Part 12

...[Music of This Story]...

...Vagetoz - Betapa Aku Mencintaimu...

...[]...

Ira memperhatikan pantulan dirinya di kaca besar kamarnya. Pipinya masih saja menampilkan semburat merah di sana. Jantungnya berpacu kuat seakan-akan hendak lepas dari tempatnya. Perutnya geli seperti jutaan kupu-kupu hinggap di sana dan mengePakkan sayapnya.

"Aku Falling'love Kamu."

Ira masih saja mengingat kejadian siang tadi, saat Aldan tiba-tiba mencium tangannya dan memberikannya gombalan receh yang nyatanya mampu membuat dirinya tersipu malu. Bahkan mungkin saat ini, dirinya sudah mulai jatuh hati kepada sosok Aldan.

"Kok gue bisa suka ya sama Kak Aldan?" ucapnya pelan.

Ira berderi tegap di depan cermin, diputarnya badan miliknya kekanan dan juga kekiri. Ira memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah. Rambut cokelat yang dibiarkan terurai, sepasang bola mata berwarna hazel, bibir berwarna pink mungil, badan yang pendek dan juga berisi.

"Gue gak cantik, gue gendut, gue jelek, kok dia bisa suka sama gue?"

Ira mengibaskan rambutnya dan memperhatikan lebih detail tentang susunan tubuhnya. Bahkan untuk mengatakan gendut pun Ira tidak ragu-ragu. Karena baginya, untuk apa takut gendut jika dengan makan kita bisa bahagia. Toh jodoh nggak akan kemana.

"Kalau segitu gendut, yang kurus kayak gimana, Dek?" ucap Regha mengagetkan Ira.

Ira yang terkejut langsung berbalik badan dan menatap Regha tajam, tatapannya mematikan. Bibirnya dengan mudah mengerucut dan membisu. Regha lagi-lagi sudah memasuki kamarnya tanpa izin.

"Lo yang gak kunci kamar!" ucap Regha sambil mengangkat kedua tangannya layaknya seorang pencuri yang tertangkap basah sebelum terkena sembur dari Ira.

"Ya siapa suruh gak permisi dulu! Kan bisa keuk pintu sebelum masuk. Jadinya kan Ira kaget!"

"Apa iya gue masuk ke kamar adek gue sendiri, harus izin?"

"Yaudah, nyerah deh gue. Kenapa kesini, bang?" tanya Ira.

Regha yang merasa bahwa telah mendapatkan lampu hijau untuk masuk ek dalam kamar adiknya lebih dalam pun langsung masuk dan mendekati Ira. Dicubitnya pipi Ira gemas lalu dipeluknya tubuh Ira.

"Aduh adeknya abang sekarang udah gede aja. Udah tau pacaran," ucapnya.

Ira yang tadinya mulai meleleh, kembali dingin karena ucapan Regha yang secara tak langsung menyindir dirinya.Regha yang melihat Ira mulai kembali marahpun melepaskan pelukannya dan duduk di kasur milik Ira.

"Kenal Aldan dari kapan?" tanya Regha.

"Kepo!"

Regha menggelengkan kepalanya. Diambilnya bantal lalu dilemparkannya ke arah Ira, membuat Ira makin kesal dan semakin membenci Regha.

"Salah kalau abang kepo sama kehidupan pribadik adeknya sendiri?"

Kemudian Ira mengambil bantal yang Regha lempar tadi dan membawanya duduk di sebelah Regha.

"Kita kenalan setelah pacaran, bang. Waktu itu salah abang karena telat masuk sekolah, jadinya Ira dihukum sama senior Ira. Dan berujung Ira yang jadi korban karena hukuman itu!"

Regha mengangguk. Kemudian Regha tertawa karena mengingat kejadian beberapa hari lalu saat dirinya terlambat membawa Ira ke sekolah. Regha tak dapat membayangkan bagaimana kejadian saat Ira dihukum dan ditembak oleh Aldan.

"Makanya lo cari pacar, bang. Biar gak jomblo-jomblo banget," lanjut Ira.

"Enak aja, gue udah punya pacar ya!"

"Apa? Siapa yang punya pacar?" ucap Sena dari arah pintu.

Regha dan juga Ira sama-sama langsung menoleh saat mendengar suara Sena yang mengagetkannya. Ira kembali muram. Ia mengerucutkan bibirnya. "Kok Bunda masuk tanpa izin juga?"

"Kan yang punya rumah, Bunda. Udah nggak usah mengalihkan pembicaraan, siapa tadi yang udah punya pacar?"

"Abang." "Ira." Regha dan Ira bersamaan berkata.

Sena mentyilangkan tangannya didepan dada sambil berfikir. Sena kemudian berjalan mendekati anak-anaknya dan duduk diantara mereka.

"Abang udah punya pacar?" tanya Sena.

Ira tertawa dalam hati. ****** lo bang.

"Udah dong bun! Kan biar Bunda gak ngeledek abang lagi."

Kok dia gak takut bunda marah! Ira bingung karena biasanya Sena anti dengan yang namanya pacar, sedangkan ini Sena sama sekali tak bereaksi dan Regha sama saja, santai.

"Bagus deh, kapan mau di kenalin ke bunda? Adek aja udah pernah bawa dia ke rumah."

"Ih bunda! Kan bukan Ira yang bawa Kak Aldan ke rumah. Tapi dia aja yang bandel pengen ke sini!"

Tingg.

Suara bel menghentikan percakapan mereka. Ira yang melihat ada celah untuk kabur, menggunakannya untuk cepat-cepat pergi.

Yes ada alesan gue buat kabur!

Sedangkan Regha yang melihat bahwa Sena akan menanyainya pertanyaan yang lebih banyak, mengikuti Ira dan berlari menuju Ira. Ira membuka pintu rumahnya dan membeku melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini. Tubuhnya membeku sesaat.

"Kak Aldan?"

...***...

"Kak Aldan ngapain di sini?" tanya Ira.

Regha berhenti saat mendengar Ira mengucapkan nama Aldan. Sma ahalnya dengan Sena yang menyusul Regha. Mereka berdua berhenti di belakang tembok sambil mendengarkan Ira dan juga Aldan.

"Kamu udah makan?" tanya Aldan.

Ira menggeleng, kemudian Aldan mengeluarkan sebuah kotak. Ira dapat mencium bau martabak di sana. "Buat apa kak?"

"Makan, nanti sakit."

"Masuk dulu kak?"

Aldan menggeleng lemah. Namun, Ira menarik Aldan untuk masuk ke dalam ruah terlebih dahulu. Kemeja flanel yang Aldan Pakai terlihat basah dan lembab. Ira juga dapat melihat Aldan menggigil kedinginan.

"Kehujanan, Kak?" tanya Ira.

Aldan mengangguk.

"Tunggu!"

Ira langsung berlari ke arah dapur dan menaruh kotak martabak itu dan membawa segelas air putih hangat. Lalu ia ke kamar dan mengambil sebuah handuk. Setelah itu Ira kembali membawa sebuah handuk kepada Aldan

"Nih kak di keringin dulu," ucap Ira.

Ira membawa Aldan masuk ke dalam rumah dan membawanya duduk di sofa. Setelah itu, Aldan mengeringkan rambutnya serta memngeringkan tubuhnya.

"Ngapain hujan-hujanan?" tanya Ira.

Aldan mengusap rambutnya cepat, menimbulkan beberapa titik air yang mengenai wajah Ira. Pemandangan yang sangat jarang Ira lihat. Sosok Aldan yang sangat tampan.

Woah kok ada ya cowok kayak dia? Sexy banget kalau lagi gini!

Gak! Gue gak boleh jatuh dalam pesonanya!

Tapi gue udah jatuh, ucap Ira berperang dengan pikirannya sendiri.

"Pengen ketemu sama kamu," jawab Aldan.

"Buat apa ketemu aku?"

"Rindu."

Ternyata sebesar ini efek yang ditimbulkan Aldan kepada Ira. Pipi Ira kembali memanas, semburat merah kembali muncul ke permukaan. Perasaan hangat masuk ke dalam tubuh Ira.

"Ke ... Kenapa gak wa dulu?" ucap Ira gugup.

"Males."

"Kenapa males?"

"Nggak tahu."

"Ih!"

Kak bisa lebih panjang ngomongnya? Ira menggerutu dalam hati.

"Aku kesini malem-malem, kehujanan, hanya buat ketemu kamu. Aku rindu kamu, nggak akan berguna kalau aku cuma ngomong, kalau aku rindu kamu, tapi aku nggak ada usaha. Maka dari itu, aku kesini buat ketemu sama kamu. Karena rindu itu ketemu, bukan ngeluh! Udah panjang kan? Nggak usah ngambek gitu, jelek."

Gue tenangin diri bentar! Kelamaan di sini bisa-bisa hati gue meledak!

Ira izin untuk mengambil minum di dapur, sebenarnya itu hanyalah alasan agar Ira dapat menenangkan hatinya yang mulai memanas. Ira mengambil air dari kulkas kemudian ia meminumnya. Mendinginkan dirinya dan juga pikirannya. Setelah itu Ira kembali kepada Aldan sambil membawa satu piring martabak manis yang tadi Aldan bawa.

"Buat apa?" tanya Aldan.

"Makan lah Kak! Kan martabak gunanya buat di makan!" protes Ira.

"Ya maksudnya kenapa di bawa ke sini? Itu kan aku bawa buat kamu, ngapain kamu bawa ke sini?"

"Yang bawa kan Kak Aldan. Jadi kita makannya barengan aja ya."

Aldan yang malas berurusan kembali dengan sikap cerewet Ira pun mengalah dan diam. Lalu Ira duduk di sebelah Aldan dan menatap wajahnya.

"Kenapa kakak bisa kangen sama aku?"

Gak papa lah sekali-kali kepo, ucap Ira dalam hati.

"Nggak tahu."

Ira bersiap untuk meluapkan emosinya. Buat apa tadi lo bilang rindu kalau gak tau alesannya apa!

Namun semuanya ia urungkan, sebuah martabak manis sudah berada di depan mulutnya. Meminta untuk di makan. Aldan menyuapi Ira. Ia menyodorkan martabak itu.

"Makan."

Kemudian Ira membuka mulutnya dan memakan martabak dari Aldan. Ada rasa hangat saat bibirnya menyentuh tangan halus Aldan.

"Enak?" tanya Aldan.

Ira mengangguk mengiyakan pertanyaan Aldan. Kemudian Aldan membersihakn sisa coklat di pinggir bibir Ira menggunakan tangannya. Mereka berdua saling berpandangan lama. Tatapan mereka terkunci di satu titik.

Duh ganteng banget sih!

Aldan memajukan wajahnya. Ia dapat mencium aroma vanilla dari nafas Ira. Ira juga mengikutinya. Wajah mereka semakin dekat. Aldan sudah menggenggam tangan Ira.

"Eh ada nak Aldan," ucap Sena berjalan ke arah mereka.

Sontak Aldan dan Ira langsung melepaskan diri dan saling terdiam kaku. Keringat dingin mulai jatuh di leher Ira, sedangkan jantung sudah mulai berdetak semakin kencang.

Bunda ngerusak moment aja sih!

Ah gila ni orang tua! Bentar lagi kena ini!

Dan berakhir dengan Aldan dan Ira yang sama-sama menggerutu di dalam hati.

...***...

Terpopuler

Comments

Yayuk Unyu Unyu

Yayuk Unyu Unyu

😃😃😃ngakak

2020-12-05

0

elviana

elviana

aldan ngomongnya irit banget

2020-12-04

0

Sofhia Aina

Sofhia Aina

Hahahaha.....ketahua nie 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2020-10-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!