan terpaksa sani harus merelakan kepergian saudara laki lakinya itu.
jangan lupa like dan votenya😊😊
salam hangat😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments