...[Music of This Story]...
...Exo - Love Shot...
...[]...
Ira membuka matanya malas saat tubuhnya digoyangkan beberapa kali oleh Sena. "Kenapa sih, Bun? Ira masih pengen tidur. Masih sore ini," ucap Ira.
"Sore dari mana. Udah jam setengah delapan ini! Buruan bangun, itu temen kamu yang tadi telpon Bunda udah di depan. Nungguin kamu dari tadi!"
"Astaga! Beneran Bun?!" tanya Ira langsung panik.
Sena hanya dapat mengangguk sambil bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ira. Ira yang kebingungan dengan keadaan yang sekarang buru-buru ke lemari dan membuka Pakaiannya. Ia menggantinya dengan sebuah kemeja tipis berwarna pink dan juga celana jeans tanpa membuka celana pendeknya.
"Udah?" ucap Aldan dari depan pintu.
Reflek Ira langsung berbalik badan dan menutupi bagian depan dadanya dengan tangannya. "Ngapain kakak di sana?! Liatin apa dari tadi?!" protes Ira.
"Liatin pacar."
Aldan melangkahkan kakinya meninggalkan Ira yang masih termenung karena kejadian barusan. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana bisa Aldan dengan terang-terangan menatap punggung polos miliknya. Bagaimana bisa juga Sena tidak menutup pintu kamar Ira tadi.
Ira turun ke bawah dengan rona merah yang masih membekas di pipinya. Rasa malu karena Aldan berhasil menjajah bagian belakang tubuhnya membuatnya sangat malu saat ini.
"Ira saya bawa bentar, Tante."
Aldan mendekati Ira dan menggenggam tangannya erat, Ira menolaknya namun apalah daya Ira saat tatapan dingin Aldan kembali menatap matanya. Tatapan membunuh yang Aldan miliki membuat Ira ketakutan. Ia benci posisi seperti ini, Aldan lebih mendominasi.
"Bunda, Ira pergi bentar ya. Jangan kangen," ucap Ira gugup.
Ini pertama kalinya bagi Ira untuk pergi berdua dengan seorang pria kecuali Regha dan juga ayahnya. Pertama kalinya juga Ira harus merasakah perasaan yang absurd seperti ini.
Sena hanya mengangguk dan tersenyum kepada mereka berdua. Tanda mengiyakan tersirat di mata Sena. Aldan berlalu meningalkan Sena tanpa berpamitan lebih lanjut, Ira yang berada di genggamannya hanya dapat mengikuti Aldan dengan terPaksa.
"Mau kemana sih, Kak?" tanya Ira saat mereka berdua sudah sampai di depan rumah.
"Main."
"Iya main kemana?"
"Gatau."
"Kalau gak tahu mau kemana, nggak usah main deh."
"Gak."
"Terus kita mau ngapain, Kak?" kesal Ira.
"Main."
Aldan langsung memakai helm fullface miliknya dan naik keatas motor yang sudah terparkir di sana. Setelah itu, ia memberikan helm berwarna biru kepada Ira. Ira menerima helm itu dan memakainya.
Tiba-tiba Aldan menarik tangan Ira dan mendekatkan jarak diantara mereka berdua. Aldan mendekatkan wajahnya ke wajah Ira. Ira memejamkan matanya karena takut, namun ternyata, diluar dugaan yang Ira pikirkan.
Klik...
Aldan mengaitkan kancing keamanan helm yang Ira Pakai, kemudian ia menjauhkan wajahnya dari hadapan Ira. Ira hanya dapat menghela napas lega.
"Jangan lupa lagi. Gue nggak mau lo kenapa-napa. Keselamatan pacar lebih utama."
Ira mengangguk menanggapi ucapan Aldan. Kemudian ia menatap lurus ke arah Aldan. Motor lo tinggi banget, Kak! Gimana gue naiknya?
"Naik!" perintah Aldan.
Ira mengangguk, namun matanya masih saja mencari cara untuknya agar dapat naik ke atas motor yang tingginya saja bahkan melebihi setengah tinggi badannya.
"Masih mau tetep di sini?" tanya Aldan.
Ira menggeleng, ia mencoba menaiki motor Aldan dengan susah payah. Aldan dapat melihat wajah lucu Ira saat dirinya kesusahan menaiki motor miliknya.
"Pegang bahu gue!"
Ira menggeleng.
"Satu!"
Ira langsung memegang erat bahu Aldan dan mencoba kembali naik dengan persiapan matang. Alhasil ia dapat menaiki motor Aldan, walau dengan perjuangan yang berat.
Aldan menghidupkan motornya, menimbulkan suara yang berisik di rumah Ira. Tak biasanya rumah Ira berisik seperti ini, karena hanya ada satu motor metic di rumahnya, itupun jarang dipakai. Karena Ira terlalu sering memakai mobilnya.
Aldan keluar dari halaman rumah Ira, melajukan motornya membelah jalanan Ibu kota yang lumayan padat. Angin malam membuat Ira sedikit kedinginan karena kemeja yang ia kenakan sedikit tipis.
"Aku tanya lagi, kak. Kita mau kemana?" tanya Ira frustasi. Wajarlah dirinya menanyakan hal semacam ini, karena ia tidak ingin mati muda karena Aldan. Bisa saja kan, Aldan menjadikan dirinya sebagai praktek jual beli gelap. Siapa yang tahu.
Tak ada jawaban dari Aldan. Ia masih fokus menatap jalanan di depannya. Ira hanya dapat melihat Aldan menaikkan bahunya.
Gue bunuh lo kak kalau gini terus ceritanya! Gue pacaran sama patung! Sial!
"Dingin?" tanya Aldan.
Ira mengangguk, Aldan dapat melihatnya dari kaca spion. Aldan juga dapat melihat bagiaman bahu Ira bergetar karena angin malam yang lumayan dingin hari ini.
"Peluk!"
Ira langsung menggeleng keras. "Nggak mau!" tolak Ira.
"Mau mati kedinginan?" ancam Aldan.
Ira menggeleng lemah, ia arahkan tangannya perlahan melingkari pinggang Aldan. Tanpa ia sadari, tangan Aldan langsung menariknya dan mengarahkan tangan Ira agar memeluk dirinya. Perlahan Ira merasakan rasa hangat di sana, tanpa ia sadar ia terlalu erat memeluk pinggang Aldan.
"Longgarin! Sesak," ucap Aldan.
Seketika Ira melonggarkan pelukannya pada pinggang Aldan. Nyebelin! Kalau tahu gitu, nggak bakal gue peluk lo, Kak tadi!
"Kakak suka vanilla?" tanya Ira saat ia sedikit mencium bau vanila dari punggung Aldan.
"Hemm."
Lagi-lagi Ira harus dibuat kesal dan mengumpat di dalam hati karena jawaban singkat Aldan. Ia mengehela nafasnya kasar. Nyesel gue kak, udah nerima lo!
"Aku juga suka sama vanilla, Kak," ucap Ira mencairkan suasana.
"Sejak kapan aksen berbicara lo Pakai aku-kamu?"
Sial! Jadi cowok nyebelin banget sih!
"Gak perduli."
Ira mengerucutkan bibirnya dan juga mulai diam membisu, tak ada nafsu berbicara lagi di dirinya. Semua sudah hancur saat Aldan membuatnya menutup bibirnya rapat-rapat.
Sedangkan Aldan kembali fokus pada jalanan di depannya. Kecepatan motor milik Aldan perlahan mengecil dan berhentilah mereka di sebuah lahan yang Ira yakini adalah sebuah taman.
"Turun!"
Aldan membuka helm fullface sambil menunggu Ia turun dari motornya. Sedangkan Ira, ia masih bingung dengan tempat ia sekarang ini.
"Turun! Atau lo mau kita kayak gini terus?" ucap Aldan.
"I ... iya kak," ucap Ira saat lamunannya buyar.
Ira kembali memegang bahu Aldan dan mencoba turun dari motor Aldan. Setelah itu ia melangkahan kakinya menjauhi motor Aldan dan melihat ke sekeliling taman itu.
"Helm!" ucap Aldan.
Ira langsung berhenti di tempat, ia raba kepalanya dan benar, helm yang ia kenakan masih menempel pada kepalanya. Sial! Dipermalukan lagi!
Ira nyengir di depan Aldan, menampilkan deretan gigi rapi milik Ira. Sedangkan Aldan hanya diam dan mengacuhkannya. Memberikan balasan tatapan datar dan mematikan. Ira melepas helmnya dan memberikannya pada Aldan, setelah itu ia kembali melangkahkan kakinya mendahului Aldan.
"Lo suka?" ucap Aldan.
Ira berhenti melihat sekeliling taman itu, sebenarnya pemandangan taman malam hari ini membuatnya ingin menatapnya lama, namun Aldan sudah menanyainya, sayang jika tak ditanggapi.
"Suka apa kak?" tanya Ira.
"Suka tempatnya?" tanya Aldan.
Ira mengangguk antusias, ada senyum bahagia di sana. Ira sempat senang ia diajak ke tempat seperti ini. Setidaknya dirinya dapat meluPakan sikap dingin Aldan kepadanya.
"Suka enggak? Ditanya tuh jawab," ucap Aldan dengan wajah datarnya.
Lo juga kalau ditanya itu nggak cuka ham hem ham hem! Gue santet juga lo, Kak!
"Suka, Kak!"
"Oh."
Ira menggerutu di dalam hati karena jawaban Aldan yang super singkat. Ingin rasanya ia meremas rambut Aldan, menjambaknya kuat, kemudian menggundulinya.
"Kalau sama gue, suka gak?"
Ira berhenti di tempatnya berdiri, tiba-tiba saja perutnya merasa mulas dan juga geli diwaktu yang bersamaan, rona merah pasti sudah bertengger di pipinya saat ini. Dan seketika, seluruh waktu yang ada di sekitar mereka berdua seakan berhenti, hanya untuk mereka berdua.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
FieRy Dewi
Cerita Abg 👉🤣🤣🤣🤣👉
2020-11-14
0
Sofhia Aina
Nie ngajak pacaran ke ribut 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2020-10-18
0
Yeni Rahmayati
dinggin banggeut kaya kulkas
2020-10-16
0