...[Music of This Story]...
...Xxxtentacion - Changes...
...[]...
"Sekarang lo hutang penjelasan sama gue, lo mau ceritain semuanya, atau hidup lo gak aman sama gue," ucap Monic sambil menunjuk wajah Ira dengan jarinya.
"Sepenting apa sih cerita gue sama Aldan tuh? Sampai lo ngebet gue ceritain tentang Aldan."
"Penting lah!" pekik Monic. "Aldan itu salah satu most wanted di SMA kita, siapa yang nggak heboh kalau tiba-tiba temennya sendiri pacaran sama salah satu most wanted sekolahnya."
"Sumpah, cerita gue nggak penting banget, Mon!"
"Lo janji kan mau cerita."
"Gak," ucap Ira.
Monic mengambil novel Ira. "Cerita atau gue bakar!"
"Yaudah iya gue cerita."
Ira mengerucutkan bibirnya. Kemudian ia mengambil Paksa novel ditangan Monic dan memasukkannya ke dalam tasnya kembali.
"Gue gak tahu kenapa gue bisa pacaran sama dia, yang jelas waktu itu gue telat MOS dan dapet hukuman untuk ngasih minuman ke dia. Nah gak tau apa motifnya tapi Kak Aldan tiba-tiba nembak gue. Terus karna dia maksa, dan dalam posisi gue lagi di hukum, jadinya gue terima. Gue kira itu cuma permaiann MOS doang. Gak tau kalau bakal jadi permainan hati beneran."
Ira memegang kedua tangan Monic dan menggenggamnya erat. "Namun, perlahan gue mulai suka sama dia. Nggak tahu kenapa gue bisa mulai ada rasa sama dia."
"Kok lo bisa ada rasa sama dia?"
"Awalnya itu cuma gue anggep angin lalu. Ehh tiba-tiba Kak Aldan whatsapp gue terus ngajak gue jalan. Jujur gue agak gimana gitu sama dia."
"Gitu gimana?"
"Ya gitu," balas Ira.
"Gitu gimana monyet!"
"Eh gak usah ngegas dong, ferguso!"
"Siapa yang nyolot sih nyet? Udah jangan ngalihin pembicaraan. Dasar cewek!"
"Lo juga cewek, bambang!"
Monic meringis saat Ira memukul kepalanya pelan. Ira lumayan keras memukulnya, namun tak ada yang marah, semuanya bercanda, murni karena Ira memang kesal karena perbuatan Monic.
"Dia tuh aneh!"
"Ya aneh gimana monyet!"
Monic mulai frustasi. Di bukanya cepolan rambut yang tadi tergantung di rambutnya lalu di acaknya rambutnya frustasi.
Gini amat ya Gusti punya temen ****. Monic bermonolog dalam hati.
"Ya sorry, kan lo tau sendiri gue ****."
"Ya dia aneh gimana? Gue tahu kalau lo itu ****, tapi kak Aldan itu aneh dimananya? Dia itu suka ngentut? Atau jarang ganti celana dalam? Atau dia jarang mandi sama gosok gigi?" Monic mulai kembali serius dengan percakapan ini.
"Ya dia itu suka gonta gan-"
"Ira ada Kak Aldan nih datang nyariin lo!" teriak Alex, ketua kelasnya.
Ira menghentikan ucapannya dan ia melihat ke arah pintu, dan benar, Aldan benar-benar datang. Jantungnya kembali berdetak kencang. Entah mengapa setiap dirinya berada dekat Aldan, ada perasaan yang membuatnya gugup setengah mati.
"Gonta-ganti apa? Pasangan?" tanya Monic penasaran.
Aldan mulai mendekati mereka berdua, Monic yang sudah penasarans tidak menghiraukan Aldan yang saat ini sudah di dekatnya.
"Hai," ucap Aldan yang sudah berada di samping Ira.
"Hai, kak," balas Ira.
"Ehh Ra, kayaknya tadi Bu Dena manggil gue deh. See you ya. Gue pergi dulu," ucap Monic lalu bergegas pergi.
Bagus deh dia peka, kata Aldan dalam hati.
Aldan mengambil posisi yang tadi di tempati Monic. Beberapa teman Ira masih saja memperhatikan gelagat keduanya.
Emang gue bahan tontonan? Pake di liatin segala, keluh Ira dalam hati.
"Kenapa?" tanya Aldan.
Ira menggeleng cepat. Aldan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kemudian dia menggenggam tangan Ira dan membawanya keluar kelas.
"Mau kemana?"
"Nyari tempat buat pacaran."
Ira mengerucutkan bibirnya. "Tapi bentar lagi masuk, Kak."
"Biarin."
Aldan membawa Ira naik melalui tangga dan berhenti di sebuah atap gedung, Ira tahu, ini gedung utara. Aldan membawanya ke atas, menatap pemandangan yang lumayan indah menurut Ira. Ia dapat dengan mudah melihat beberapa anak-anak yang bermain di taman dari atas sini. Selain itu, Ira juga dapat melihat awan dengan lebih dekat, langit siang Jakarta tak membuatnya kepanasan, ia merasakan sejuk saat angina berhembus kencang.
"Kenapa ke sini kak?"
"Gak kenapa-kenapa."
"Bentar lagi masuk, Kak," ucap Ira.
Ia mengecek ponselnya. Benda berwarna hitam itu menunjukkan bberapa notifikasi dari Monic bahwa gurunya akan masuk sebentar lagi. Sedangkan Aldan tidak memberikan izin untuk pergi.
"Biarin."
"Kalau di hukum gimana kak?" tanya Ira cemas.
"Kan dihukumnya sama aku, jadi nggak masalah."
Ira semakin bingung. "Maksudnya kak?"
Aldan menatap kedua mata Ira. "Kalau kamu dihukum, aku juga. Jadi kita dihukumnya barengan, biar aku jagain."
Ira hanya mengangguk pelan. Entah mengapa ia bisa seberani ini jika bersama Aldan.
...***...
"Aldan sudah berapa kali bapak kasih tahu ke kamu? Jangan pernah bolos pelajaran. Kenapa kamu masih aja ngebantah, dan bisa-bisanya kamu bolos cuma buat pacaran sama anak kelas 10!" ucap seorang guru BK yang sedang berdiri galak dengan postur tubuhnya yang buncit dan sedikit gendut.
Ya, seperti yang Ira takutkan. Ia tertangkap tangan Pak Daniel saat mereka sedang membolos pelajaran. Semua ini gara-gara Aldan.
"Lagian nilai saya juga baik terus, Pak. Rangking 1 terus di angkatan. Terus saya juga pintar di segala bidang, olahraga saya bagus, sering masuk turnamen. Saya juga sering ikut olimpiade kimia sama matematika. Nilai saya memuaskan Pak, kenapa nggak ada dispensasi untuk membolos ?
"Kamu pikir ini sekolah punya bapak kamu?" ucap Pak Daniel.
"Ya kan emang sekolah ini milik ayah saya. Eh lupa, ayah saya sudah tiada. Iya ini bukan sekolah punya ayah saya."
"Nah, ini yang ngebuat bapak jadi nggak suka sama kamu. Kelakuan kamu, minus!"
"Yaudah, saya minta maaf Pak."
"Kamu pacarnya Aldan?" tanya Pak Daniel sambil memperhatikan Ira.
"Maksud bapak?"
"Iya, kamu pacaran enggak sama Ira? Kenapa kalian berduaan di atap gedung utara, berduaan doang, emangnya ini diskotik buat pacaran?"
Ira menggeleng. Namun detik berikutnya ia lalu mengangguk.
"Jawab yang bener!" ucap Pak Daniel sambil menggebrak meja.
"Iya dia pacar saya," ucap Aldan.
Ira menatap ke arah Aldan. ****** gue!
"Nah kalau ngaku gitu kan enak. Jadi besok lagi kalau mau bolos ada alasan untuk kami-"
"Oh jadi boleh pacaran Pak?" tanya Aldan.
"Ndasmu!"
Pak daniel menjewer telinga Aldan dan menggeretnya dengan keras. Membuat Aldan meringis kesakitan karenanya. Ditambah lagi dengan pukulan di pantat Aldan yang membuat pantatnya panas.
"Sekarang kalian berdua ambil tas kalian, bawa kemari, dan bapak akan hukum kalian!"
"Hukumannya apa Pak?" tanya Aldan dan Ira bersamaan.
"Kalian pacaran kan?" tanya Pak Daniel ulang.
Aldan dan Ira mengangguk bersamaan. Senyum licik Pak Daniel mulai terbentuk di sana.
"Kalau begitu, untuk Aldan tuliskan alasan kenapa kamu bisa suka dan nembak Ira, dan untuk kamu Ira, tuliskan alasan kamu nerima Aldan kunyuk ini jadi pacar kamu!"
Aldan dan Ira melongo. "Itu beneran hukumannya, Pak?" tanya Aldan.
"Tapi, kenapa hukumannya kayak gitu banget, Pak?"
"Karena saya sudah nggak punya hukuman lain untuk Aldan. Sekali-kali hukumannya suruh nulis, biar nggak bersihin wc lagi. Tadi udah Pak Soliqin yang bersihin soalnya."
"Iya Pak," ucap Ira dan Aldan bersamaan lagi dan langsung berlari untuk mengambil tas mereka.
...*** ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
elviana
gurune yo sableng pisan
2020-12-04
0
Sofhia Aina
Lawak......tapi oky juga hukumana yg tak berstpn 👌👌👌👌👌👌👍👍👍👍👍
2020-10-18
0
Wati_esha
Hmmm bolos pelajaran deh berdua. Kena hukuman lagi dong.
2020-10-14
0